62
6.8. Efisiensi Saluran Pemasaran
Tujuan dari analisis saluran pemasaran adalah untuk mengetahui apakah sistem pemasaran yang ada sudah efisien atau tidak. Terdapat dua konsep efisiensi
pemasaran yaitu efisiensi operasional dan efisiensi harga. Ukuran efisisiensi operasional dicerminkan oleh rasio keluaran pemasaran terhadap masukan
pemasaran. Dalam saluran pemasaran efisiensi operasional sebenarnya sama dengan pengurangan biaya. Misalnya penggunaan mesin untuk menggantikan
pekerja agar memperoleh hasil yang seragam dengan mutu yang lebih baik terkait dengan peningkatan efisiensi. Efisiensi harga dapat di lihat dari marjin pemasaran
yang lebih rendah dan memberikan farmer’s share yang lebih besar. Berdasarkan efisiensi operasional kedua pemasaran ini belum menggunakan
teknologi yang dapat mengurangi biaya dalam melakukan fungsi-fungsi pemasaran. Sebagai contoh, dalam sortasi dan grading masih menggunakn tenaga
manusia. Marjin untuk kedua saluran pemasaran ini adalah berbeda, sedangkan
marjin terbesar terdapat pada saluran pemasaran kopi arabika organik. Lembaga pemasaran yang mengeluarkan biaya terbesar belum menjamin akan memperoleh
marjin dan keuntungan pemasaran yang besar pula. Jika dilihat dari efisiensi harga melalui marjin dan Farmer’s share maka saluran pemasaran yang paling efisien
antara usahatani kopi arabika organik dan non organik adalah saluran pemasaran kopi arabika non organik yang paling efisien. Hal ini dapat dilihat dari nilai marjin
yang lebih rendah dan Farmer’s share yang tinggi yaitu
86,20
persen.
63
6.9. Analisis Nilai Tambah Hayami Bubuk Kopi Non Organik Ulee Kareng
Proses pengolahan kopi glondong menjadi kopi biji ose kemudian menjadi kopi bubuk menyebabkan adanya nilai tambah pada komoditas tersebut, sehingga
harga jual kopi bubuk menjadi lebih tinggi dari pada harga jual gelondongan atau kopi ose. Perhitungan nilai tambah dilakukan pada periode produksi bulan Juni
2009, dengan menganalisis hasil pencatatan bulan juni 2009. Alasan penulis memilih pada bulan tersebut kerena persediaan masih cukup banyak.
Industri bubuk kopi Ulee Kareng analisis nilai tambah yang dilakukan mulai dari pengadaan bahan baku berbentuk biji kopi ose sampai dengan menjadi
produk bubuk kopi yang siap dipasarkan. Analisis nilai tambah dilakukan untuk mengetahui besarnya nilai tambah, imbalan tenaga kerja, imbalan bagi modal dan
manajemen dari setiap kilogram kopi yang diolah menjadi kopi bubuk. Dasar perhitungan dalam perhitungan nilai tambah per satuan bahan baku
adalah satu kilogram kopi ose Ulee Kareng. Harga kopi Ulee Kareng yang digunakan dalam perhitungan nilai tambah ini adalah harga jual rata-rata di
tingkat produsen di Banda Aceh pada bulan juni 2009, yaitu Rp.14.500,- per kilogram. Sedangkan harga produk didasarkan pada harga jual ke konsumen
sebesar Rp. 60.000,00 per kilogram.
Hasil analisis nilai tambah metode Hayami kopi bubuk arabika non organik Ulee Kareng dapat dilihat pada tabel 14.
64
Tabel 13. Hasil Analisis Nilai Tambah Metode Hayami Kopi Bubuk Arabika Non Organik Ulee Kareng pada bulan juni 2009
No. Variabel a Perhitungan
Nilai Output, Input, Harga
1. Output total produksi Kg periode
A 105 2.
Input bahan baku Kg periode B 150
3. Input Tenaga kerja HOK periode
C 8.56 4.
Faktor konversi 1 2 D = A B 0.7
5. Keofesien tenaga kerja 3 2
E = C B 0.057 6.
Harga produk Rp Kg F
60.000 7.
Upah rata-rata tenaga kerja per HOK Rp HOK
G 20.000
Pendapatan dan keuntungan
8. Harga input bahan baku Rp Kg
H 14.500
9. Sumbangan input lain Rp Kg
I 3.067,46
10. Nilai produk 4 x 6 Rp Kg
J = D X F 42.000
11. a. Nilai tambah 10 - 8 – 9 Rp Kg
b. Rasio nilai tambah 11a 10 K = J – H – I
L = K J 24.432,54
58,17 12.
pendapatan Tenaga kerja Rp Kg b. imbalan tenaga kerja 12a 11a
M = E X G N = M K
1.140 4,66
13. a. keuntungan 11a – 12a Rp Kg
b. tingkat keuntungan 13a 10 O = K–M
P = O – J 23.292,54
55,45
Balas Jasa Untuk Faktor produksi
14. Marjin 10 - 8 Rp Kg
a. pendapatan tenaga kerja 12a 14 b. sumbangan input lain 9 14
c. keuntungan perusahaan 13a 14 Q=J– H
R =M Q S = I Q
T = OQ 27.500
4,14 11,15
84,70
Sumber : Data Primer Diolah Pada tabel diatas, menunjukkan bahwa hasil produksi kopi bubuk pada
bulan juni 2009 sebesar 105 kilogram. Nilai faktor konversi dihitung berdasarkan pembagian antara nilai output yang dihasilkan dengan nilai input yang digunakan.
Untuk menghasilkan sejumlah produk tersebut dibutuhkan kopi ose sebanyak 50
65 kilogram, sehingga faktor konversi adalah 0,7. Artinya setiap satu kilogram kopi
ose yang diolah akan menghasilkan 0,7 kilogram kopi bubuk Ulee Kareng. Tenaga kerja yang dibutuhkan dalam pengolahan kopi bubuk Ulee Kareng
adalah 3 orang tenaga kerja. Ketiga tenaga kerja tersebut adalah laki-laki. Upah yang dibayarkan adalah Rp.20.000 per HOK. Sesuai dengan Statistik Upah
Minimun Regional 2009. Tenaga kerja tersebut tidak selalu bekerja bersama dalam satu waktu. Masing-masing mempunyai tugas yang berbeda-beda. Dalam
satu bulan dapat dilakukan proses produksi secara keseluruhan yang mencakup sortasi, pengupasan, fermentasi, dan pencucian, penjemuran, pengolahan, dan
pembungkusan. Keseluruhan kegiatan produksi dalam satu bulan membutuhkan tenaga kerja sebanyak 5,28 HOK
Tabel 14. Perhitungan Penggunaan Tenaga Kerja dalam HOK
Proses Produksi Jumlah
Jambulan HOK yang
digunakan Pengupasan 250 kilogram kopi
gelondong 1 jam
0,28 HOK Fermentasi dan pencucian
1 jam 0,28 HOK
Penjemuran 14 jam
3 HOK Pengolahan 4 Kali
14 jam 3 HOK
Pengemasan 7 jam
2 HOK Jumlah
8,56 HOK
Keterangan : 1 HOK = 7 jam kerja
Nilai keofesien tenaga kerja didapatkan dari pembagian jumlah total hari
orang kerja HOK selama satu bulan dengan bahan baku yang digunakan selama satu bulan. Nilai keofesien tenaga kerja sebesar 0,106. nilai tersebut menunjukkan
jumlah hari orang kerja yang diperlukan untuk memproduksi satu kilogram kopi menjadi kopi bubuk, dibutuhkan tenaga kerja sebesar 0,106 HOK.
Tabel 15. Biaya Penyusutan Peralatan
Peralatan Waktu
Nilai Produk Biaya Penyusutan
66
Pemakaian Per tahun
Per bulan Mesin Pengupas
15 tahun 500.000
33.333 2.777
Mesin Luwak 15 tahun
300.000 20.000
1.667 Alat Penggoreng
10 tahun 200.000
20.000 1.667
Alat Pembubuk 15 tahun
175.000 11.667
973 JUMLAH
875.000 65.000
7.084
Kopi bubuk ini merupakan kopi murni, seratus persen terbuat dari kopi tanpa tambahan bahan campuran lain. Dalam proses produksi, digunakan
digunakan beberapa peralatan khusus diantaranya alat pengupas, alat pengupas kulit ari mesin luwak, alat penggoreng, dan alat pembubuk. Alat-alat tersebut
memiliki jangka waktu pemakaian, masing-masing 15 tahun kecuali mesin penggorengan yang berumur 10 tahun. Biaya penyusutan alat-alat tersebut
diperhitungkan sebagai salah satu komponen sumbangan input lain. Total biaya penyusutan alat adalah Rp.7.084,00 per bulan. Dengan jumlah output satu periode
produksi 105 kilogram, maka biaya penyusutan per kilogramnya adalah Rp.67,46.
6.10. Analisis Nilai Tambah Hayami Bubuk Kopi Organik Ulee Kareng