Analisis Nilai Tambah Metode Hayami

28 U = Upah tenaga kerja Rp HOK H = Harga Output Rpunit h = Harga bahan baku Rpunit L = Nilai input lain unit Analisis input lain adalah semua korbanan yang terjadi selama proses proses pelakuan untuk menambah nilai output, selain bahan baku dan tenaga kerja langsung, mencakup biaya modal berupa bahan penolong dan biaya overhead pabrik lainnya,upah tenaga kerja tidak langsung.

3.1.4.3. Analisis Nilai Tambah Metode Hayami

Menurut Hayami et. al 1987 menyatakan bahwa nilai tambah adalah selisih antara komoditas yang mendapat perlakuan pada tahap tertentu dan nilai korbanan yang digunakan selama proses berlangsung. Sumber-sumber dari nilai tambah tersebut adalah dari pemanfaatan faktor- faktor seperti tenaga kerja, modal, sumberdaya manusia, dan manajemen. Dari besaran nilai tambah yang dihasilkan dapat ditaksir besarnya balas jasa yang diterima faktor produksi yang digunakan dalam proses perlakuan tersebut. Dalam analisis nilai tambah terdapat tiga komponen pendukung, yaitu faktor konversi yang menunjukkan banyaknya output yang dihasilkan dari satu satuan input, faktor keofesien tenaga kerja yang menunjukkan banyaknnya tenaga kerja langsung yang diperlukan untuk mengolah satu satuan input, dan nilai yang menunjukkan nilai output yang dihasilkan dari satu satuan input. Distribusi nilai tambah berhubungan dengan teknologi yang diterapkan dalam proses pengolahan, kualitas tenaga kerja berupa keahlian dan ketrampilan,serta kualitas bahan baku. Apabila penerapan teknologi cendrung padat karya maka proporsi bagian tenaga kerja yang diberikan lebih besar dari 29 proporsi bagian keuntungan bagi perusahaan, sedangkan apabila diterapkan teknologi padat modal maka besarnya proporsi bagian manajemen lebih besar dari proporsi bagian tenaga kerja.

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional

Saat ini petani menanam kopi arabika organik dan non organik. Dalam sistem budidaya petani masih menggunakan perawatan secara konvensional, belum menggunakan teknologi pertanian modern atau tepat guna, sehingga hal tersebut berdampak kepada hasil produksi. Seiring beralihnya petani dari kopi arabika non organik ke arabika organik maka hasil produksi belum optimal karena petani belum terbiasa merawat dan membudidayakan kopi secara organik. Ini terlihat dari banyaknya petani yang belum memperoleh sertifikasi lokal maupun internasional. Kurang tepatnya perawatan sehingga sebagian petani kopi tidak bisa panen tepat waktu karena tanaman kopi lambat berbuah. Dalam penelitian ini yang berhubungan dengan subsistem usahatani akan dianalisis pendapatan usahatani. Hal ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar biaya yang dikeluaran baik biaya tunai maupun biaya tidak tunai sehingga didapatkan BC rasio. Besarnya penerimaan yang diperoleh petani apakah berbanding positif dengan biaya yang dikeluarkan. Saluran pemasaran ini penting dianalisis karena untuk mengetahui apakah keuntungan yang diperoleh petani maupun pedagang pengumpul sudah wajar atau belum. Hal-hal yang akan dianalisis dalam saluran pemasaran kopi adalah untuk melihat siapa saja lembaga pemasaran yang terlibat dalam saluran pemasaran, berapa harga beli dan harga jual di petani maupun di tingkat pedagang pengumpul, sehingga diketahui besarnya keuntungan dan marjin yang didapatkan