63
menunjukkan besarmya jumlah penghasilan bersih seorang nasabah. Penghasilan bersih dan RPC yang jumlahnya lebih besar mengindikasikan bahwa nasabah
tersebut dapat mengatur penerimaan dan pengeluarannya dengan baik. RPC tidak berpengaruh nyata terhadap pengembalian KUR Mikro karena sebagian besar
nasabah KUR Mikro di BRI Unit Lalabata Rilau membayar angsuran kredit dikurangi dari penghasilan kotor yang diperoleh nasabah dari usahanya.
6.7. Variabel Jumlah Pinjaman
Koefisien jumlah pinjaman bernilai positif menunjukkan bahwa semakin besar jumlah pinjaman seorang debitur maka tingkat kelancaran pengembalian
KUR Mikro akan meningkat. Variabel jumlah pinjaman tidak berpengaruh secara nyata terhadap kelancaran pengembalian KUR Mikro yang ditunjukkan dengan
nilai P lebih besar dari taraf nyata 0,10. Nilai odds ratio pada jumlah pinjaman yang sebesar 1,000 mengindikasikan bahwa nasabah KUR Mikro yang jumlah
pinjamannya lebih besar satu rupiah memiliki tingkat pengembalian secara lancar 1,000 kali lipat lebih besar dibandingkan dengan nasabah lainnya.
Hasil analisis regresi logistik ini tidak sesuai dengan hipotesis awal yang menyatakan bahwa jumlah pinjaman secara negatif berpengaruh terhadap
kelancaran pengembalian KUR Mikro. Kenyataan ini didukung oleh hasil analisis deksriptif dimana jumlah debitur lancar yang meminjam KUR Mikro lebih dari 10
juta rupiah memiliki proporsi terbesar dalam penelitian. Namun, debitur dengan pinjaman kurang dari lima juta rupiah memiliki proporsi terbesar pada kategori
debitur yang menunggak sehingga dapat dikatakan bahwa jumlah pinjaman yang lebih besar tidak terlalu berpengaruh terhadap kelancaran pengembalian KUR
Mikro.Hal ini mengindikasikan bahwa pihak bank tidak akan memberikan kredit dalam jumlah yang lebih besar jika usahanya dinilai berisiko tinggi dan omset
maupun RPC yang dimiliki nasabah jumlahnya kecil.
6.8. Variabel Jumlah Angsuran
Hasil regresi logistik menunjukkan bahwa variabel jumlah angsuran memiliki nilai positif, artinya semakin besar jumlah angsuran yang harus
dibayarkan seorang debitur maka tingkat kelancaran pengembalian KUR Mikro akan meningkat. Namun, variabel jumlah angsuran tidak berpengaruh secara nyata
64
terhadap kelancaran pengembalian KUR Mikro karena nilai P variabel jumlah angsuran lebih besar dari taraf nyata 0,10. Nilai odds ratio variabel jumlah
angsuran bernilai 1,000 menunjukkan bahwa nasabah KUR Mikro yang jumlah angsuran kreditnya lebih besar satu rupiah memiliki tingkat pengembalian secara
lancar 1,000 kali lipat lebih besar dibandingkan dengan nasabah lainnya. Hasil analisis regresi logistik ini berbeda dengan hipotesis sebelumnya
dimana jumlah angsuran dianggap mempengaruhi kelancaran pengembalian KUR Mikro secara negatif. Hal tersebut didukung oleh analisis deskriptif dimana
nasabah menunggak sebagian besar berkewajiban membayar angsuran kurang dari dua juta rupiah per enam bulan, bahkan tidak ada nasabah menunggak pada
kisaran jumlah angsuran yang lebih dari empat juta rupiah. Pada nasabah lancar, sebagian besar berada pada kisaran jumlah angsuran sebesar dua sampai empat
juta rupiah per enam bulan dan bahkan nasabah pada kisaran angsuran lebih dari empat juta rupiah jumlahnya cukup besar. Berdasarkan fakta tersebut, dapat
disimpulkan bahwa pihak bank menyepakati jumlah angsuran yang harus dibayarkan oleh nasabah berdasarkan kemampuan nasabah tersebut dalam
mengembalikan pinjamannya yang dapat dilihat dari nilai RPC nasabah maupun dari besarnya jumlah omset yang diterima oleh nasabah. Jumlah angsuran per
bulan yang lebih kecil dapat disebabkan oleh plafon kredit yang disetujui oleh pihak bank kepada nasabah lebih kecil dan jangka waktu pengembalian yang
diberikan kepada nasabah lebih lama.
6.9. Variabel Jangka Waktu Pengembalian Kredit