Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembangunan nasional dalam bidang pendidikan adalah upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia melalui proses pendidikan Sagala, 2010: 230. Pembangunan nasional dalam bidang pendidikan tersebut dapat diwujudkan dengan meningkatkan dan menyempurnakan penyelenggaraan pendidikan nasional yang disesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, perkembangan masyarakat, dan tantangan global. Oleh karena itu, kurikulum di Indonesia juga senantiasa mengalami perkembangan dan penyesuaian dengan kemajuan zaman untuk mewujudkan tujuan nasional pendidikan tersebut. Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang sekarang ini sedang diujicobakan di beberapa SD yang ditunjuk. Tujuan pengembangan Kurikulum 2013 terutama adalah untuk mengatasi masalah dan tantangan berupa kompetensi riil yang dibutuhkan oleh dunia kerja, globalisasi ekonomi pasar bebas, membangun kualitas manusia Indonesia yang berakhlak mulia, dan menjadi warga negara yang bertanggung jawab Kemendikbud, 2013: 6. Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013 tentanng Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah menyebutkan, bahwa “Sesuai Standar Kompetensi Lulusan dan Standar isi, maka prinsip pembelajaran yang digunakan dari pembelajaran parsi al menuju pembelajaran terpadu”. Hal ini dipertegas kembali dalam Permendikbud Nomor 67 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur 2 Kurikulum SDMI menyebutkan, bahwa “Pelaksanaan Kurikulum 2013 pada SDMI dilakukan melalui pembelajaran dengan pendekatan tematik-terpadu dari Kelas I sampai Kelas VI”. Kemendikbud 2013: 15 menyebutkan bahwa terdapat beberapa hak esensial Kurikulum 2013 yang membedakan dengan KBK dan KTSP terutama dapat dilihat pada cara pandang terhadap mata pelajaran. Diantaranya adalah sebagai berikut. .................................................................................................................. 5 Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP tiap jenis isi materi pembelajaran diajarkan secara terpisah, pada Kurikulum 2013 berbagai macam jenis isi materi pembelajaran diajarkan terkait dan terpadu satu sama lain cross curriculum atau integrated curriculum. 6 Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP pendekatan tematik hanya digunakan untuk anak kelas satu sampai kelas tiga, pada Kurikulum 2013 pendekatan tematik untuk semua jenjang dari kelas satu sampai kelas enam. Perbedaan dalam penyajian mata pelajaran dan pendekatan pembelajaran dengan kurikulum sebelumnya ini tentu ada alasan yang mendasari. Kemendikbud 2013: 16 memaparkan beberapa alasan yang mendasari perancangan Kurikulum 2013 ini dan salah satunya adalah sebagai berikut. 1 Anak didik pada jenjang SD belum perlu diajak untuk berpikir secara tersegmentasi dalam matapelajaran yang saling terpisah satu sama lain. Di sini perlu menyuguhkan proses pembelajaran yang utuh pada anak didik secara tematik. Hal ini didukung oleh banyaknya sekolah alternatif dan sekolah-sekolah internasionl yang menerapkan sistem pembelajaran integratif berbasis tema yang menunjukkan hasil menggembirakan. .................................................................................................................. Sampai saat ini, pembelajaran dengan pendekataan tematik-terpadu masih dianggap membingungkan bagi sebagian besar guru Kemendikbud, 2013: 3. Apalagi bagi guru pengampu kelas atas yang belum terbiasa menggunakan pendekatan ini. Guru dituntut untuk dapat mengolah atau merencanakan 3 pembelajaran dengan beberapa mata pelajaran yang dirangkum menjadi satu tema. Namun perlu diingat bahwa tugas seorang pendidik adalah tugas profesional, selalu menghadapi tantangan apabila ingin menjadi pendidik yang kreatif, dinamis, kritis, dan ilmiah Sagala, 2010: 163. Kurikulum 2013 inilah yang sekarang ini menjadi tantangan bagi guru untuk dapat merencanakan proses pembelajaran dengan matang. Ely dalam Sanjaya, 2006: 49 mengungkapkan bahwa perencanaan adalah proses dan cara berpikir yang dapat membantu menciptakan hasil yang diharapkan. Perencanaan proses pembelajaran yang matang dapat memberikan gambaran bagi guru tentang keberhasilan suatu proses pembelajaran. Proses pembelajaran merupakan proses komunikasi Sanjaya, 2006: 160. Terkadang dalam dalam proses pembelajaran terjadi kegagalan komunikasi sehingga pesan atau materi pelajaran yang disampaikan guru tidak dapat diterima oleh siswa dengan optimal. Oleh karena itu, perlu adanya perencanaan dalam menentukan strategi pembelajaran dengan memanfaatkan berbagai media dan sumber belajar yang tepat agar terhindar dari kegagalan komunikasi tersebut. Hal ini diperkuat oleh pernyataan Syaiful Sagala 2010: 164 yang menegaskan bahwa perencanaan, pemilihaan, dan pemafaatan media perlu dikuasai sunguh-sungguh dan dipertimbangkan dengan baik oleh guru agar tidak mengakibatkan kegagalan mencapai tujuan. Perkembangan teknologi yang semakin berkembang dapat mempermudah siswa dalam memperoleh informasi dan mempelajari segala sesuatu melalui berbagai macam media, seperti bahan-bahan cetak, audio, gambar, televisi, 4 internet, dan sebagainya. Oleh karena itu, guru di zaman sekarang harus mampu memanfaatkan media belajar yang sangat kompleks seperti video, televisi dan film, disamping media pendidikan yang sederhana Sagala, 2010: 164. Beberapa perkembangan teknologi tersebut dapat dimanfaatkan guru sebagai media dan sumber belajar dalam menyampaikan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Kemajuan teknologi menuntut perubahan peran guru. Jika sebelumnya guru dalam proses belajar mengajar hanya berperan sebagai sumber belajar, maka kini peran guru pun berubah yakni sebagai fasilisator dalam proses belajar mengajar. Sebagai fasilisator, guru berperan dalam memberikan pelayanan untuk memudahkan siswa dalam kegiatan proses pembelajaran Sanjaya, 2006: 21. Guru hendaknya mampu memilih dan memanfaatkan berbagai media dan sumber belajar yang ada di sekolah dan lingkungan. Ketersediaan fasilitas belajar di sekolah yang telah diadaptasi sesuai dengan perkembangan teknologi akan memungkinkan siswa merasa senang belajar. Hal ini dikarenakan siswa akan memperoleh pengalaman belajar yang baru dan tidak monoton dengan hanya belajar di kelas menggunakan media dan sumber belajar yang terbatas saja. Telah berbagai macam alat yang diciptakan untuk mempermudah guru dalam menyampaikan pembelajaran. Nasution 2011: 101 mengungkapan bahwa revolusi industri sebagai akibat kemajuan teknlogi dan ilmu pengetahuan sejak akhir abad ke-19 turut mempengaruhi pendidikan dengan menghasilkan alat pendidikan seperti fotografi, gramofon, film, filmstrip, sampai kepada radio, 5 televisi, komputer, laboratorium bahasa, video tape, dan sebagainya. Banyak yang diharapkan dari alat-alat teknologi pendidikan tersebut dalam membantu mengatasi berbagai masalah pendidikan. Di sinilah peran guru sangat dibutuhkan dalam memanfaatkan alat-alat tersebut sebagai media dan sumber pembelajaran agar alat tersebut dapat bermanfaat secara optimal. Laboratorium bahasa menjadi salah satu pilihan bagi guru untuk digunakan dalam proses belajar mengajar. Laboratorium bahasa merupakan variasi mesin mengajar yang juga menggunakan sejumlah alat audio-visual lainnya misalnya tape recorder, filmstrip, pelajaran berprograma dan sebagainya Nasution, 2011: 109. Alat-alat tersebut dapat dimanfaatkan sebagai media dan sumber belajar dalam menyampaikan pembelajaran. Siswa tertarik dalam memanfaatkan beberapa alat yang digunakan dalam laboratorium bahasa ini. Ketertarikan siswa ini dapat meningkatkan motivasi belajarnya sehingga siswa lebih mudah menerima pesan yang disampaikan oleh guru secara maksimal. Laboratorium bahasa dianggap efektif terutama untuk pembelajaran bahasa asing dalam aspek listening. Namun, Mambo dalam Suciati, 2006: 2 memiliki pandangan lain bahwa seiring dengan perkembangan zaman, laboratorium bahasa mampu mendukung pengajaran komunikatif yang menekankan pada pembelajaran yang berjangka panjang, antar disiplin ilmu, berfokus pada siswa, dan terintegrasi dengan masalah dan kenyataan sehari-hari. Oleh karena itu, pembelajaran dengan Kurikulum 2013 yang memiliki pendekatan Tematik Integratif masih dapat memanfaatkan laboratorium bahasa dalam kegiatan belajarnya. 6 SD Jetis Bantul merupakan salah satu SD yang ditujuk sebagai sekolah yang mengujicobakan Kurikulum 2013 pada tahun ajaran 20132014 untuk kelas I dan IV. Dalam pertemuan KKG pada tanggal 15 Maret 2014, Bapak Suyadi sebagi pembina gugus inti Kecamatan Jetis Bantul mengat akan bahwa “Dengan tersedianya fasilitas yang lengkap dan terdapat di kawasan sekolah terpadu yang akan menjadi sekolah percontohan dari tingkat nasional, maka SD Jetis harus dikembangkan”. Inilah salah satu alasan SD Jetis Bantul menjadi satu-satunya sekolah di UPT Jetis Bantul yang ditunjuk sebagai sekolah perintis pembelajaran dengan menggunakan Kurikulum 2013. Guru kelas IV mengatakan bahwa kendala dalam penerapan kurikulum 2013 ini adalah pada kurangnya materi yang disajikan dalam buku tematik yang diberikan oleh pemerintah. Hal ini menuntut guru untuk mencari referensi buku lain untuk melengkapi materi tersebut. Selain buku, guru juga memaparkan bahwa sudah banyak fasilitas yang tersedia di sekolah yang dapat dimanfaatkan guru untuk mengatasi masalah tersebut. Salah satunya adalah laboratorium bahasa yang di dalamnya telah tersedia beberapa CD pembelajaran tematik, CD pembelajaran tiap muatan pelajaran, cerita rakyat, dan dongeng anak yang dapat digunakan guru sebagai sumber belajar siswa dalam proses pembelajaran dengan bantuan alat elektronik yang tersedia dalam laboratorium bahasa sebagai media pembelajaran. Berdasarkan pengamatan dan wawancara dengan guru kelas IV di SD Jetis, SD Jetis merupakan satu-satunya sekolah dasar di UPT Jetis Bantul yang memilliki fasilitas sekolah berupa ruang laboratorium bahasa. Laboratorium bahasa tersebut merupakan hibah atau pemberian dari SMP N 2 Jetis. Di dalam 7 laboratorium tersebut terdiri dari 40 “booth” atau kotak untuk siswa dan 1 kotak untuk guru sebagai kotak pengontrol bagi keempat puluh kotak yang lain. Setiap kotak untuk siswa terdapat beberapa perangkat elektronik seperti komputer, headset, dan tape recorder. Selain itu, pada setiap booth juga terdapat tombol yang berfungsi untuk mengkontrol besar kecilnya volume headset dan tombol untuk memanggil guru. Laboratorium bahasa sering digunakan dalam pembelajaran tematik terpadu khususnya kelas IV. Guru memaparkan bahwa siswa merasa senang mengikuti pembelajaran di laboratorium bahasa. Pembelajaran di laboratorium bahasa merupakan salah satu strategi yang dilakukan guru untuk memberikan pengalaman belajar yang bervariasi dan mengatasi kejenuhan belajar siswa di kelas. Guru menambahkan bahwa siswa kelas rendah belum diperkenankan untuk meemanfaatkan laboratorium bahasa dalam kegiatan belajar mengajar mengingat karakter siswa yang masih terlalu aktif bergerak sehingga guru merasa kesulitan dalam mengawasi penggunaan alat-alat yang terdapat di dalamnya. Guru SD Jetis memperoleh pelatihan penggunaan laboratorium bahasa selama 3 hari. Berdasarkan hasil wawancara oleh peneliti kepada guru kelas IVA, IVB, dan IVC peneliti memperoleh informasi bahwa walaupun ketiga guru tersebut merupakan guru kelas dan sudah mendapatkan pelatihan, namun ketika guru akan mengajak siswa melakukan pembelajaran menggunakan laboratorium bahasa, pembelajaran dilimpahkan kepada guru kelas IVB. Hal ini dikarenakan guru kelas IVB lebih sering memanfaatkan laboratorium bahasa sehingga guru 8 sudah mahir dalam mengoperasikannya. Perlu adanya pelatihan yang lebih intensif agar guru kelas dapat memanfaatkan laboratorium bahasa dengan mandiri. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian bagaimana pemanfaatan labaratorium bahasa di SD Jetis dengan menget engahkan judul “Pemanfaatan Laboratorium Bahasa dalam Pembelajaran Tematik Terpadu pada Siswa Kelas IV SD Jetis Bantul”. Peneliti berharap hasil penelitian ini dapat digunakan sekolah sebagai umpan balik untuk menilai sejauh mana pemanfaatan laboratorium bahasa dalam pembelajaran tematik terpadu siswa kelas IV di sekolah tersebut.

B. Identifikasi Masalah