16 nilai tambah dari kopi ose maka selanjutnya kopi ose diolah menjadi kopi bubuk.
Berikut ini proses pengolahan yang dilakukan : 1.
Penggorengan Biji kopi yang telah kering digoreng dalam wajan yang terbuat dari tanah,
atau dengan menggunakan mesin khusus. Lama penggorengan sangat menentukan rasa dan aroma yang dihasilkan. Umumnya pencicip citarasa yang mengetahui
seberapa lama proses ini dilakukan. 2. Pembubukan
Biji kopi yang telah digoreng, dihancurkan menjadi bubuk dengan menggunakan alat pembubuk, sehingga dihasilkan kopi dalam bentuk bubuk. Alat
semi modern yang digunakan adalah mesin pemarut kelapa yang dialih fungsikan menjadi mesin pembubuk kopi.
3. Pencampuran Kopi bubuk dapat dikombinasikan dengan bahan campuran lain, seperti
jahe, susu, ginseng, telur kampong, kencur dan lainnya. Proses ini tidak perlu dilakukan jika ingin menjualnya dalam dalam bentuk kopi bubuk murni.
4. Pengemasan Kemasan sangat penting, terutama dalam hal pemasaran. Kemasan yang
dapat melindungi produk dan menarik lebih merangsang konsumen untuk membeli.
2.6. Hasil Penelitian Terdahulu
Herawati 2004 dalam penelitiannya mengenai analisis pendapatan dan pemasaran buah-buahan unggulan di Kabupaten Sumedang Jawa Barat.
Mengungkapkan bahwa pendapatan usahatani salak dengan menggunakan lahan
17 seluas 0,36 ha dalam satu tahun adalah Rp. 8.640.000 hektar per tahun Pendapatan
usahatani mangga dengan luas lahan 0,26 ha adalah sebesar Rp. 960.000 hektar per tahun. Untuk pendapatan usahatani sawo seluas 0,75 ha dalam setahun adalah
Rp. 14.000.000, hektar per tahun sedangkan untuk pendapatan usahatani pisang dengan luas lahan 0,22 ha adalah sebesar Rp. 2.910.000 hektar per tahun. Nilai
imbangan penerimaan dan pengeluaran RC rasio untuk keempat buah unggulan tersebut adalah lebih dari satu sehingga dapat dikatakan usahatani tersebut efisien
dengan asumsi tanpa memperhitung resiko. Dari keepat komoditi tersebut yang memiliki farmer’s share terbesar adalah
petani mangga yang menggunakan saluran pemasaran tiga, sedangkan yang menerima farmer’s share terendah adalah petani salak, sawo, dan pisang pada
saluran dua. Sartika 2007 dalam penelitian menganalisis pendapatan usaha tani dan
pemasaran kopi arabika dan robusta di Simalungun-Sumatera Utara mendapatka hasil sebagai berikut pendapatan total kopi arabika dengan luas lahan satu hektar
adalah Rp. 18.477.000, RC rasio atas biaya tunai sebesar 4,93 dan RC atas biaya total sebesar 1,94. Pemasaran kopi arabika dan kopi robusta memilik salauran dan
lembaga pemasaran yang sama. Fungi-fungsi pemasaran yang dilakukan dtingkat petani yaitu fungsi pertukaran, fungsi fisik dan fungsi fasilitas. Sedangkan analisis
pemasaran dengan menggunakan analisis marjin dan farmer’s share maka diperoleh total marjin pemasaran sebesar 1.000 dan farmer’s share 80 persen.
Hidayati 2000 dalam penelitiannnya menganalisis nilai tambah industri pengolahan ubi kayu. Permasalahan yang muncul adalah menyangkut masa
simpan ubi kayu segar yang sangat pendek, sehingga dari perjalanan dari
18 produsen ke konsumen akhir, ubi kayu perlu mendapat perlakuan-perlakuan
seperti proses pengolahan, pengawetan, dan pemindahan. Hal tersebut dapat menambah alternatif kegunaan bagi konsumen sehingga menciptakan nilai tambah
komoditi ubi kayu. Industri tape, dodol, dan suwir-suwir merupakan salah satu contoh indutri pengolahan ubi kayu yang menciptakan nilai tambah.
Hasil yang didapatkan dari analisis nilai tambah baik dengan metode M. Dawam Raharjo maupun metode Hayami adalah nilai tambah produk tape yang
lebih besar dibandingkan dengan dodol dan suwar- suwir. Marthen 1996 dalam penelitiannya menyatakan bahwa kegiatan
pengolahan dari tepung terigu menjadi mie instant yang dilakukan PT.DEF melalui tahapan yang cukup panjang. Pengolahan mie instant diperusahaan
tersebut telah menghasilkan keuntungan yang positif, walaupun terjadi penurunan nilai tambah pada semester II. Penurunan ini disebabkan oleh peningkatan total
produksi yang tidak diimbangi oleh peningkatan total penjualan., selain itu juga kenaikan input lain juga ikut mempengaruhi penurunan nilai tambah.
Hanum 2000 melakukan penelitian mengenai lingkungan usaha dan bauran pemasaran produk kopi bubuk di PT Ayam Merak, DKI Jakarta. Permasalahan
yang sedang terjadi adalah munculnya perusahaan-perusahaan baru dan makin besarnya perusahaan lama yang mengakibatkan semakin ketatnya persaingan
dalam industri kopi bubuk di Indonesia sehingga diperlukan strategi pemasaran yang tepat agar perusahaan tetap bertahan dan berkembang dalam industri kopi
bubuk.
19
III. KERANGKA PEMIKIRAN