60 Tabel diatas menunjukkan bahwa kopi arabika organik dan non organik di
tingkat pengumpul kota memperoleh rasio BC terbesar untuk kopi arabika organik. Rasio BC yang di terima oleh pedagang pengumpul kota sebesar 3,77,
artinya setiap Rp. 1,00 yang dikeluarkan pengumpul kota akan menghasilkan keuntungan sebesar Rp. 3,77, sedangkan rasio terkecil diterima oleh pedagang
pengumpul desa. Untuk kopi arabika non organik Rasio BC yang di terima oleh pedagang pengumpul kota sebesar 3,77, artinya setiap Rp 1,00 yang dikeluarkan
pengumpul kota maka akan memperoleh keuntungan sebesar Rp 1,64. Sedangkan rasio terkecil diterima oleh pedagang pengumpul desa. Dapat disimpulkan
keuntungan terbesar diperoleh oleh pedagang pengumpul kota pada kedua saluran kopi tersebut.
6.7. Farmer’s share
Indikator penting untuk mengetahui perbandingan harga yang dibayarkan oleh konsumen akhir dengan harga yang diterima petani adalah analisis Farmer’s
share. Farmer’s share memiliki hubungan negatif dengan marjin pemasaran. Semakin tinggi marjin pemasaran maka semakin rendah bagian dari harga yang
diterima petani. Bagian harga yang diterima petani adalah bagian harga yang dibayarkan
oleh konsumen yang dapat dinikmati oleh petani. Semakin tinggi bagian harga yang diterima petani, maka pemasaran dapat dikatakan efisien. Pemilihan saluran
pemasaran akan berpengaruh terhadap besarnya marjin pemasaran yang ada pada akhirnya juga akan mempengaruhi besarnya bagian harga yang diterima oleh
petani. Dengan semakin tingginya marjin pemasaran, akan menyebabkan bagian
Total 488,8 755,6
3,17
61 yang diterima petani semakin rendah. Besarnya
Farmer’s share
yang diterima petani pada saluran pemasaran kopi arabika organik dan non organik dapat dilihat
pada tabel 9.
Tabel 12. Farmer’s share pada Saluran Pemasaran Kopi Arabika Organik dan Non Organik di Aceh Tengah
Saluran Pemasaran Harga ditingkat
petani Rp Kg Harga ditingkat
Konsumen Rp Kg Farmer’s share
Kopi Arabika organic 14.500 18.600
77,95 Kopi Arabika Non
Organik 12.500
14.500 86,20
Dari tabel diatas menunjukan bahwa besarnya harga yang diterima petani kopi arabika non organik lebih rendah daripada pemasaran kopi arabika organik.
Tetapi apabila dilihat dari segi bagian yang diterima petani adalah saluran pemasaran kopi arabika organik, dimana petani hanya memperoleh farmer’s
share sebesar 77,95 persen. Sedangkan pemasaran kopi arabika non organik menghasilkan Farmer’s share sebesar 86,20 persen. Hal ini menunjukan bahwa
saluran pemasaran kopi arabika non organik lebih efesien
Farmer’s sharenya
. Hal ini terbukti dari besarnya selisih antara harga di tingkat petani dan harga di tingkat
konsumen. Dari penjelasan dapat kita disimpulkan bahwa posisi tawar petani masih
tergolong lemah karena harga sudah ditetapkan oleh pedagang pengumpul desa, walaupun demikian pendapatan petani masih menguntungkan. Farmer’s share
yang tinggi dapat dicapai jika petani mampu meningkatkan kualitas produknya dan mengefisienkan saluran pemasaran komoditas kopi arabika dalam
usahataninya.
62
6.8. Efisiensi Saluran Pemasaran