29 proporsi bagian keuntungan bagi perusahaan, sedangkan apabila diterapkan
teknologi padat modal maka besarnya proporsi bagian manajemen lebih besar dari proporsi bagian tenaga kerja.
3.2. Kerangka Pemikiran Operasional
Saat ini petani menanam kopi arabika organik dan non organik. Dalam sistem budidaya petani masih menggunakan perawatan secara konvensional,
belum menggunakan teknologi pertanian modern atau tepat guna, sehingga hal tersebut berdampak kepada hasil produksi. Seiring beralihnya petani dari kopi
arabika non organik ke arabika organik maka hasil produksi belum optimal karena petani belum terbiasa merawat dan membudidayakan kopi secara organik.
Ini terlihat dari banyaknya petani yang belum memperoleh sertifikasi lokal maupun internasional. Kurang tepatnya perawatan sehingga sebagian petani kopi
tidak bisa panen tepat waktu karena tanaman kopi lambat berbuah. Dalam penelitian ini yang berhubungan dengan subsistem usahatani akan
dianalisis pendapatan usahatani. Hal ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar biaya yang dikeluaran baik biaya tunai maupun biaya tidak tunai sehingga
didapatkan BC rasio. Besarnya penerimaan yang diperoleh petani apakah berbanding positif dengan biaya yang dikeluarkan.
Saluran pemasaran ini penting dianalisis karena untuk mengetahui apakah keuntungan yang diperoleh petani maupun pedagang pengumpul sudah wajar atau
belum. Hal-hal yang akan dianalisis dalam saluran pemasaran kopi adalah untuk melihat siapa saja lembaga pemasaran yang terlibat dalam saluran pemasaran,
berapa harga beli dan harga jual di petani maupun di tingkat pedagang pengumpul, sehingga diketahui besarnya keuntungan dan marjin yang didapatkan
30 lembaga pemasaran, Kemudian akan melihat berapa besar farmer’s share yang
diterima petani, agar diketahui saluran pemasaran yang efesien. Industri pengolahan kopi bubuk Ulee Kareng akan dianalisis dengan
menggunakan analisis nilai tambah metode Hayami, Subsistem pengolahan dalam suatu sistem agribisnis memiliki tujuan untuk menciptakan nilai tambah untuk
meningkatkan pendapatan. Perusahaan melakukan serangkaian kegiatan seperti pengadaan bahan baku, produksi atau pengolahan, dan pemasaran. Ketiga
kegiatan ini saling berkaitan satu sama lain. Kegagalan dalam satu kegiatan awal, akan mengakibatkan kegagalan pada kegiatan selanjutnya. Untuk itu dalam
pelaksanaan perlu perencanaan yang sebaik-baiknya. Untuk menghitung nilai tambah yang dihasilkan maka digunakan metode
Hayami dengan alasan, sebagi berikut: 1. Metode Hayami lebih tepat digunakan untuk proses pengolahan produk-produk
pertanian. 2. Metode hayami dapat dilakukan untuk jenis pengolahan yang berbeda dalam
satu badan usaha.
31 Gambar 3. Kerangka pemikiran Operasional
Petani Kopi Arabika
Kopi Organik Kopi Non
Organik Usahatani kopi
- Perawatan konvensional
- Produksi belum stabil
- Pendapatan masih rendah
Analisis Saluran Pemasaran:
- Analisis Marjin
- Famer’s Share
Lembaga Pemasaran: -
Pengumpul Desa -
Pengumpul Kota
Industri Kopi Bubuk Ulee Kareng
Efisiensi Pemasaran Analisis Pendapatan
Usahatani
Analisis Nilai Tambah
Peningkatan Pendapatan
32
IV. METODELOGI PENELITIAN
4.1. Tempat dan Waktu
Penelitian akan dilaksanakan di kecamatan Bebesan Desa Balee Kramat Aceh Tengah dan di Kota Banda Aceh, Nanggroe Aceh Darussalam. Pemilihan
lokasi dilakukan secara sengaja dengan pertimbangan daerah Aceh Tengah merupakan sentra produksi kopi dan kota Banda Aceh tempat pengolahan bubuk
kopi Ulee Kareeng. Waktu penelitian direncanakan mulai Bulan Maret sampai Agustus 2009.
4.2. Jenis dan Sumber Data
Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder baik, yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Data primer diperoleh
melalui pengamatan langsung dilapangan dengan sumber-sumber terkait dan wawancara dengan pihak petani di Aceh tengah, pengusaha pengolahan industri
kopi bubuk bubuk Ulee Kareng di Banda Aceh. Sedangkan data sekunder diperoleh dari instansi, literatur dan sumber informasi lainnya yang berkaitan
dengan penelitian ini. Jenis komoditi kopi yang akan diteliti adalah kopi arabika organik dan non
organik karena komoditi ini adalah komoditi unggulan daerah penelitian yang paling banyak diusahakan. Responden dipilih secara sengaja purposive dengan
pertimbangan bahwa petani responden adalah petani yang menanam kopi arabika organik dan non organik. Jumlah petani kopi organik yang diwawancarai 10
responden dan kopi non organik 10 responden. Untuk pedagang pengumpul desa dipilih 2 responden dan pedagang pengumpul kota juga dipilih 2 responden.