9
1.2. Perumusan Masalah
Kredit Usaha Rakyat merupakan pembiayaan kepada Usaha Mikro, Kecil, Menengah, Koperasi UMKM-K dalam bentuk pemberian modal kerja dan
investasi yang didukung fasilitas penjaminan untuk usaha produktif. KUR diperuntukkan bagi usaha produktif yang feasible namun belum bankable. Tujuan
dari program KUR adalah untuk mempercepat pengembangan sektor-sektor primer dan pemberdayaan usaha skala kecil, untuk meningkatkan aksesibilitas
terhadap kredit dan lembaga-lembaga keuangan, mengurangi tingkat kemiskinan, dan memperluas kesempatan kerja Departemen Pertanian 2009
3
. Program penjaminan KUR sebesar 80 persen untuk sektor pertanian,
kelautan dan perikanan, kehutanan dan industri serta 70 persen untuk sektor lainnya yang dilakukan oleh pemerintah membuat masyarakat tidak berusaha
untuk mengembalikan pinjaman karena menganggap bahwa pemerintah telah bertanggung jawab atas hutangnya tersebut, padahal banyak di antara mereka
yang sebenarnya mampu mengembalikan hutang. Hal ini sering mengakibatkan terjadinya kredit macet pada bank. Selain itu, kredit macet juga dapat terjadi
karena ketidakmampuan nasabah dalam mengembalikan kredit. Ketidakmampuan nasabah membayar angsuran pokok pinjaman dan bunga yang dibebankan sesuai
yang diperjanjikan dapat menyebabkan nilai tunggakan riil atau NPL Non Performing
Loan pada suatu bank menjadi tinggi. Batas NPL KUR Mikro di BRI tidak boleh lebih dari 3 persen, jika lebih
dari itu maka BRI tersebut kemungkinan besar tidak diperbolehkan untuk menyalurkan KUR Mikro. Di BRI Unit Lalabata Rilau, tingkat NPL KUR Mikro
cukup rendah yaitu sebesar 0,03 persen per Mei 2011. Tingkat NPL tersebut lebih rendah dari bulan Desember 2010 yang besarnya 0,60 persen atau hampir
mendekati 1 persen dan menurun pada bulan Januari 2011 menjadi 0,29 persen, kemudian tingkat NPL stabil hingga Mei 2011. Berbeda dengan NPL KUR Mikro
di BRI Unit Cibungbulang sebesar 35,61 persen pada tahun 2009 Lubis 2009 dan BRI Unit Pajalesang pada bulan Mei 2011 sebesar 5,95 persen. Permasalahan
NPL berkaitan dengan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pengembalian
2
Departemen Pertanian. 2007. Kredit Usaha Rakyat KUR. http:pse.litbang.deptan.go.idindindex.php?option=com_contenttask=viewid=563Itemid=1
55 [10 Oktober 2010]
10
kredit. Faktor-faktor ini diturunkan dari prinsip 5C yang digunakan untuk menganalisis layak atau tidaknya nasabah menerima kredit, yaitu Character,
Capacity, Collateral, dan Capital Condition of Economy. Nilai tunggakan riil atau
NPL Non Performing Loan KUR Mikro BRI Unit Lalabata Rilau per Mei 2011 dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8.
Nilai Tunggakan Riil atau NPL Non Performing Loan KUR Mikro BRI Unit Lalabata Rilau per Mei 2011
Tahun Bulan Kurang
Lancar+Diragukan+Macet Rp
NPL
2010 Desember 17.373.970
0,60 2011
Januari 9.456.262 0,29
Februari 2.581.112 0,07
Maret 680.300 0,02
April 4.612.900 0,10
Mei 832.792 0,03
Sumber : BRI Unit Lalabata Rilau 2011
Pengembalian KUR Mikro di BRI Unit Lalabata Rilau terbilang baik dibandingkan beberapa BRI Unit lainnya. Hal ini dapat menjadi contoh bagi BRI
Unit lainnya untuk memilih nasabah agar pengembaliannya lebih lancar. Oleh karena itu, hasil analisis faktor-faktor yang diturunkan melalui prinsip 5C tersebut
diharapkan dapat menjadi saran atau gambaran kepada pihak BRI Unit Lalabata Rilau maupun BRI unit lainnya untuk memilih nasabah yang dapat
mengembalikan kredit dengan lancar. Dengan kata lain, BRI dapat menghindari nasabah yang kemungkinan besar akan menunggak kredit.
Berdasarkan uraian di atas, permasalahan yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pengembalian
KUR Mikro di BRI Unit Lalabata Rilau.
1.3. Tujuan Penelitian