Sejarah Pembelajaran Sejarah a. Belajar

c Belajar adalah proses kontinguitas atau hubungan antara pengertiaan yang satu dengan yang lain sehingga mendapatkan pengertiaan yang diharapkan. Stimulus yang diberikan menimbulkan respon yang diharapkan. 3 Sesuai materibahan yang harus dipelajari a Belajar bersifat keseluruhan dan materi itu harus memiliki struktur, penyairan yang sederhana, sehingga siswa mudah menangkap pengertiaanya. b Belajar harus dapat mengembangkan kemampuaan tertentu sesuai dengan tujuan instruksional yang harus dicapai. 4 Syarat keberhasilan belajar a Belajar memerlukan sarana yang cukup, sehingga siswa dapat belajar dengan tenang. b Repetisi, dalam proses belajar perlu ulangan berkali-kali agar pengertiaan atau keterampilan ataupun sikap itu mendalam pada siswa. Dengan demikian, belajar dapat membawa perubahan bagi siswa, baik perubahan pengetahuan, sikap, maupun keterampilan. dengan perubahan- perubahan tersebut tentunya siswa juga akan terbantu dalam memcahkan permasalahan hidupnya dan bisa menyesuaikan diri dengan lingkungannya. 51

b. Sejarah

Sejarah berasal dari kata syajaratun, yang berarti pohon. Sejarah dalam bahasa Inggris ialah history berasal dari bahasa Yunani yaitu Historia. Sedangkan menurut Muhammad Yamin, sejarah ialah ilmu pengetahuan umum yang berhubungan dengan cerita bertarikh, sebagai hasil penafsiran kejadian- 51 Baharuddin dan Esa Nur Wahyu, op. cit., hlm. 15. kejadian dalam masyarakat manusia pada waktu yang telah lampau atau tanda- tanda yang lain. 52 Sejarah adalah rekonstruksi masa lalu 53 . Di mana yang menjadi sumber konstruksi ialah apa yang sudah dipikirkan, dikatakan, dikerjakan, dirasakan, dan dialami oleh orang. Sesuatu yang dipikirkan, dikatakan, dikerjakan, dirasakan, dan dialami oleh orang dapat menjadi sebuah sejarah apabila memenuhi syarat-syarat untuk menjadi sebuah sejarah. Sejarah memiliki arti subjektif dan arti objektif. 54 Pada umumnya orang memakai istilah sejarah untuk menunjuk cerita sejarah, pengetahuan sejarah, gambaran sejarah, yang kesemuanya itu sebenarnya adalah sejarah dalam arti subjektif. Sejarah dalam arti subjektif ini merupakan suatu konstruk, ialah bangunan yang disusun oleh penulis sebagai suatu uraian atau cerita. Sejarah dalam arti objektif menunjuk kepada kejadian atau peristiwa itu sendiri, ialah peristiwa sejarah dalam kenyataannya. Kejadian itu sekali sekali terjadi tidak dapat diulang atau terulang lagi. Mengajar sejarah berarti membantu peserta didik untuk mempelajari sejarah sehingga guru perlu mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan pembelajaran sejarah. 55 Untuk itu, pemahaman guru tentang sejarah sangat diperlukan agar siswa juga memahami penjelasan diberikan guru. Pembelajaran 52 Hendrayana, Sejarah 1: Sekolah Menengah Atas dan Madrasah Aliyah Jilid 1 Kelas X, Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2009, hlm. 2. 53 Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya, 1995, hlm. 17 54 Aman, op. cit., hlm. 13-14. 55 Brian Garvey dan Mary Krug, Model-Model Pembelajaran Sejarah, Yogyakarta: Ombak, 2015, hlm. 1. sejarah merupakan proses memahami sejarah. Dalam proses pembelajaran sejarah tentu harus sesuai dengan tujuan pembelajaran sejarah nasional, yaitu 56 : 1 Membangkitkan, mengembangkan serta memelihara semangat kebangsaan. 2 Membangkitkan hasrat mewujudkan cita-cita keangsaan dalam segala lapanganbidang. 3 Membangkitkan hasrat –mempelajari sejarah kebangsaan dan mempelajarinya sebagai bagian dari sejarah dunia. 4 Menyadarkan anak tentang cita-cita nasional Pancasila dan Undang-undang Pendidikan serta perjuangan tersebut untuk mewujudkan cita-cita itu sepanjang masa. Dari hal tersebut maka pembelajaran sejarah memiliki peran penting. bukan hanya sebagai proses transfer ide, akan tetapi juga proses pendewasaan peserta didik untuk memahami identitas, jati diri dan kepribadian bangsa melalui pemahaman terhadap peristiwa sejarah. Dengan demikian pembelajaran sejarah hendaknya memperhatikan beberapa prinsip 57 : 1 Pembelajaran yang dilakukan haruslah adaptif terhadap perkembangan peserta didik dan perkembangan zaman. Kendatipun sejarah bercerita tentang kehidupan pada masa lalu, bukan berarti sejarah tidak bisa diajarkan secara kontekstual. Banyak nilai dan fakta sejarah yang bila disampaikan dengan benar dan sesuai alam fikiran peserta didik akan mampu membangkitkan pemahaman dan kesadaran peserta didik terhadap nilai-nilai nasionalisme, patriotisme, dan persatuan. 2 Pembelajaran sejarah hendaklah berorientasi pada pendekatan nilai. Menyampaikan fakta memang sangat penting dalam pembelajaran sejarah, akan tetapi yang juga tidak kalah penting adalah bagaimana mengupas fakta- 56 Heri Susanto, Seputar Pembelajaran Sejarah: Isu, Gagasan, dan Strategi pembelajaran, Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2014, hlm. 57. 57 Ibid., hlm. 56. fakta tersebut dan mengambil intisari nilai yang terdapat di dalamnya sehingga si pembelajar akan menjadi lebih mawas diri sebagai akibat dari pemahaman nilai tersebut. 3 Strategi pembelajaran yang digunakan hendaklah tidak mematikan kreatifitas dan memaksa peserta didik hanya untuk menghafal fakta dalam buku teks. Sejarah sudah saatnya diajarkan dengan cara yang berbeda, kebekuan pembelajaran yang terjadi seringkali dikarenakan rendahnya kreatifitas dalam pembelajaran sejarah. Sebagai akibat kejenuhan seringkali menjadi faktor utama yang dihadapi guru dalam mengajarkan sejarah dan siswa dalam belajar. Dari ketiga hal tersebut dapat dipahami bahwa tantangan guru dalam mengajarkan sejarah menjadi tidak mudah. Pengajar harus memahami apa menjadi yang tujuan, karakteristik dan sasaran pembelajaran sejarah. Pengajar juga harus memahami visi dan misi pendidikan sehingga sejarah yang diajarkan dapat memberi pencerahan dan sehingga sejarah yang diajarkan dapat memberi pencerahan dan landasan berpikir dalam bersikap bagi peserta didik pada zamannya.

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang dilakukan oleh Andrianus Akun pada tahun 2016 yaitu Persepsi Guru dan Siswa Terhadap Implementasi Kurikulum 2013 dalam Pembelajaran Sejarah Studi Kasus di SMK Negeri 2 Depok Sleman DIY. Hasil penelitian menunjukkan bahwa guru memiliki persepsi positif terhadap implementasi Kurikulum 2013 dalam pembelajaran sejarah karena guru PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI