61
BRI untuk mendatangi rumah mereka jika terjadi tunggakan. Oleh karena itu, nasabah yang bertempat tinggal jauh lebih disiplin untuk membayar angsuran
karena mereka khawatir pihak BRI tidak akan memberikan kredit lagi.
6.4. Variabel Jenis Usaha
Koefisien variabel jenis usaha bernilai negatif menunjukkan bahwa tingkat pengembalian KUR Mikro secara lancar yang dimiliki oleh nasabah usaha off
farm bernilai 1 lebih rendah dibandingkan dengan nasabah usaha on farm
bernilai 0. Nilai P pada variabel jenis usaha lebih besar dari taraf nyata 0,10 yang artinya variabel tersebut tidak berpengaruh secara nyata terhadap kelancaran
pengembalian kredit. Nilai odds ratio variabel jenis usaha sebesar 0,004 menunjukkan bahwa nasabah KUR Mikro yang jenis usahanya off farm memiliki
tingkat pengembalian secara lancar 0,004 kali lipat lebih rendah dibandingkan dengan nasabah on farm.
Hasil ini berbeda dengan hipotesis awal dimana usaha off farm akan lebih lancar dalam mengembalikan pinjaman dibandingkan dengan usaha on farm. Pada
analisis deskriptif juga terlihat bahwa nasabah pertanian on farm yang lancar lebih besar jumlahnya. Hal ini disebabkan nasabah KUR Mikro di bidang pertanian on
farm merupakan nasabah yang termasuk dalam sebuah kelompok tani yang sudah
dipercaya oleh pihak BRI untuk diberikan KUR Mikro. Ketua kelompok tani tersebut sudah beberapa kali memperoleh KUR Mikro maupun Kupedes, sehingga
ketua kelompok tani mengajukan kredit kepada BRI Unit Lalabata Rilau untuk anggota kelompok taninya. Pihak BRI akan sulit memberikan kredit kepada
nasabah pertanian on farm yang belum dipercaya karena tingkat risiko kegagalan padi cukup tinggi.
6.5. Variabel Omset Usaha
Hasil analisis regresi logistik menunjukkan bahwa variabel omset usaha per enam bulan memiliki koefisien positif, artinya semakin besar jumlah omset
usaha yang dimiliki debitur maka tingkat kelancaran pengembalian KUR Mikro akan meningkat. Variabel omset usaha berpengaruh secara nyata tehadap
kelancaran pengembalian KUR Mikro. Hal ini dapat dilihat dari nilai P variabel tersebut yang lebih kecil dari taraf nyata 0,10. Odds ratio variabel omset usaha
62
bernilai 1,000 menunjukkan bahwa nasabah KUR Mikro yang jumlah omsetnya lebih besar satu rupiah memiliki tingkat pengembalian secara lancar 1,000 kali
lipat lebih besar dibandingkan dengan nasabah lainnya. Hasil ini sesuai dengan hipotesis awal dimana semakin besar omset usaha
seorang nasabah akan meningkatkan peluang nasabah melakukan pengembalian kredit secara lancar. Analisis regresi logistik ini juga sesuai dengam analisis
deskriptif sebelumnya bahwa debitur yang memiliki omset lebih besar akan memiliki peluang yang lebih besar dalam kelancaran pengembalian kredit. Hal ini
berkaitan dengan prinsip Capacity kemampuan dimana faktor omset usaha merupakan salah satu faktor yang sangat dipertimbangkan dalam analisis kredit.
Jumlah omset yang besar menunjukkan bahwa usaha tersebut berjalan dengan baik. Omset usaha berpengaruh nyata terhadap kelancaran pengembalian kredit,
padahal omset usaha merupakan penghasilan kotor nasabah. Hal ini disebabkan oleh perilaku nasabah KUR Mikro di BRI Unit Lalabata Rilau yang sebagian
besar membayar angsuran KUR Mikro langsung dikurangi dari pendapatan kotor yang dihasilkan, bukan dari sisa pendapatan bersih yang telah dikeluarkan untuk
pengeluaran rumah tangga dan biaya lainnya.
6.6. Variabel Nilai RPC
Nilai koefisien positif pada variabel nilai RPC per enam bulan menunjukkan bahwa semakin besar nilai RPC yang dimiliki debitur maka tingkat
kelancaran pengembalian KUR Mikro akan meningkat. Hasil menunjukkan bahwa nilai P lebih besar dari taraf nyata 0,10 yang artinya nilai RPC tidak
berpengaruh secara nyata terhadap kelancaran pengembalian KUR Mikro. Nilai odds ratio
variabel nilai RPC sebesar 1,000 menunjukkan bahwa nasabah KUR Mikro yang nilai RPC nya lebih besar satu rupiah memiliki tingkat pengembalian
secara lancar 1,000 kali lipat lebih besar dibandingkan dengan nasabah lainnya. Hasil ini sesuai dengan hipotesis awal yang menyatakan bahwa nilai RPC
berpengaruh secara positif terhadap kelancaran pengembalian KUR Mikro. Pada analisis deskriptif juga terlihat bahwa rata-rata nilai RPC pada nasabah lancar
lebih besar dibandingkan dengan nasabah menunggak. RPC merupakan faktor yang diturunkan dari prinsip Capacity kemampuan dimana nilainya adalah 75
persen dari penghasilan bersih nasabah. Kesimpulannya, nilai RPC yang besar
63
menunjukkan besarmya jumlah penghasilan bersih seorang nasabah. Penghasilan bersih dan RPC yang jumlahnya lebih besar mengindikasikan bahwa nasabah
tersebut dapat mengatur penerimaan dan pengeluarannya dengan baik. RPC tidak berpengaruh nyata terhadap pengembalian KUR Mikro karena sebagian besar
nasabah KUR Mikro di BRI Unit Lalabata Rilau membayar angsuran kredit dikurangi dari penghasilan kotor yang diperoleh nasabah dari usahanya.
6.7. Variabel Jumlah Pinjaman