ANALISIS KETERAMPILAN PROSES IPA DASAR DALAM PEMBELAJARAN TEMATIK-TERPADU PADA SISWA KELAS IV B DI SD NEGERI PERCOBAAN 4 WATES KULON PROGO.

(1)

i

ANALISIS KETERAMPILAN PROSES IPA DASAR DALAM PEMBELAJARAN TEMATIK-TERPADU PADA SISWA

KELAS IV B DI SD NEGERI PERCOBAAN 4 WATES KULON PROGO

TUGAS AKHIR SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana

Pendidikan.

Oleh: Inshofa NIM 13108241044

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2017


(2)

ii

ANALISIS KETERAMPILAN PROSES IPA DASAR DALAM PEMBELAJARAN TEMATIK-TERPADU PADA SISWA

KELAS IV B DI SD NEGERI PERCOBAAN 4 WATES KULON PROGO

Oleh: Inshofa NIM 13108241044

ABSTRAK

Keterampilan proses IPA dasar merupakan suatu keterampilan yang penting untuk dilatihkan karena memberikan kesempatan siswa untuk menemukan konsep IPA melalui proses pembelajaran secara aktif. Penelitian ini memiliki tujuan untuk menganalisis keterampilan proses IPA dasar dalam pembelajaran tematik-terpadu pada siswa kelas IV B di SD Percobaan 4 Wates.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan subjek guru dan siswa. Data diambil dari perencanaan pembelajaran melalui dokumentasi RPP dan wawancara guru, data pelaksanaan pembelajaran melalui observasi dan wawancara guru serta siswa, data evaluasi diperoleh melalui observasi siswa, dan data faktor pendukung serta penghambat diperoleh melalui observasi dan wawancara guru serta siswa. Uji keabsahan data dilakukan dengan uji kredibilitas berupa trianggulasi teknik dan trianggulasi sumber. Teknik analisis data meliputi reduksi data, penyajian data, dan kesimpulan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa guru melaksanakan pembelajaran tidak jauh berbeda dari rencana pelaksanaan pembelajaran. Dalam melatihkan keterampilan proses, guru memberikan kesempatan untuk berdiskusi dalam kelompok kecil dan besar, menelaah keterampilan proses yang digunakan siswa, mendorong adanya review bersama, menggunakan metode, alat dan media pembelajaran. Keterampilan proses IPA dasar yang dilatihkan, berbeda antara perencaanaan dan pelaksanaannya. Pada perencanaan guru hanya melatihkan keterampilan mengamati, mengkomunikasikan, dan menginferensi. Sedangkan dalam pelaksanaan pembelajaran, guru juga melatihkan keterampilan memprediksi. Keterampilan proses yang ditunjukkan siswa yaitu mengamati, mengkomunikasikan, menginferensi, dan memprediksi. Faktor pendukungnya yaitu: antusias siswa yang tinggi, usaha keras guru dalam mempersiapkan pembelajaran, alat dan media yang cukup memadai, dan tersedianya buku guru. Faktor penghambatnya yaitu: sebagian besar siswa kurang percaya diri, keluhan guru yang merasa kesulitan melatihkan keterampilan proses karena kemampuan dalam IPA masih terbatas, penyimpanan alat dan media yang tidak teratur dan jumlahnya terbatas, serta melatihkan keterampilan proses yang tergantung pada materi.


(3)

iii

AN ANALYSIS OF BASIC SCIENCE PROCESS SKILLS ON THEMATIC-INTEGRATED LEARNING OF VI B STUDENTS

AT SD NEGERI PERCOBAAN 4 WATES KULON PROGO By:

Inshofa NIM 13108241044

ABSTRACT

Basic science process skills are important to be taught in which it helps students to find science concept through active learning process. The aim of this research was to analyze basic science process skills on thematic-integrated learning of VI B students at SD Percobaan 4 Wates.

The research used qualitative descriptive method with its subjects were a teacher and students. The data was gathered from lesson plan through RPP documentation and interview teacher, the implementation data through observation and interview teacher with students, the evaluation data through students observation, the supporting and inhibitory factors data through observation and interview teacher with students. In addition, to make the data trustworthy or reliable, triangulation was used in this research. Data analysis technique involves data reduction, data display, and conclusion drawing.

The result of the study showed that the teacher ran the learning process based on the lesson plan with a little different. In teaching science process skills, the teacher gave a chance to students to have a discussion in small and large groups, evaluated students’ science process skills, had a review together, and used a method and learning toolkits. Basic science process skills which were taught were different in the implementation compared with the planning. In the planning, the teacher taught some skills such as observing, communicating, and inferring. While in the implementation, the teacher also taught predicting skill. Later, the skills that were shown by the students were observing, communicating, inferring, and predicting. The supporting factors in this study were students’ high enthusiasm, the teacher’s hard work in learning preparation, the sufficiency of learning toolkits, and the availability of teacher’s guide. At the same time, the inhibitory factors were students’ lack of confidence, teacher’s complaints in teaching process skill, in placing the learning toolkits nomadically and its amount which was in limit, and in teaching science process skills which depends on the material.


(4)

(5)

(6)

(7)

vii MOTTO

“Segala sesuatu yang dicita-citakan dapat kita raih apabila kita selalu berdoa dan berusaha untuk meraihnya”

(Penulis)

“Berbuatlah yang baik agar kita mendapat kebaikan pula” (Penulis)

“Yang hebat didunia ini bukanlah tempat dimana kita berada, melainkan arah yang kita tuju”


(8)

viii

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan untuk:

1. Bapak dan Ibu saya yang selalu memberi dukungan baik moril maupun materiil untuk kesuksesan saya.

2. Keluargaku tercinta yang selalu memberi semangat untuk mencapai cita-cita. 3. Almamater saya Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan

pengalaman belajar yang sungguh luar biasa. 4. Nusa, bangsa, dan agama.


(9)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan karunia-Nya, Tugas Akhir Skripsi dalam rangka untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan dengan judul “ANALISIS KETERAMPILAN PROSES IPA DASAR DALAM PEMBELAJARAN TEMATIK-TERPADU PADA SISWA KELAS IV B DI SD NEGERI PERCOBAAN 4 WATES, KECAMATAN WATES, KABUPATEN KULON PROGO” dapat disusun sesuai dengan harapan, Tugas Akhir Skripsi ini dapat diselesaikan tidak lepas dari bantuan dan kerjasama dengan pihak lain. Berkenaan dengan hal tersebut, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Ibu Dr. Pratiwi Puji Astuti, M.Pd selaku Dosen Pembimbing TAS yang telah banyak memberikan semangat, dorongan, dan bimbingan selama penyusunan Tugas Akhir Skripsi ini.

2. Ibu Dr. Pratiwi Puji Astuti, M.Pd, Bapak Ikhlasul Ardi Nugroho, M.Pd, Bapak Prof. Dr. Djukri, M.S., selaku Ketua Penguji, Sekretaris, dan Penguji yang sudah memberikan koreksi perbaikan secara komprehensif terhadap TAS ini.

3. Bapak Suparlan, M.Pd.I selaku Ketua Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar beserta dosen dan staf yang telah memberikan bantuan dan fasilitas selama proses penyusunan pra proposal sampai dengan selesainya TAS ini.

4. Bapak Dr. Haryanto, M.Pd selaku Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan yang memberikan persetujuan pelaksanaan Tugas Akhir Skripsi.

5. Bapak Timbul Widodo, S.Pd selaku Kepala SD Negeri Percobaan 4 Wates yang telah memberi ijin dan bantuan dalam pelaksanaan penelitian Tugas Akhir Skripsi ini. 6. Para guru dan staf SD Negeri Percobaan 4 Wates yang telah memberi bantuan

memperlancar pengambilan data selama proses penelitian Tugas Akhir Skripsi ini. 7. Semua pihak, secara langsung maupun tidak langsung, yang tidak dapat disebutkan

disini atas bantuan dan perhatiannya selama penyusunan Tugas Akhir Skripsi ini. Akhirnya, semoga segala bantuan yang telah berikan semua pihak di atas


(10)

x

menjadi amalan yang bermanfaat dan mendapatkan balasan dari Allah SWT dan Tugas Akhir Skripsi ini menjadi informasi bermanfaat bagi pembaca atau pihak lain yang membutuhkannya.

Yogyakarta, 22 Mei 2017 Penulis,

Inshofa NIM 13108241044


(11)

xi DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

SURAT PERNYATAAN... iv

LEMBAR PERSETUJUAN...v

LEMBAR PENGESAHAN ... vi

MOTTO ... vii

PERSEMBAHAN ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ...x

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ...xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ...1

B. Identifikasi Masalah ...9

C. Area Dan Fokus Masalah ...10

D. Rumusan Masalah Penelitian ...10

E. Tujuan Penelitian ...11

F. Manfaat Penelitian ...11

BAB II KAJIAN TEORI A. Pembelajaran IPA ...13

1. Hakikat IPA ...13

2. Pembelajaran IPA di SD ...15

B. Keterampilan Proses IPA ...16

1. Pengertian Keterampilan Proses IPA ...16

2. Peran Keterampilan Proses IPA ...18

3. Pengembangan Keterampilan Proses IPA ...19

4. Aspek-aspek Keterampilan Proses IPA Dasar ...21

5. Indikator Keterampilan Proses IPA Dasar ...27

C. Pembelajaran Tematik-Terpadu ...28

1. Pengertian Pembelajaran Tematik-Terpadu ...28

2. Prinsip Pembelajaran Tematik-Terpadu ...29

3. Karakteristik Pembelajaran Tematik-Terpadu ...31

D. Karakteristik Siswa SD Kelas IV ...32

E. Hasil Penelitian yang Relevan ...33

F. Kerangka Pikir ...34

G. Pertanyaan Penelitian ...35

BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian ...37

B. Subjek Penelitian ...37


(12)

xii

D. Teknik Pengumpulan Data ...38

1. Observasi...39

2. Wawancara ...39

3. Dokumentasi ...40

E. Instrumen Penelitian ...40

1. Instrumen Observasi ...41

2. Instrumen Wawancara ...42

F. Teknik Analisis Data ...42

1. Reduksi Data ...43

2. Penyajian Data ...44

3. Penarikan Kesimpulan ...44

G. Uji Keabsahan Data ...45

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian ...47

B. Hasil Penelitian ...48

1. Perencanaan dalam Melatihkan Keterampilan Proses IPA Dasar ...49

2. Pelaksanaan dalam Melatihkan Keterampilan Proses IPA Dasar ...54

3. Evaluasi Keterampilan Proses IPA Dasar yang Ditunjukkan Siswa . ...65

4. Faktor Pendukung dalam Menerapkan Keterampilan Proses IPA Dasar ...82

5. Faktor Penghambat dalam Menerapkan Keterampilan Proses IPA Dasar ...84

C. Pembahasan Hasil Penelitian ...86

1. Perencanaan dalam Melatihkan Keterampilan Proses IPA Dasar ...87

2. Pelaksanaan dalam Melatihkan Keterampilan Proses IPA Dasar ...90

3. Evaluasi Keterampilan Proses IPA Dasar yang Ditunjukkan Siswa . ...93

4. Faktor Pendukung dalam Menerapkan Keterampilan Proses IPA Dasar ...95

5. Faktor Penghambat dalam Menerapkan Keterampilan Proses IPA Dasar ...96

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan ...97

B.Saran ...98

DAFTAR PUSTAKA ...100


(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1. Komponen dalam analisis data (interactive model) ...43


(14)

xiv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Kisi-kisi Pedoman Observasi Guru ...41

Tabel 2. Kisi-kisi Pedoman Observasi Siswa ...41

Tabel 3. Kisi-kisi Pedoman Wawancara Guru ...42

Tabel 4. Kisi-kisi Pedoman Wawancara Siswa...42

Tabel 5. Perencanaan dalam Melatihkan Keterampilan Proses IPA Dasar ....53

Tabel 6. Perencanaan dalam Melatihkan Keterampilan Proses IPA Dasar ....54

Tabel 7. Pelaksanaan dalam Melatihkan Keterampilan Proses IPA Dasar ...64

Tabel 8. Pelaksanaan dalam Melatihkan Keterampilan Proses IPA Dasar ...65

Tabel 9. Keterampilan Observasi ...70

Tabel 10. Keterampilan Komunikasi ...75

Tabel 11. Keterampilan Prediksi ...77


(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Reduksi Data...104

Lampiran 2. Analisis RPP ...130

Lampiran 3. Hasil Observasi Guru ...136

Lampiran 4. Hasil Observasi Siswa ...147

Lampiran 5. Hasil Wawancara Guru ...160

Lampiran 6. Hasil Wawancara Siswa ...167

Lampiran 7. Catatan Lapangan ...171

Lampiran 8. Hasil Dokumentasi ...183

Lampiran 9. Dokumentasi RPP ...189

Lampiran 10. Dokumentasi Penilaian Otentik ...222

Lampiran 11. Pedoman Observasi Guru ...234

Lampiran 12. Pedoman Observasi Siswa ...235

Lampiran 13. Pedoman Wawancara Guru ...237

Lampiran 14. Pedoman Wawancara Siswa ...241


(16)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Menurut Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 57 tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah dalam pasal 11 ayat 2 tertulis bahwa : “Pembelajaran tematik-terpadu merupakan muatan pembelajaran dalam mata pelajaran Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah yang diorganisasikan ke dalam tema-tema.” Pemberlakuan Kurikulum 2013 saat ini membuat implementasi pembelajaran disekolah berubah menjadi terpadu, tidak seperti kurikulum yang sebelumnya yaitu Kurikulum Tingat Satuan Pendidikan (KTSP) dimana kurikulum tersebut mengemas pembelajaran dengan menyajikan materi pelajaran secara terpisah. Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 6 ayat 1 dijelaskan bahwa :

Kurikulum untuk jenis pendidikan umum, kejuruan, dan khusus pada jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri atas: (1) kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia; (2) kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian; (3) kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi; (4) kelompok mata pelajaran estetika; (5) kelompok mata pelajaran jasmani, olah raga, dan kesehatan.

Masing-masing kelompok mata pelajaran dilaksanakan melalui kegiatan pembelajaran. Kelompok mata pelajaran diuraikan kedalam beberapa mata pelajaran contohnya kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam pasal 7 ayat 3 tertulis bahwa:

Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi pada SD/MI/SDLB/ Paket A, atau bentuk lain yang sederajat dilaksanakan melalui muatan dan/atau


(17)

2

kegiatan bahasa, matematika, ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, keterampilan/kejuruan, dan muatan lokal yang relevan.

Hal tersebut menunjukkan bahwa materi pelajaran yang diberikan kepada siswa dilaksanakan secara terpisah sesuai dengan mata pelajarannya masing- masing. Berbeda dengan Kurikulum 2013 yang mengemas pembelajaran secara terpadu. Kurikulum tersebut memadukan antara mata pelajaran yang satu dengan mata pelajaran yang lain. Dalam suatu pembelajaran bisa terdiri dari tiga sampai empat mata pelajaran yang tentunya materi tersebut saling bekaitan. Oleh karena itu, pembelajaran tersebut tidak terlihat ke dalam mata pelajaran-mata pelajaran yang berdiri sendiri namun akan terlihat seperti suatu pokok bahasan yang mengangkat sebuah tema atau permaslahan. Sejalan dengan pendapat Majid (2014: 9) yang menyatakan bahwa dalam pembalajaran tematik-terpadu pemisah antar mata pelajaran tidak begitu jelas, fokus pembelajaran lebih kearah tema-tema yang berkaitan dengan kehidupan siswa.

Pemberlakuan kurikulum 2013 menggunakan pembelajaran tematik-terpadu dan pendekatan saintifik yang menekankan pada aktivitas siswa. Dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah dijelaskan:

Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis siswa.

Pembelajaran tersebut menuntut siswa untuk terlibat aktif dalam pembelajaran yang dilaksanakan, karena dalam hal ini siswa bukan lagi menjadi objek namun subyek


(18)

3

dalam pembelajaran. Hal tersebut dilakukan untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam aspek sikap, pengetahuan dan keterampilan agar ketiga aspek dapat berkembang secara seimbang.

Pembelajaran tematik-terpadu menekankan pembelajaran yang berbasis pemecahan masalah dan siswa didorong untuk menghasilkan suatu karya, hal tersebut sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah yang berbunyi :

Untuk memperkuat pendekatan ilmiah (scientific), tematik terpadu (tematik antar matapelajaran), dan tematik (dalam suatu mata pelajaran) perlu diterapkan pembelajaran berbasis penyingkapan/penelitian (discovery/inquiry learning). Untuk mendorong kemampuan siswa untuk menghasilkan karya kontekstual, baik individual maupun kelompok maka sangat disarankan menggunakan pendekatan pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah (project based learning).

Adapun sasaran dalam pembelajaran tersebut menggunakan pendekatan belajar yang dipilih berbasis pada teori tentang taksonomi tujuan pendidikan yaitu mencakup pengembangan aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Dalam mengambangkan ketiga aspek tersebut, setiap aspeknya memliki proses yang berbeda, hal tersebut telah dijabarkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah yaitu:

Sikap diperoleh melalui aktivitas “menerima, menjalankan, menghargai, menghayati, dan mengamalkan”. Pengetahuan diperoleh melalui aktivitas “mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, mencipta”. Keterampilan diperoleh melalui aktivitas “mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta”.


(19)

4

Proses pembelajaran yang dilaksanakan, diharapkan mampu mengembangkan ketiga aspek tersebut. Pengembangan ketiga aspek harus secara utuh, tidak dapat dipisahkan antara aspek yang satu dengan aspek yang lain. Mengingat bahwa pembelajaran pada Kurikulum 2013 ini tidak hanya menekankan pada aspek pengetahuan saja namun juga aspek sikap dan keterampilan sehingga ketiga aspek tersebut dapat berkembang secara seimbang. Pendapat tersebut dikuatkan dengan pernyataan Saefuddin & Berdiati (2014: 43) bahwa pembelajaran saintifik tidak memandang hasil belajar sebagai proses akhir, akan tetapi proses dalam pembelajaranlah yang sangat penting. Maka dari itu, pembelajaran saintifik menekankan pada keterampilan proses. Kenyataan selama ini, pada kurikulum yang sebelumnya hanya menekankan aktivitas belajar siswa dalam aspek pengetahuan saja. Sebenarnya out put yang dibutuhkan tidak hanya siswa yang cerdas dalam pengetahuannya saja, melainkan juga cerdas dalam bersikap dan bertindak. Hal tersebut sangat dibutuhkan untuk bekal dalam mengimplementasikan dikehidupan yang sesungguhnya.

Pendektan saintifik yang digunakan dalam pembelajaran tematik-terpadu merupakan bagian dari keterampilan proses yang dilatihkan pada siswa melalui pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Pendekatan saintifik atau pendekatan berbasis keilmuan diadopsi dari keterampilan proses, sejalan dengan pendapat Alfred De Vito (Saefuddin & Berdiati, 2014: 43) menyatakan bahwa pembelajaran saintifik diadopsi dari langkah-langkah saintis dalam membangun pengetahuan melalui metode ilmiah. Pembelajaran tersebut memungkinkan siswa


(20)

5

mengembangkan kecakapan berfikir sains, mengembangkan “sense of inquiry” dan kemampuan berfikir kreatif.

Didalam IPA terdapat keterampilan yang dikembangkan dalam proses pembelajaran yaitu keterampilan proses IPA. Rezba (2006: 4-5) menjelaskan bahwa keterampilan proses IPA dasar antara lain, mengamati, mengkomunikasikan, mengklasifikasi, mengukur, memprediksi, dan menyimpulkan. Keterampilan-keterampilan tersebut paling dominan dapat dimunculkan hanya pada pembelajaran IPA, karena dalam pembelajaran IPA lebih sering melakukan aktivitas nyata atau praktek untuk mencari bukti di lapangan. Keterampilan proses IPA dasar terdapat enam macam keterampilan. Dalam proses pembelajaran, keterampilan tersebut secara otomatis muncul semua terutama dalam proses pembelajaran IPA. Sapriati (2009: 4.1) menjelaskan bahwa keterampilan proses IPA adalah salah satu pendekatan, yang menekankan pada fakta dan pendekatan konsep yang digunakan dalam pembelajaran IPA.

Keterampilan proses IPA dasar perlu dilatihkan kepada siswa sekolah dasar yang perkembangan kognitifnya baru mulai pada tahap operasional konkret dimana tahap itu siswa mulai dapat berpikir secara logis. Piaget (Izzaty, 2013: 104) menjelaskan bahwa masa kanak-kanak akhir pada usia 7-12 tahun berada pada tahap operasional konkret, dimana siswa mampu memecahkan masalah yang bersifat konkret. Maka dari itu, siswa baru bisa memecahkan masalah terhadap hal yang konkret, yaitu sesuatu yang memiliki wujud misalnya saja benda-benda yang dapat dilihat dan dipegang. Untuk berfikir yang abstrak siswa sekolah dasar masih kesulitan. Sejalan dengan pendapat Izzaty (2013: 155) yang menyatakan meskipun


(21)

6

siswa sudah mampu berpikir logis tetapi cara berfikirnya masih berorientasi pada kekinian, siswa dapat berfikir abstrak baru pada masa remaja. Fase operasional konkret menunjukkan adanya sikap keingintahuannya yang cukup tinggi. Untuk mengenali lingkungannya terlebih kaitannya dengan tujuan pendidikan IPA, maka siswa sekolah dasar harus diberikan pengalaman serta kesempatan untuk mengembangkan kemampuan berfikir dan bersikap terhadap alam, sehingga dapat mengetahui rahasia dan gejala-gejala alam (Susanto, 2013: 170).

Siswa perlu dilatihkan keterampilan proses IPA dasar disesuaikan dengan tahap perkembangannya. Mengingat keterampilan proses IPA dasar merupakan dasar yang harus dikuasai siswa sebelum menguasai keterampilan proses IPA lanjutan. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Bundu (2006: 19) yang menjelaskan bahwa untuk tingkat sekolah dasar difokuskan pada keterampilan proses IPA dasar. Keterampilan proses IPA dasar berguna untuk belajar memahami lingkungannya, terlebih siswa sekolah dasar yang menunjukan keingintahuannya yang tinggi mampu mengembangkan kemampuan berfikir dan bersikap terhadap lingkungannya. Dengan keterampilan proses IPA dasar, siswa akan terlatih mencari dan menemukan permasalahan serta pemecahannya yang nantinya dapat diimplementasikan dalam kehidupan. Selain itu, keterampilan proses IPA perlu dilatihkan karena memiliki kelebihan mengingat pentingnya untuk dikembangkan dalam pembelajaraan menurut Trianto (2010:148) antara lain : (1) membantu siswa dalam mengembangkan pikirannya; (2) memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan penemuan; (3) meningkatkan daya ingat; (4) memberikan kepuasan


(22)

7

instrinsik bila anak telah berhasil melakukan sesuatu; (5) membantu siswa mempelajari konsep-konsep sains.

Berdasarkan uraian diatas, peneliti melakukan pengamatan di salah satu Sekolah Dasar yang sudah mengimplementasikan Kurikulum 2013 dan menerapakan proses pembelajaran tematik-terpadu yaitu SD Negeri Percobaan 4 Wates, Kulon Progo. SD Negeri Percobaan 4 Wates mulai menerapkan pembelajaran tematik-terpadu sejak diberlakukannya Kurikulum 2013. Hampir 3 tahun SD Negeri Percobaan 4 Wates menggunakan Kurikulum 2013 terhitung sejak diberlakukan kurikulum tersebut pada tahun 2013.

SD Negeri Percobaan 4 Wates merupakan salah satu sekolah favorit di Wates yang memiliki Akreditasi A. Dari segi prestasi, SD Negeri Percobaan 4 Wates sering meraih kejuaraan setiap kali mengikuti perlombaan baik dalam bidang akademik maupun non-akademik. Dari segi fasilitas, SD Negeri Percobaan 4 Wates memiliki fasilitas yang cukup memadai untuk membantu proses pembelajaran. Alat-alat peraga ataupun media pembelajaran sudah tersedia disuatu ruangan tersendiri dan ada pula yang tersedia didalam kelas. Setiap pembelajaran guru sering menggunakan media atau alat peraga untuk membantu mempermudah dalam menyampaikan materi. Terkadang siswa juga diminta untuk membawa sendiri alat atau media yang dirasa mudah untuk siswa dapatkan.

Peneliti juga mengamati proses pembelajaran di kelas IV B yang dilakukan pada bulan November 2016. Secara keseluruhan pembelajarannya berlangsung cukup baik. Hal tersebut terlihat ketika belajar Tema Pahlawanku Sub Tema Perjuangan Para Pahlawanku Pembelajaran Satu khususnya pada materi IPA yaitu


(23)

8

sifat-sifat cahaya. Guru sudah melibatkan siswa untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran. Namun, guru baru mengajarkan keterampilan mengamati, menyimpulkan, dan mengkomunkasikan. Keterampilan mengamati diatihkan dengan melakukan percobaan menggunakan alat dan bahan yang sudah dipersiapkan di kelompoknya masing-masing. Setelah proses mengamati, siswa diminta untuk menuliskan hasil percobaan berdasarkan pertanyaan yang ada dibuku siswa karena guru belum menggunakan LKS. Siswa juga dilatih untuk menyimpulkan hasil dari apa yang telah diamati. Dalam membuat kesimpulan, siswa masih memerlukan bimbingan berupa pertanyaan pancingan terkait percobaan yang telah dilakukan. Selanjutnya, siswa dilatih untuk mengkomunikasikan hasil dari percobaan yang telah dilakukan dengan membuat laporan sederhana kemudian mendiskusikan secara bersama untuk menyamakan persepsi. Saat diskusi bersama terutama saat diminta untuk menjelaskan secara lisan sebagian besar siswa masih kurang merespon dengan baik. Hal tersebut membuat guru harus menunjuk siswa agar siswa berani menyampaikan hasil percobaan atau pendapatnya secara lisan. Saat dikonfirmasi melalui wawancara, guru belum bisa melatihkan semua keterampilan proses IPA dasar dikarenakan masih terkendala oleh materi yang tidak semua materi dapat digunakan untuk melatihkannya. Guru juga belum melakukan pengembangan dalam melatihkan keterampilan proses IPA dasar siswa karena guru hanya berpedoman pada buku guru dan siswa.

Peneliti memilih SD Negeri Percobaan 4 Wates sebagai objek penelitian dikarenakan, sekolah tersebut merupakan sekolah yang sudah menggunakan kurikulum 2013 dan mengimplementasikan pembelajaran tematik-terpadu. Dalam


(24)

9

pembelajarannya menggunakan pendekatan yang menekankan pada aktivitas siswa untuk mencari atau menemukan permasalahan serta pemecahannya. Dalam pelaksanaannya, guru didukung dengan fasilitas baik alat maupun media pembelajaran yang dapat membantu mempermudah dalam menyampaikan materi pelajaran. Terlebih pada pembelajaran IPA, dalam melatihkan keterampilan proses IPA guru juga memanfaatkan alat dan media pembelajaran sehingga terlaksana pembelajaran yang menekankan pada aktivitas siswa. Sejalan dengan pembelajaran yang dilaksanakan yaitu menggunakan pendekatan keterampilan proses. Hal tersebut memungkinkan siswa sudah terbiasa mengembangkan keterampilan proses yang dilatihkan oleh guru. Oleh karena itu peneliti ingin menganalisis keterampilan proses IPA dasar siswa pada pembelajaran tematik-terpadu. Penulis mengangkat judul “Analisis Keterampilan Proses IPA Dasar dalam Pembelajaran Tematik -Terpadu Pada Siswa Kelas IV B di SD Negeri Percobaan 4 Wates, Kecamatan Wates, Kabupaten Kulon Progo”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, dapat diidentifikasi beberapa permasalahan sebagai berikut:

1. Guru belum melatihkan keterampilan proses IPA dasar secara optimal sehingga siswa belum mampu menunjukkan keterampilan proses IPA dasar secara keseluruhan.

2. Guru belum terlihat mengembangkan LKS dan hanya berpedoman pada buku siswa sehingga pembelajaran masih terpacu pada buku siswa.


(25)

10

3. Siswa masih membutuhkan bimbingan dalam membuat kesimpulan berdasarkan percobaan yang telah dilakukan sehingga guru masih harus memberikan arahan serta pancingan dan siswa pun masih terlihat kurang aktif. 4. Guru belum mengembangkan metode pembelajaran yang dapat meningkatkan kepercayaan diri siswa sehingga sebagian besar siswa masih kurang berani dalam menyampaikan pendapatnya secara lisan.

5. Guru belum mengembangkan rencana pelaksanaan pembelajaran sehingga materi ataupun kegiatan dalam pembelajaran IPA belum mengarah untuk melatihkan semua keterampilan proses IPA dasar.

C. Area dan Fokus Penelitian

Berdasarkan uraian diatas, masalah yang diteliti agar dapat dikaji dan dibahas secara mendalam maka penelitian yang dilakukan hanya memfokuskan untuk menganalisis keterampilan proses IPA dasar dalam pembelajaran tematik-terpadu pada siswa kelas IV B di SD Negeri Percobaan 4 Wates. Peneliti menganalisis guru dalam melatihkan keterampilan proses IPA dasar pada siswa dan menganalisis keterampilan proses IPA dasar yang ditunjukan siswa serta ingin mengungkap faktor pendukung dan faktor penghambat dalam menerapkan keterampilan proses IPA dasar pada pembelajaran tematik-terpadu.

D. Rumusan Masalah Penelitian

1. Bagaimana keterampilan proses IPA dasar yang diterapkan pada siswa kelas IV B dalam pembelajaran tematik-terpadu di SD Negeri Percobaan 4 Wates?


(26)

11

2. Faktor pendukung dan penghambat apa saja dalam menerapkan keterampilan proses IPA dasar siswa kelas IV B pada pembelajaran tematik-terpadu di SD Negeri Percobaan 4 Wates?

E. Tujuan Penelitian

1. Untuk menganalisis keterampilan proses IPA dasar yang diterapkan pada siswa kelas IV B dalam pembelajaran tematik-terpadu di SD Negeri Percobaan 4 Wates.

2. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam menerapkan keterampilan proses IPA dasar siswa kelas IV B pada pembelajaran tematik-terpadu di SD Negeri Percobaan 4 Wates.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk mengembangkan keterampilan proses IPA dasar dalam pembelajaran tematik-terpadu. Secara rinci, manfaat penelitian di antaranya:

1. Secara Teoritis

Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya ilmu pengetahuan melalui kajian keterampilan proses IPA dasar siswa SD.

2. Secara Praktis a. Guru

Bagi guru selaku pendidik, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan dalam melatihkan keterampilan proses IPA dasar siswa SD.


(27)

12

Bagi sekolah selaku lembaga pendidikan, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai pedoman dalam meningkatkan kualitas sekolah yang berkaitan dengan pembelajaran yang tepat dalam meningkatkan keterampilan proses IPA dasar siswa. c. Mahasiswa PGSD

Bagi mahasiswa PGSD sebagai calon guru, hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk menambah pengetahuan cara mengembangkan keterampilan proses IPA dasar siswa SD.


(28)

13 BAB II KAJIAN TEORI A. Pembelajaran IPA

1. Hakikat IPA

Ilmu Pengetahuan Alam atau sering disingkat IPA merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah. Mata pelajaran IPA mulai diajarkan kepada siswa sejak dibangku sekolah dasar. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan terjemahan kata-kata dalam Bahasa Inggris yaitu natural science. Natural artinya alam atau segala sesuatu yang berhubungan dengan alam, sedangkan science artinya ilmu pengetahuan. Jadi Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) secara harafiah dapat diartikan ilmu tentang alam yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam. IPA membahas tentang gejala-gejala alam yang disusun secara sistematis didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan oleh manusia (Samatowa, 2011: 3). Susanto (2013: 167) menjelaskan bahwa IPA adalah usaha dalam memahami alam semesta melalui pengamatan yang tepat pada sasaran, serta menggunakan prosedur, dan dijelaskan dengan penalaran-penalaran sehingga mendapatkan suatu kesimpulan. Sedangkan Winaputra (Samatowa, 2011: 3) mengemukakan bahwa IPA tidak hanya merupakan kumpulan pengetahuan tetapi memerlukan kerja, cara berpikir, dan memecahkan masalah.

Hakikatnya, IPA bukanlah merupakan sebuah kumpulan pengetahuan saja, namun didalam IPA terdapat suatu proses kegiatan yang menggunakan sikap dalam memahami alam yang disusun secara sistematis sehingga menghasilkan suatu produk. Hal tersebut dikuatkan dengan pendapat Bundu (2006: 10-11) yang


(29)

14

menyatakan bahwa IPA merupakan suatu proses memahami alam yang didukung dengan sikap ilmiah untuk menghasilkan pengetahuan baru.

Menurut Susanto (2013: 168-169) menjelaskan bahwa IPA memiliki tiga komponen yaitu; 1) IPA sebagai produk, yaitu kumpulan hasil kegiatan penelitian secara empirik dan analitik yang telah dilakukan oleh ilmuan dalam bentuk fakta, konsep, hukum dan teori tentang alam; 2) IPA sebagai proses, yaitu keterampilan yang digunakan untuk menggali dan memahami tentang gejala alam. Keterampilan dalam IPA disebut keterampilan proses IPA antara lain mengamati, mengkomunikasikan, memprediksi, menginferensi, dan lainnya; 3) IPA sebagai sikap yaitu, sikap ilmiah yang dimiliki para ilmuan dalam melakukan penelitian terhadap alam. Sikap ilmiah yang dikembangkan dalam IPA antara lain, objektif, sikap ingin tahu, tidak putus asa, terbuka, ingin mendapat sesuatu yang baru, bertanggung jawab, dan lainnya. Wisudawati dan Sulistyowati (2015: 24) menambahkan IPA sebagai aplikasi yaitu penerapan metode ilmiah dalam kehidupan sehari-hari sebagai hasil belajar yang dilakukan.

Berdasarkan pendapat ahli diatas dapat disimpulkan bahwa IPA merupakan kumpulan ilmu pengetahuan tentang gejala-gejala alam yang diperoleh melalui serangkaian proses aktif yang dibangun atas dasar sikap ilmiah dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari sebagai hasil dari proses belajar yang telah dilakukan. Adapun karakteristik IPA menurut Jacobson & Bergman (Susanto, 2013: 170) yaitu: 1) IPA merupakan kumpulan konsep, prinsip, hukum, dan teori; 2) Proses ilmiah dapat berupa fisik dan mental, serta mencermati fenomena alam, termasuk juga penerapannya; 3) Sikap keteguhan hati, keingintahuan, dan


(30)

15

ketekunan dalam menyingkap rahasia alam; 4) IPA tidak dapat membuktikan semua hal akan tetapi beberapa saja yang logis; 5) Keberanian IPA bersifat subjektif dan buka kebenaran yang bersifat objektif.

2. Pembelajaran IPA di SD

Pembelajaran merupakan upaya guru untuk memudahkan kegiatan belajar siswa dengan tidak sekedar menjejalkan pengetahuan kepada siswa secara teori, akan tetapi juga melibatkan siswa dalam aktivitas belajar yang efektif dan efisien (Sugihartono, dkk, 2013: 81). Ilmu Pengetahuan Alam dapat dipahami melalui sebuah proses yang dilandasi dengan sikap ilmiah. IPA diajarkan tidak sekedar menghafal berbagai macam fakta dan konsep yang ada, akan tetapi melalui proses dengan praktek untuk melakukan penyelidikan terhadap gejala alam yang ada. Hal tersebut sejalan dengan Asy’ari (2006: 22) menjelaskan bahwa pembelajaran IPA merupakan kegiatan investigasi yang mendorong siswa untuk selalu aktif dan memiliki keingintahuan terhadap permasalahan alam sekitar. Melalui sebuah proses, pembelajaran IPA memberikan pengalaman belajar yang bermakna dan mampu menumbuhkan sikap ilmiah siswa. Menurut Susanto (2013: 170) pembelajaran IPA merupakan pembelajaran berdasarkan proses yang dapat menumbuhkan sikap ilmiah terhadap konsep-konsep IPA.

Pembelajaran IPA di sekolah dasar, tidak semata-mata untuk memberi pemahaman tentang konsep IPA. Akan tetapi, pembelajaran IPA memberikan makna yang lebih luas lagi. Melalui sebuah proses dan sikap ilmiah yang dikembangkan pembelajaran IPA bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Badan Nasional Standar Pendidikan (BSNP) (Susanto, 2011: 171-172)


(31)

16

tujuan pembelajaran IPA di SD yaitu : 1) Memperoleh keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-Nya; 2) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari ; 3) Menggambarkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat; 4) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah, dan membuat keputusan; 5) Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan alam; 6) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan; 7) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan ke jenjang SMP.

Berdasarkan uraian diatas dapat dijelaskan bahwa pembelajaran IPA adalah kegiatan yang dilakukan guru dengan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran melalui proses aktif untuk memperoleh pengetahuan dan mengembangkan sikap ilmiah berdasarkan permasalahan yang ada di alam sekitar sehingga siswa mampu memahami konsep IPA dan mampu menerapkan dalam kehidupan sehari-hari. B.Keterampilan Proses IPA

1. Pengertian Keterampilan Proses IPA

Menurut Susanto (2013: 168-169) keterampilan proses IPA merupakan keterampilan untuk menggali dan memahami tentang alam yang dilakukan oleh para ilmuan seperti, mengamati, mengukur, mengklasifikasikan dan menyimpulkan. Pendapat tersebut sejalan dengan Sapriati (2009: 4) yang


(32)

17

menyatakan bahwa keterampilan proses IPA adalah suatu pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran IPA berdasarkan langkah kegiatan untuk menguji suatu hal yang biasa dilakukan oleh para ilmuan pada saat membangun atau membuktikan suatu teori.

Keterampilan proses IPA melatih siswa untuk mengembangkan keterampilan dalam memproses pengetahuan, serta menemukan dan mengembangan fakta, konsep, dan nilai-nilai yang diperlukan siswa. Hal tersebut dilakukan dengan memberi kesempatan kepada siswa untuk langsung terlibat dalam aktivitas dan pengalaman ilmiah seperti yang dilakukan oleh para ilmuan (Putra, 2013: 56). Siswa dilatih untuk memecahkan masalah sendiri yang sebelumnya akan dihadapkan pada suatu masalah. Siswa dituntut untuk dapat berfikir bagaimana cara mengatasi masalah berdasarkan fakta yang ada. Hal tersebut sesuai dengan Kurikulum 2013 yang dalam pembelajarannya menekankan pada aktivitas siswa. Seperti yang tertulis pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah dijelaskan:

Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis siswa.

Berdasarkan pengertian diatas dapat diketahui bahwa keterampilan proses IPA merupakan suatu usaha untuk memahami keadaan dengan cara menemukan suatu konsep berdasarkan fakta yang ada. Hal tersebut dilakukan untuk mengembangkan suatu sikap dan nilai dengan melibatkan aktifitas berfikir.


(33)

18

Sehingga siswa dapat menemukan suatu kebenaran atau pembuktian tentang gejala alam yang terjadi. Kegiatan tersebut melatih siswa untuk menyelesaikan masalah sendiri yang nantinya dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

2. Peran Keterampilan Proses IPA

Keterampilan Proses IPA memiliki peran yang sangat penting untuk dikembangkan dalam pembelajaran, menurut Trianto (2010: 148) keterampilan proses IPA memiliki peran-peran sebagai berikut: 1) membantu siswa dalam mengembangkan pikirannya; 2) memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan penemuan; 3) meningkatkan daya ingat; 4) memberikan kepuasan instrinsik bila anak telah berhasil melakukan sesuatu; 5) membantu siswa mempelajari konsep-konsep sains.

Keterampilan tersebut baik untuk dilatihkan mengingat peran yang begitu penting yaitu agar siswa dapat terlibat secara aktif dalam mengembangkan pikirannya untuk menemukan sendiri fakta dan konsep tentang IPA. Selain itu keterampilan tersebut juga dapat diterapkan dalam pembelajaran tematik-terpadu pada kurikulum 2013 seperti saat ini. Pada kurikulum 2013 pembelajarannya yang menekankan pada aktifitas siswa dan siswa dituntut untuk menemukan serta mampu menyelesaikan masalah sendiri. Menurut Muhammad (Trianto, 2010 : 150) tujuan melatihkan keterampilan proses pada pembelajaran IPA adalah sebagai berikut ; 1) Meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa, karena dalam melatihkan ini siswa dipacu untuk berpartisipasi secara aktif dan efisien dalam belajar; 2) Menuntaskan hasil belajar siswa secara serentak, baik keterampilan produk, proses, maupun keterampilan kinerjanya; 3) Menemukan dan membangun


(34)

19

sendiri konsepsi serta dapat mendefinisikan secara benar untuk mencegah terjadinya miskonsepsi; 4) Untuk lebih memperdalam konsep, pengertian , dan fakta yang dipelajarinya karena dengan latihan keterampilan proses siswa sendiri yang berusaha mencari dan menemukan konsep tersebut; 5) Mengembangkan pengetahuan teori atau konsep dengan kenyataan dalam kehidupan bermasyarakat; 6) Sebagai persiapan dan latihan dalam menghadapi kenyataan hidup di dalam masyarakat, karena siswa telah dilatih keterampilan dan berpikir logis dalam memecahkan berbagai masalah dalam kehidupan.

3. Pengembangan Keterampilan Proses IPA

Keterampilan proses IPA yang diajarkan kepada siswa sangatlah penting, hal tersebut dapat kita ketahui dari adanya tujuan yang ingin dicapai dalam melatihkan keterampilan proses IPA. Dalam hal ini guru memiliki peran penting dalam melatihkan keterampilan proses. Guru dalam melaksanakan pembelajaran harus melibatkan siswa secara aktif dan guru harus mampu mendesai pembelajaran yang dapat meningkatkan antusisme siswa sehingga siswa tertarik untuk mengikuti proses pembelajarannya. Terlebih pada pembelajaran IPA, guru harus memahami bagaimana cara membelajarkan IPA kepada siswa. Menurut Carind & Sund (1989:16) terdapat cara yang dapat dilakukan guru dalam mengajarkan IPA yaitu: 1) Melibatkan siswa dalam proses pembelajaran IPA dasar.

2) Guru harus memperoleh pengetahuan tentang IPA dan pengetahuan tentang masyarakat yang saling bergantung.

3) Mendorong siswa untuk melakukan aktivitas yang melibatkan pencarian jawaban bagi masalah dalam IPA dan masyarakat teknologi.


(35)

20

4) Mengajarkan siswa untuk belajar sambil melakukan (learning by doing) dan kemudian merefleksikannya.

5) Guru harus menggunakan banyak pendekatan atau model dalam pembalajaran IPA.

6) Melibatkan siswa secara aktif menggunakan pendekatan discovery dan inkuiri terbimbing.

Selain itu juga terdapat lima aspek yang perlu dilakukan guru dalam mengembangkan keterampilan proses siswa menurut Harlen (Bundu, 2006: 32) yaitu:

1) Memberikan kesempatan untuk menggunakan keterampilan proses dalam menangani setiap materi dan fenomena yang terjadi. Siswa dapat menggunakan panca indera untuk mencari tahu, mempertanyakan, memikirkan dan melakukan interpretasi serta meneliti lebih lanjut suatu permasalahan yang dihadapinya.

2) Memberikan kesempatan untuk berdiskusi, baik dalam kelompok kecil maupun dalam kelompok besar. Dalam berkelompok, memungkinkan siswa untuk bekerjasama dalam menyelesaikan tugas. Hal tersebut melatih siswa untuk saling bertukar pikiran, mendengar pendapat teman, serta menyamakan persepsi antar anggota kelompok dalam menyelesaikan suatu persoalan.

3) Mendengarkan ide yang dikemukakan siswa dan telaah hasil yang mereka peroleh serta pelajari keterampilan proses apa yang digunakan dalam menyusun ide tersebut. Guru harus bisa mengetahui bagaimana siswa memperoleh data atau informasi untuk mendukung pendapat yang mereka paparkan.


(36)

21

4) Mendorong adanya review kritis siswa dari setiap kegiatan yang telah dilaksanakan. Guru mendorong siswa mendiskusikan kegiatan yang telah dilakukan untuk menyamakan persepsi. Hal tersebut meminimalisir pemerolehan konsep yang salah dan membantu menyadarkan keterampilan proses yang dibutuhkan siswa.

5) Menyiapkan teknik yang luwes untuk pengembangan keterampilan proses. Guru harus menggunakan metode yang dirasa mampu meningkatkan keterampilan proses siswa. Penggunaan alat dan media pembelajaran untuk membantu proses pembelajaran dan dapat melibatkan siswa untuk ikut berperan secara langsung.

4. Aspek-aspek Keterampilan Proses IPA Dasar

Ada berbagai macam Keterampilan Proses IPA yang dapat dikembangkan dan dilatihkan kepada siswa. Menurut Putra (2013: 56) keterampilan yang dapat dikembangkan antara lain; a) mengamati, b) mengklasifikasi, c) mengukur, d) berkomunikasi, e) menjelaskan atau menguraikan, f) meramalkan, g) mengumpulkan, mencatat dan menafsirkan data, h) mengidentifikasi dan mengontrol variable, i) definisi operasional, j) membuat hipotesis, k) melakukan percobaan, l) membuat dan menggunakan model. Sedangkan menurut Carin & Sund ( 1989: 10) menerangkah bahwa keterampilan Proses IPA untuk anak SD antara lain ; a) mengamati, b) mengklasifikasi c) mengukur, d) hipotesis atau prediksi, e) deskripsi, f) membuat kesimpulan berdasarkan data, g) membuat pertanyaan lebih dalam tentang alam, h) merumuskan masalah, i) menerencanakan


(37)

22

penelitian termasuk eksperimen, j) membawa eksperimen, k) membangun prinsip, hukum, dan teori berdasarkan data.

Sementara, Sapriati (2009: 4) menggolongkan keterampilan Proses IPA menjadi dua golongan yaitu Keterampilan proses IPA dasar dan keterampilan proses IPA terintegrasi. Khusus untuk keterampilan proses dasar meliputi keterampilan mengobservasi, mengklasifikasi, mengukur, mengkomunikasikan, menginferensi, memprediksi, mengenal hubungan ruang dan waktu, serta mengenal hubungan-hubungan angka. Sedangkan keterampilan proses IPA yang terintegrasi mencakup keterampilan memformulasikan hipotesis, menamai variabel, membuat definisi operasional, melakukan eksperimen, menginterpretasikan data, dan melakukan penyelidikan.

Pendapat Sapriati sejalan dengan Rezba (2006: 4-5) yang menyebutkaan bahwa keterampilan proses tingkat dasar meliputi: observasi, klasifikasi, komunikasi, pengukuran, prediksi, dan inferensi. Keterampilan proses terpadu meliputi: menentukan variabel, menyusun tabel data, menyusun grafik, memberi hubungan variabel, memproses data, menganalisis penyelidikan, menyusun hipotesis, menentukan variabel secara operasional, merencanakan penyelidikan, dan melakukan eksperimen. Keterampilan proses IPA dasar merupakan keterampilan awal yang harus dimiliki siswa sebagai pondasi dalam mengembangkan keterampilan proses IPA yang lebih komplek yaitu keterampilan proses IPA terintegrasi. Keterampilan proses IPA terintegrasi merupakan keterampilan yang menggabungkan beberapa keterampilan dalam satu kegiatan dimana keterampilan proses IPA dasar sebagai pondasinya.


(38)

23

Berdasarkan uraian diatas, maka analisis keterampilan proses IPA difokuskan pada keterampilan proses IPA dasar. Keterampilan proses yang dilatihkan siswa hendaknya disesuaikan dengan kesiapan intelektual siswa (Hikmawati, 2012: 47). Mengingat keterampilan proses IPA dasar merupakan dasar yang harus di kuasai siswa sebelum menguasai keterampilan proses lanjutan. Maka dari itu, pembelajaran yang dilakukan disusus secara logis sesuai dengan tingkat kemampuan dan pengalaman siswa karena keberhasilan siswa dalam belajar IPA menggunakan pendekatan keterampilan proses merupakan suatu perubahan tingkah laku siswa yang belum paham terhadap permasalahan IPA menjadi tahu permasalahan yang sebenarnya terjadi dalam kehidupan (Hikmawati, 2012:47).

Bundu (2006: 19) menjelaskan bahwa untuk tingkat sekolah dasar difokuskan pada keterampilan proses IPA dasar. Dalam keterampilan proses IPA dasar yang akan diteliti dibatasi pada keterampilan observasi, komunikasi, prediksi, dan inferensi. Peneliti tidak meneliti keterampilan mengklasifikasi dan mengukur karena tidak setiap pembelajaran IPA mencakup materi yang dapat digunakan untuk melatihkan keterampilan tersebut. Berikut ini diuraikan keterampilan proses IPA dasar yang akan dianalisis dalam penelitian ini:

1) Keterampilan Observasi

Menurut Abruscato (Sapriati, 2009: 4.7) menyatakan bahwa observasi merupakan kegiatan mencari informasi atau data mengenai benda atau suatu kejadian. Rezba (2006: 30) menjelaskan bahwa observasi adalah deskripsi sebuah sifat dan karakteristik objek dengan menggunakan panca indera antara lain pembau, perasa, penglihatan, pendengaran, dan peraba. Hal tersebut sejalan dengan Bundu


(39)

24

(2006: 25) yang menjelaskan bahwa keterampilan observasi adalah kemampuan dalam menggunakan indera untuk memperoleh data atau informasi.

Adapun ciri-ciri yang dapat dikenali pada saat siswa melakukan pengamatan antara lain; a) menggunakan indera-indera tidak hanya penglihatan; b) pengorganisasian objek-objek menurut suatu sifat tertentu; c) pengidentifikasian banyak sifat; d) melakukan pengamatan kuantitatif; e) melakukan pengamatan kualitatif (Trianto, 2010: 144-145).

Dari pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa keterampilan observasi merupakan kegiatan untuk menemukan informasi dengan menggunakan panca indera. Sehingga dengan menggunakan panca indera dapat memperoleh informasi yang lebih akurat dari suatu objek yang diamati, karena indera yang digunakan untuk mengamati akan berkolaborasi untuk menemuka data. Data dapat diperoleh dengan pengorganisasian objek-objek menurut suatu sifat tertentu, pengidentifikasian banyak sifat, melakukan pengamatan kuantitatif dan melakukan pengamatan kualitatif.

2) Keterampilan Komunikasi

Mengkomunikasikan adalah kegiatan mendeskripsikan apa yang orang amati tentang objek, subtansi, atau peristiwa secara efektif. Komunikasi yang baik pada dasarnya ialah aktivitas memberi dan menerima informasi. Komunikasi dapat dilakukan dengan menggunakan grafik, diagram, peta, simbol, chart dan rubrik (Rezba, 2006: 49-50). Sementara Bundu (2006: 26) menjelaskan keterampilan mengkomunikasikan adalah kemampuan untuk menyampaikan hasil pengamatan atau pengetahuan yang dimiliki baik secara lisan maupun tulisan berupa laporan,


(40)

25

grafik, gambar, diagram atau tabel yang dapat disampaikan kepada orang lain. Komunikasi merupakan dasar untuk memecahkan masalah bersama karena semua orang perlu menyampaikan ide dan gagasanya untuk menyamakan persepsi. Contoh kegiatan mengkomunikasikan adalah mendiskusikan, suatu masalah, membuat laporan, membaca peta dan kegiatan lain yang sejenis (Dimyati & Mudjiono, 2006: 143). Adapun ciri-ciri aktifitas yang dilakukan siswa dalam mengkomunikasikan menurut Hadiat (Bundu, 2006: 31) antara lain, a) membaca grafik, tabel, atau diagram; b) menjelaskan hasil percobaan; c) mendiskusikan hasil percobaan; d) menyampaikan laporan secara sistematis.

Pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa keterampilan mengkomunikasikan merupakan kemampuan dalam menyampaikan hasil pengamatan, diskusi, maupun pengetahuan dengan lisan maupun tertulis dapat berupa grafik, gambar, diagram, peta, simbol, rubrik, tabel, atau laporan untuk memecahkan masalah sehingga tercipta persepsi yang sama. Melalui kegiatan mengkomunikasikan, anak dapat memberikan dan memperoleh informasi tentang suatu hal atau kegiata yang sudah dilakukan.

3) Keterampilan Prediksi

Memprediksi adalah sebuah ramalan tentang apa yang kemungkinan akan terjadi dalam pengamatan masa depan (Rezba, 2006: 134). Keterampilan memprediksi menurut Esler dan Esler (Sapriati, 2009: 4.49) meyatakan bahwa keterampilan dalam memperkirakan suatu kejadian yang akan terjadi di masa depan berdasarkan kejadian-kejadian yang terjadi di masa sekarang. Hal tersebut ditegaskan dengan pernyataan Sapriati (2009; 4.49) bahwa memprediksi


(41)

26

merupakan dugaan suatu kejadian di masa yang akan datang berdasarkan kejadian yang sudah terjadi. Keteraturan dalam lingkungan menjadikan acuan untuk mengenal pola-pola dan untuk memprediksi terhadap pola apa yang mungkin dapat diamati dikemudian hari (Dimyati dan Mudjiono, 2006: 144). Adapun ciri-ciri aktivitas siswa dalam memprediksi menurut Hadiat (Bundu, 2006: 63) yaitu, a) menggunakan pola; b) menghubungkan pola-pola yang ada; c) memperkirakan peristiwa yang terjadi.

Dari pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa keterampilan memprediksi merupakan kemampuan dalam memperkirakan suatu peristiwa yang akan terjadi berdasarkan kejadian-kejadian yang sudah terjadi sebelumnya, sehingga terbentuk pola yang memungkinkan untuk memprediksi kejadian masa yang akan datang.

4) Keterampilan Inferensi

Menurut Abruscato (Sapriati, 2009: 4.44), menginferensi/ menduga/ menyimpulkan secara sementara adalah kemampuan dalam membuat kesimpulan menggunakan logika dari observasi yang dilakukan. Sejalan dengan Bundu (2006: 28) menjelaskan bahwa menginferensi adalah penarikan kesimpulan dan penjelasan dari hasil pengamatan dalam membangun dugaan dari pengamatan dapat menggunakan informasi yang sudah diketahui pada pengamatan masa lalu dan informasi baru yang secara langsung diterima melalui pengamatan (Rezba, 2006: 112). Adapun perilaku siswa yang dapat dilakukan pada saat penginferensian yaitu, a) mengaitkan pengamatan dengan pengalaman atau pengetahuan terdahulu; b) mengajukan penjelasan-penjelasan dalam pengamatan (Trianto, 2010: 145).


(42)

27

Dari pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa keterampilan menginferensi adalah kemampuan dalam membuat kesimpulan sementara berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan dan dapat melibatkan informasi yang telah diperoleh pada pengalaman terdahulu.

5. Indikator Keterampilan Proses IPA Dasar

Berdasarkan uraian diatas yang telah dikemukakan oleh para ahli tersebut, maka indikator keterampilan proses dasar yang diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Keterampilan Observasi a) Menggunakan alat indera.

b) Pengorganisasian objek-objek menurut suatu sifat tertentu. c) Pengidentifikasian banyak sifat.

d) Melakukan pengamatan kuantitatif. e) Melakukan pengamatan kualitatif. 2) Keterampilan Komunikasi

a) Mendeskripsikan apa yang diamati. b) Menyusun laporan secara sistematis.

c) Menyampaikan dalam bentuk grafik, gambar, tabel, simbol, atau peta. d) Menjelaskan hasil percobaan/ pengamatan.

e) Mendiskusikan hasil percobaan/ pengamatan. 3) Keterampilan Prediksi

a) Menggunakan pola/ menghubungkan pola-pola yang ada. b) Memperkirakan peristiwa yang akan terjadi.


(43)

28 4) Keterampilan Inferensi

a) Membuat kesimpulan sementara berdasarkan pengamatan.

b) Mengaitkan informasi yang diperoleh pada pengalaman terdahulu C.Pembelajaran Tematik-Terpadu

1. Pengertian Pembelajaran Tematik-Terpadu

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 57 tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah pasal

11 ayat 2 menjelaskan bahwa “Pembelajaran tematik-terpadu merupakan muatan

pembelajaran dalam mata pelajaran Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah yang diorganisasikan dalam tema-tema”. Pembelajaran tematik-terpadu menurut Majid (2014: 86) yaitu pendekatan pembelajaran bertema yang mengintegrasikan berbagai kompetensi dari beberapa mata pelajaran sekaligus dalam satu kali pertemuan. Pembelajaran tematik-terpadu dapat memberikan pengalaman belajar yang bermakna dan pengetahuannya tidak dibatasi dalam disiplin ilmu tertentu yang dapat mengembangkan baik dalam aspek pengetahuan, sikap, maupun keterampilan secara seimbang dan menyeluruh (Hidayah, 2015:38-39). Kemendikbud (Hidayah, 2015: 38) menegaskan bahwa pembelajaran tematik terpadu merupakan pembelajaran menggunakan tema sebagai pemersatu materi pembelajaran yang mengintegrasikan beberapa mata pelajaran sekaligus dalam satu kali tatap muka, sehingga siswa dapat memperoleh pembelajaran yang bermakna karena siswa diberi kesempatan untuk memahami konsep pembelajaran yang dikaitkan dengan konsep lain yang telah siswa kuasai.


(44)

29

Pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran tematik-terpadu adalah pembelajaran bertema yang mengintegrasikan berbagai kompetensi dari beberapa mata pelajaran sekaligus dalam satu kali pertemuan dimana pembelajaran yang diberikan dikaitkan dengan konsep lain yang sudah siswa kuasai sehingga pembelajaran lebih bermakna, dengan begitu pembelajaran tersebut dapat mengembangkan aspek pengetahuan, sikap dan keterampilan siswa.

2. Prinsip Pembelajaran Tematik-Terpadu

Menurut Peraturan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah prinsip yang digunakan dalam pembelajaran tematik-terpadu dalam kurikulum 2013 antara lain :

1) dari peserta didik diberi tahu menuju peserta didik mencari tahu;

2) dari guru sebagai satu-satunya sumber belajar menjadi belajar berbasis aneka sumber belajar;

3) dari pendekatan tekstual menuju proses sebagai penguatan penggunaan pendekatan ilmiah;

4) dari pembelajaran berbasis konten menuju pembelajaran berbasis kompetensi; 5) dari pembelajaran parsial menuju pembelajaran terpadu;

6) dari pembelajaran yang menekankan jawaban tunggal menuju pembelajaran dengan jawaban yang kebenarannya multi dimensi;

7) dari pembelajaran verbalisme menuju keterampilan aplikatif;

8) peningkatan dan keseimbangan antara keterampilan fisikal (hardskills) dan keterampilan mental (softskills);


(45)

30

9) pembelajaran yang mengutamakan pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik sebagai pembelajar sepanjang hayat;

10)pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai dengan memberi keteladanan (ing ngarso sung tulodo), membangun kemauan (ing madyo mangun karso), dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran (tut wuri handayani);

11)pembelajaran yang berlangsung di rumah di sekolah, dan di masyarakat; 12)pembelajaran yang menerapkan prinsip bahwa siapa saja adalah guru, siapa saja

adalah peserta didik, dan di mana saja adalah kelas;

13)pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran; dan

14)pengakuan atas perbedaan individual dan latar belakang budaya peserta didik. Sedangkan Majid (2014: 89) menjelaskan bahwa pembelajaran tematik-terpadu memiliki beberapa prinsip antara lain:

1) Pembelajaran tematik integratif memiliki satu tema yang aktual dekat dengan dunia siswa dan ada dalam kehidupan sehari-hari. Tema ini menjadi satu pemersatu materi yang beragam dari beberapa mata pelajaran.

2) Pembelajaran tematik-terpadu perlu memilih materi beberapa mata pelajaran yang saling terkait. Dengan demikian materi yang dipilih dapat mengungkapkan tema secara bermakna. Mungkin terjadi pengayaan horizontal dalam bentuk contoh aplikasi yang tidak termuat dalam standar isi. Namun ingat, penyajian materi pengayaan perlu dibatasi dengan mengacu pada tujuan pembelajaran.


(46)

31

3) Pembelajaran tematik integratif tidak boleh bertentangan dengan tujuan kurikulum yang berlaku tetapi sebaliknya pembelajaran tematik integratif harus mendukung pencapaian tujuan utuh kegiatan penbelajaran yang termuat dalam kurikulum.

4) Materi pembelajaran yang dapat di padukan dalam satu tema selalu mempertimbangkan karakteristik siswa seperti minat, kemampuan, kebutuhan, dan pengetahuan awal.

5) Materi awal yang di padukan tidak terlalu di paksakan. Artinya, materi yang tidak mungkin di padukan tidak usah di padukan.

3. Karakteristik Pembelajaran Tematik-Terpadu

Menurut Peraturan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah menerangkan bahwa karakteristik pembelajaran disesuaikan dengan kompetensi dan perkembangan peserta didik. Adapun karakteristik pembelajaran tematik terpadu menurut Majid (2014: 89-90) antara lain:

1) Berpusat pada siswa.

Pembelajaran yang dilaksanakan lebih menekankan pada aktifitas siswa. Siswa bukan lagi sebagai objek namun subyek pembelajaran.

2) Memberikan pengalaman langsung.

Pembelajaran yang menekankan pada akifitas siswa, siswa dihadapkan pada suatu permasalahan dan dituntut untuk menyelesaikannya sehingga siswa memiliki pengalaman langsung sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak. 3) Pemisah mata pelajaran tidak begitu jelas.


(47)

32

Pembelajaran tematik-terpadu difokuskan pada tema tertentu. Pembelajaran tidak akan terlihat dalam mata pelajaran tersendiri melaikan satu pokok bahasan yang terkandung dalam sebuah tema sehingga pemisah antar mata pelajaran tidak akan terlihat.

4) Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran.

Pembelajaran tematik-terpadu menggabungkan beberapa mata pelajaran yang saling terkait ke dalam tema tertentu untuk disajikan dalan satu pembelajaran. 5) Bersifat fleksibel.

Materi dalam pembelajaran tematik-terpadu dapat dikaitkan antara mata pelajaran yang satu dengan mata pelajaran yang lain dan dapat dikaitkan dengan kehidupan siswa sehari-hari.

6) Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan.

Siswa pada usia sekolah dasar masih identik dengan kegiatan bermain, oleh karena itu agar siswa mampu memahami konsep pembelajaran dengan mudah hendaknya pembelajaran tematik-terpadu dilaksanakan dengan kegiatan permainan atau teknik lain sehingga pembelajaran yang tercipta menarik dan mampu menumbuhkan minat siswa dalam belajar.

D.Karakteristik Siswa SD Kelas IV

Masa kanak- kanak akhir berada pada usia 7- 12 tahun. Dilihat dari usianya, usia 7- 12 tahun merupakan usia siswa sd. Usia siswa kelas 4 SD merupakan anak yang perkembanganya termasuk pada masa kanak- kanak akhir. Dalam perkembangan kognitifnya, masa kanak- kanak akhir berada pada tahap operasional konkret dalam berfikir. Piaget (Izzaty, 2013: 104) menjelaskan bahwa masa kanak-


(48)

33

kanak akhir tergolong pada masa operasi konkret dimana siswa akan berpikir logis terhadap obyek konkret. Meskipun sudah mampu dalam berpikir logis, tetapi cara berfikir siswa masih berorientasi pada situasi sekarang. Siswa dapat berfikir operasi formal jika sudah menginjak usia remaja.

Fase operasional konkret menunjukkan adanya sikap keingintahuannya yang cukup tinggi. Untuk mengenali lingkungannya terlebih kaitannya dengan tujuan pendidikan IPA, siswa sekolah dasar harus diberikan pengalaman serta kesempatan untuk mengembangkan kemampuan berfikir dan bersikap terhadap alam, sehingga dapat mengetahui rahasia dan gejala-gejala alam (Susanto, 2013: 170).

E. Hasil Penelitian yang Relevan

Peneitian Nina Rahayu (2014) tentang Implementasi Keterampilan Proses Pada Pembelajaran IPA di Kelas IV C SD Muhammadiyah Condongcatur Sleman memaparkan profil penerapan pembelajaran dalam melatihkan keterampilan proses pada pembelajaran IPA.

Perencanaan pembelajaran dalam melatihkan keterampilan proses pada pembelajaran IPA, guru memberikan kesempatan siswa untuk menggunakan keterampilan proses berupa mengamati, mengkomunikasikan dan menyimpulkan, menyiapkan teknik yang luwes dalam proses pembelajaran, memberikan kesempatan siswa untuk berdiskusi dalam kelompok kecil maupun kelas, dan mengadakan review bersama siswa dari kegiatan yang dilakukan. Untuk pelaksanaan pembelajaran dalam melatihkan keterampilan proses pembelajaran IPA, guru memberikan kesempatan siswa untuk menggunakan keterampilan proses berupa mengamati, mengkomunikasikan, menyimpulkan, mengklasifikasi dan


(49)

34

memprediksi, guru menggunakan teknik yang luwes dalam proses pembelajaran, dan memberikan kesempatan siswa untuk berdiskusi dalam kelompok kecil maupun kelas. Keterampilan proses yang ditunjukkan siswa dari urutan yang baik berupa mengamati, mengkomunikasikan, menyimpulkan, mengklasifikasi dan memprediksi. Untuk keterampilan yang sering ditunjukan siswa berupa keterampilan mengamati dan mengkomunikasikan. Adapun faktor yang mendukung penerapan keterampilan proses pada pembelajaran IPA yaitu, guru mempunyai pemahaman yang baik tentang keterampilan proses, siswa yang antusias dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, dan kurikulum yang mengacu pada pengembangan keterampilan proses. Untuk faktor penghambat yaitu, kurangnya kemampuan guru dalam mengorganisir kegiatan terutama kegiatan percobaan, sifat siswa yang berbeda seperti siswa yang kurang aktif atau terlalu aktif, dan ketersediaan sarana dan prasarana untuk praktek yang belum mencukupi. F. Kerangka Pikir

SD Negeri Percobaan 4 Wates sudah menerapkan Kurikulum 2013 terhitung sejak diberlakukan kurikulum tersebut pada tahun 2013. Pada Kurikulum 2013 pembelajaran yang dilaksanakan adalah pembelajaran tematik-terpadu dengan menggunakan pendekatan saintifik yang menekankan pada aktifitas siswa. Secara keseluruhan pembelajaran yang dilaksanakan sudah cukup baik. Guru sudah melibatkan siswa untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran yaitu dengan melatih siswa mencari atau menemukan permasalahan serta pemecahannya. Dalam pelaksanaannya, guru juga sudah memafaatkan fasilitas baik alat maupun media pembelajaran yang dapat membantu mempermudah dalam menyampaikan materi.


(50)

35

Pada pembelajaran IPA khususnya, dalam melatihkan keterampilan proses IPA guru sudah melaksanakan pembelajaran yang menekankan pada aktifitas siswa. Siswa dilatih untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran. Tidak sebatas mendengarkan ceramah guru saja, namun siswa dilatih untuk praktik dalam menemukan dan memecahkan permasalahan yang dihadapi. Guru juga sudah memanfaatkan alat dan media pembelajaran untuk membantu mempermudah dalam menyampaikan materi pelajaran serta mendukung dalam melatihkan keterampilan proses IPA dasar kepada siswa.

Sejalan dengan pembelajaran yang dilaksanakan yaitu menggunakan pendekatan yang mengadopsi dari keterampilan proses. Hal tersebut memungkinkan siswa sudah terbiasa mengembangkan keterampilan proses yang dilatihkan oleh guru. Oleh karena itu peneliti ingin menganalisis keterampilan proses IPA dasar siswa pada pembelajaran tematik-terpadu. Keterampilan proses IPA dasar yang diteliti yaitu keterampilan mengamati, memprediksi, menginferensi dan mengkomunikasikan. Diharapkan dalam penelitian ini dapat melihat bagaimana penerapan keterampilan proses IPA dasar serta faktor yang menjadi pendukung dan penghambat dalam menerapkan keterampilan proses IPA dasar pada siswa kelas IV B SD Percobaan 4 Wates dalam pembelajaran tematik-terpadu. G. Pertanyaan Penelitian

Adapun pertanyaan yang diajukan berdasakan rumusan masalah antara lain; 1. Bagaimana perencanaan dalam melatihkan keterampilan proses IPA dasar pada

siswa kelas IV B dalam pembelajaran tematik-terpadu di SD Negeri Percobaan 4 Wates?


(51)

36

2. Bagaimana pelaksanaan dalam melatihkan keterampilan proses IPA dasar siswa kelas IV B dalam pembelajaran tematik-terpadu di SD Negeri Percobaan 4 Wates?

3. Bagaimana evaluasi keterampilan proses IPA dasar yang ditunjukkan siswa kelas IV B dalam pembelajaran tematik-terpadu di SD Negeri Percobaan 4 Wates?

4. Faktor pendukung apa saja dalam menerapkan keterampilan proses IPA dasar siswa kelas IV B dalam pembelajaran tematik-terpadu di SD Negeri Percobaan 4 Wates?

5. Faktor penghambat apa saja dalam menerapkan keterampilan proses IPA dasar siswa kelas IV B dalam pembelajaran tematik-terpadu di SD Negeri Percobaan 4 Wates?


(52)

37 BAB III

METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah suatu pendekatan penelitian yang mengungkap situasi sosial dengan mendeskripsikan kenyataan secara benar berdasarkan data yang diperoleh dari situasi alamiah dengan teknik pengumpulan dan analisis data yang relevan (Satori & Komariah, 2011: 25). Sugiyono (2009: 9) menjelaskan bahwa metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek alamiah yang lebih menekankan makna daripada generalisasi. Dalam penelitian kualitatif, hasil diuraikan dalam bentuk deskriptif berdasarkan objek yang diteliti. Deskripsi tersebut merupakan hasil analisis objek meliputi hal-hal yang menjadi sasaran dalam penelitian. Penelitian ini dilakukan tanpa memberi perlakuan terhadap objek akan tetapi menganalisis keterampilan proses IPA dasar yang dilatihkan guru kepada siswa di kelas IV B SD Negeri Percobaan 4 Wates dalam pembelajaran tematik-terpadu. Hasil analisis tersebut ialah deskripsi penerapan keterampilan proses IPA dasar serta faktor yang menjadi pendukung dan penghambat dalam menerapkan keterampilan proses IPA dasar pada siswa kelas IV B di SD Negeri Percobaan 4 Wates dalam pembelajaran tematik-terpadu.

B. Subjek Penelitian

Subyek pada penelitian ini merupakan informan yang memiliki sumber informasi. Informan merupakan orang yang dapat dimanfaatkan untuk memberikan


(53)

38

informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian (Ghony & Almanshur, 2012:146). Informan dalam penelitian ini yaitu guru dan siswa kelas IV B SD Negeri Percobaan 4 Wates sebagai pelaksana proses pembelajaran yang diteliti. C. Waktu dan Tempat Penelitan

Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap dengan alokasi waktu pada bulan Februari sampai akhir Maret 2017. Penelitian ini dilakukan disalah satu sekolah dasar di Wates yang sudah mengimplementasikan kurikulum 2013 yang beralamatkan di Jalan Bhayangkara No. 1 Wates Kulon Progo yaitu SD Negeri Percobaan 4 Wates.

D. Teknik Pengumpulan Data

Dalam melakukan penelitian, hal utama yang harus dilakukan adalah mengumpulkan data. Data merupakan hal pokok yang dibutuhkan dalam penelitian. Menurut Ghony & Almanshur (2012: 163) pengumpulan data merupakan pekerjaan penelitian yang tidak dapat dihindari dalam kegiatan penelitian. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan beberapa teknik untuk memperoleh data yang relevan dan lebih akurat. Setiap teknik memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing sehingga membutuhkan teknik lain untuk digunakan agar data yang diperoleh dapat saling melengkapi. Sumber primer merupakan sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data. Oleh karena itu untuk mendapatkan data yang relevan dan akurat, peneliti menggunakan sumber primer dengan menggunakan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi dalam mengumpulkan data saat melakukan penelitian.


(54)

39 1. Observasi

Observasi merupakan kegiatan pengamatan dimana peneliti mengamati objek secara langsung. Menurut Satori & Komarian (2011: 105) menjelaskan bahwa observasi penelitian kualitatif adalah pengamatan langsung terhadap objek untuk mengetahui keberadaan objek, situasi, konteks dan maknanya dalam upaya mengumpulkan data penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan observasi partisipasi pasif dimana peneliti melakukan observasi hanya sebatas mengamati kegiatan pembelajaran sehingga peneliti tidak terlibat dalam kegiatan tersebu (Sugiono, 2009: 227). Peneliti mengamati proses pembelajaran tematik-terpadu khususnya pada materi IPA.

2. Wawancara

Wawancara merupakan kegiatan menggali informasi dengan mengajukan sejumlah pertanyaan terhadap informan yang memiliki sumber informasi. Wawancara dapat digunakan untuk menggali lebih dalam dari data yang diperoleh saat observasi, maka dari itu tidak ada informasi yang terputus antara yang dilihat, didengar dan dicatat (Indrawan & Yaniawati, 2016: 136). Satori & Komarian (2011: 130) menjelaskan bahwa wawancara adalah suatu teknik dalam mengumpulkan data untuk mendapatkan informasi yang digali dari sumber data langsung melalui percakapan atau tanya jawab. Wawancara dalam penelitian kualitatif sifatnya mendalam karena ingin mengeksplorasi informasi secara holistik dan jelas dari informan. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik wawancara semiterstruktur. Wawancara semiterstruktur merupakan wawancara yang pelaksanaannya lebih bebas dengan tujuan untuk menemukan permasalahan secara


(55)

40

lebih terbuka (Sugiyono, 2009: 233). Wawancara dilakukan pada guru dan siswa kelas IV B SD Negeri Percobaan 4 Wates terkait kegiatan pembelajaran dalam penerapan keterampilan proses IPA dasar.

3. Dokumentasi

Teknik dalam mengumpulkan data selain dengan observasi dan wawancara, dilakukan teknik pengumpulan data dengan studi dokumentasi. Studi dokumentasi yaitu mengumpulkan dokumen dan data-data yang diperlukan dalam permasalahan penelitian lalu ditelaah secara intens sehingga dapat mendukung atau menambah kepercayaan dan pembuktian suatu kejadian (Satori & Komariah, 2011: 149). Dokumen bisa dalam berbentuk gambar, tulisan, maupun karya-karya seseorang (Sugiyono, 2009: 240). Dokumen yang dapat dijadikan data dalam penelitian dikelas IVB SD Negeri Percobaan 4 Wates yaitu hasil kerja siswa yang berkaitan dengan keterampilan proses IPA dasar siswa. Selain itu Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan penilaian otentik yang dibuat oleh guru. Peneliti juga mengambil gambar ketika proses pembelajaran berlangsung.

E. Instrumen Penelitian

Dalam melakukan penelitian, peneliti menggunakan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Peneliti membuat instrumen sebagai alat dalam mencari data. Instrumen penelitian merupakan alat bagi peneliti untuk mencari data atau mengumpulkan informasi yang relevan dengan permasalahan penelitian (Indrawan dan Yaniawati, 2016: 112). Instrumen yang dibuat peneliti yaitu instrumen untuk observasi dan wawancara. Instrumen dibuat berdasarkan indikator yang sesuai dengan kajian teori yang telah disusun.


(56)

41 1. Instrumen Observasi

Lembar observasi digunakan sebagai pedoman untuk mengobservasi guru dan siswa dalam proses pembelajaran dikelas. Adapun kisi-kisi yang ingin diobservasi antara lain.

a) Kisi-kisi pedoman observasi guru

Tabel 1. Kisi-kisi Pedoman Observasi Guru.

No Aspek

1. Memberikan kesempatan untuk menggunakan keterampilan proses dalam pembelajaran.

2. Memberikan kesempatan untuk berdiskusi baik dalam kelompok kecil maupun kelompok besar.

3. Menelaah keterampilan proses yang digunakan siswa dalam setiap kegiatan. 4. Mendorong adanya review bersama siswa untuk menyamakan persepsi dalam

memahami konsep.

5. Menggunakan metode pembelajaran dengan memanfaatkan alat dan media pembelajaran.

6. Melatihkan keterampilan proses mengamati, mengkomunikasikan, memprediksi, dan menginferensi.

b) Kisi- kisi pedoman observasi siswa

Tabel 2. Kisi-kisi Pedoman Observasi Siswa.

Aspek Indikator

Keterampilan Observasi

 Menggunakan alat indera.

 Pengorganisasian objek-objek menurut suatu sifat tertentu.

 Pengidentifikasian banyak sifat.

 Melakukan pengamatan kuantitatif.

 Melakukan pengamatan kualitatif. Keterampilan

Komunikasi

 Mendeskripsikan apa yang diamati.

 Menyusun laporan secara sistematis.

 Menyampaikan dalam bentuk grafik, gambar, tabel, simbol, atau peta.

 Menjelaskan hasil percobaan/ pengamatan.

 Mendiskusikan hasil percobaan/ pengamatan. Keterampilan

Prediksi

 Menggunakan pola/ menghubungkan pola-pola yang ada

 Memperkirakan peristiwa yang akan terjadi Keterampilan

Inferensi

 Membuat kesimpulan sementara berdasarkan pengamatan.

 Mengaitkan informasi yang diperoleh pada pengalaman terdahulu.


(57)

42 2. Instrumen Wawancara

Instrumen wawancara dibuat sebagai pedoman dalam melakukan wawancara. Wawancara dilakukan untuk mendukung dalam perolehan informasi dan menggali secara lebih mendalam.

a) Kisi-kisi pedoman wawancara untuk guru.

Tabel 3. Kisi-kisi Pedoman Wawancara Guru.

No Aspek

1. Rencana pelaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan.

2. Pelaksanaan pembelajaran dalam melatihkan keterampilan proses IPA dasar siswa.

3. Evaluasi keterampilan proses IPA dasar yang ditunjukkan siswa.

4. Faktor pendukung yang mempengaruhi dalam melatihkan keterampilan proses IPA dasar kepada siswa.

5. Faktor penghambat yang mempengaruhi dalam melatihkan keterampilan proses IPA dasar kepada siswa.

6. Intensitas guru dalam mengikuti pelatihan, diskusi atau seminar dalam rangka memperbaiki keterampilan mengajar guru.

b) Kisi-kisi pedoman wawancara untuk siswa.

Tabel 4. Kisi-kisi Pedoman Wawancara Siswa

No Aspek

1. Pelaksanaan pembelajaran dalam berlatih keterampilan proses IPA dasar. 2. Evaluasi keterampilan proses IPA dasar siswa

3. Faktor pendukung yang mempengarui siswa dalam berlatih keterampilan proses IPA dasar.

4. Faktor penghambat yang mempengarui siswa dalam berlatih keterampilan proses IPA dasar.

F. Teknik Analisis Data

Menurut Sugiyono (2009: 245) analisis data adalah proses mencari dan menyususn secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan ke dalam kategori,


(58)

43

menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain. Jadi, analisis data dilakukan sejak peneliti mulai mengumpulkan data dan sampai peneliti selesai melakukan data dengan jangka waktu tertentu. Analisis data kualitatif yang dilakukan peneliti bersifat induktif yaitu menganalisis berdasarkan data yang diperoleh.

Analisis data menurut Miles & Huberman (Sugiyono, 2009: 246) adalah aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus-menerus sampai tuntas sehingga data yang diperoleh jenuh. Adapun langkah-langkah dalam menganalisis data yaitu:

Gambar 1. Komponen dalam analisis data (interactive model) 1. Reduksi Data (Data Reduction)

Reduksi data yaitu langkah dalam merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, mencari tema dan polanya sehingga akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermuda peneliti dalam pencarian

Pengumpulan

Data Penyajian

Data

Reduksi

Data Penarikan

Kesimpulan/ Data Verifikasi


(59)

44

data selanjutnya apabila diperlukan (Sugiyono, 2009: 247). Dalam kegiatan mengumpulkan data, banyak data yang diperoleh. Data yang diperoleh biasanya terdapat hal-hal yang tidak diperlukan. Dalam kegiatan ini, peneliti memilih data-data yang penting sesuai dengan fokus permasalahan dan membuang data-data yang tidak diperlukan. Fokus permsalahan dalam penelitian ini yaitu tentang bagaimana perencanaan dan pelaksanaan guru dalam melatihkan keterampilan proses IPA dasar, bagaimana keterampilan roses IPA dasar yang ditunjukkan siswa, serta faktor pendukung dan penghambat dalam menerapkan keterampilan proses IPA dasar siswa.

2. Penyajian Data (Data Display)

Menurut Sugiyono (2009: 249) melalui penyajian data, data bisa terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan sehingga mudah untuk dipahami, adapun penyajian data dalam penelitian kualitatif dapat dilakukan dengan uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Akan tetapi menurut Miles & Huberman (Sugiyono, 2009: 249) penyajian data dalam penelitian kualitatif yang sering digunakan adalah dengan teks yang bersifat naratif. Dalam penelitian ini, peneliti menyajikan data dalam bentuk deskriptif. Peneliti menguraikan data hasil dari penelitian yang telah dilakukan sedetail mungkin. Sehingga memberikan kemudahan kepada pembaca dalam memahami hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti.

3. Penarikan Kesimpulan (Conclusion Drawing/ Verification)

Penarikan kesimpulan merupakan langkah terakhir dalam analisis data. Setelah melakukan reduksi data dengan memilih data yang sesuai dengan fokus


(60)

45

masalah, kemudian data disajikan dalam bentuk deskriptif untuk mempermudah dalam memahami permasalahan dan selanjutnya peneliti mengambil kesimpulan berdasarkan data yang sudah dianalisis. Kesimpulan awal masih bersifat sementara dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat untuk mendukung pada pengumpulan data berikutnya, akan tetapi bila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali kelapangan, makan kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel (Sugiyono, 2009: 252).

G.Uji Keabsahan Data

Sugiyono (2009: 270) menyebutkan bahwa untuk uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif dilakukan dengan uji credibility (validitas internal), transferability (validitas eksternal), dependability (reliabilitas) dan confirmability (objektivitas). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan uji kredibilitas untuk menguji keabsahan data. Uji kredibilitas atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian kualitatif antara lain dilakukan dengan perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan dalam pengamatan, trianggulasi, diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus negatif, dan member check (Sugiyono, 2009: 270).

Uji kredibilitas yang dilakukan peneliti dalam penelitian ini yaitu dengan trianggulasi. Trianggulasi yang digunakan peneliti yaitu trianggulasi sumber dan trianggulasi teknik. Trianggulasi sumber dilakukan dengan mengecek data yang telah diperoleh dari beberapa sumber yaitu guru dan siswa. Kemudian data tersebut dianalisis untuk dikategorikan mana yang memiliki kesamaan pandangan sehingga dapat ditarik kesimpulan. Sedangkan trianggulasi teknik dilakukan dengan


(61)

46

membandingkan data berdasarkan sumber data yang diperoleh melalui teknik yang berbeda yaitu wawancara, observasi dan dokumentasi. Trianggulasi teknik dilakukan untuk mengecek keterkaitan data agar data yang diperoleh dapat dipercaya kebenarannya. Adapun data yang diperoleh melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi baik dengan guru ataupun siswa dicek keterkaitannya.


(62)

47 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN A.Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di salah satu Sekolah Dasar di Wates, Kulon Progo, yang sudah mengimplementasikan Kurikulum 2013 atau yang sekarang sudah dikenal dengan Kurikulum Nasional yaitu SD Negeri Percobaan 4 Wates. SD Negeri Percobaan 4 Wates merupakan salah satu sekolah favorit di Kulon Progo. Prestasinya yang begitu baik dan sekolah sudah terakreditasi A. Lokasi SD Percobaan 4 Wates cukup strategis karena berada di tengan Kota Wates, lebih tepatnya di sebelah timur laut Alun-alun Wates yang beralamatkan di Jalan Bhayangkara No. 1 Wates Kulon Progo.

SD Negeri Percobaan 4 Wates memiliki 12 ruang kelas yang dibuat paralel dengan jumlah siswa secara keseluruhan ada 322 dengan rincian 56 siswa kelaA I, 58 siswa kelas II, 52 siswa kelas III, 50 siswa kelas IV, 56 siswa kelas V, dan 50 siswa kelas VI yang masing-masing terbagi kedalam dua kelas. SD Negeri Percobaan 4 Wates memiliki Kepala Sekolah yang membawahi 12 Guru Kelas, 2 Guru Olahraga, 2 Guru PAI, 1 Guru Kristen, 1 Guru Katholik, 1 Guru Bahasa Inggris, 1 Staf Administrasi, 1 Staf Perpustakaan, 2 Penjaga Sekolah, dan 3 Guru Ekstrakurikuler yaitu membatik dan lukis, musik, serta tari.

SD Negeri Percobaan 4 Wates memiliki fasilitas atau sarana dan prasarana yang begitu memadai dan bisa memenuhi kebutuhan belajar mengajar sehingga menunjang kegiatan pembelajaran disekolah. Banyak prestasi yang diraih siswa baik dalam bidang akademik maupun non akademi. Walaupun gedung SD Negeri Percobaan 4 Wates merupakan bangunan kuno, akan tetapi lingkungan disekitar


(1)

242

h. Apakah guru memberikan kesempatan untuk melakukan kegiatan mengkomunikasikan/ mempresentasikan dalam pembelajaran? Ya/Tidak Keterangan: ……….……….. ………..……… i. Apakah guru melatih keterampilan untuk memprediksi suatu peristiwa

dalam kegiatan pembelajaran? Ya/Tidak

Keterangan : ……….……….. ………..……… j. Apakah guru memberikan kesempatan untuk membuat kesimpulan dalam

kegiatan pembelajaran? Ya/Tidak

Keterangan: ……….………. ………..………. 2. Evaluasi keterampilan proses IPA dasar siswa.

a. Keterampilan proses IPA dasar apa yang kamu kuasai? Apa alasannya? Jawaban: ………. ………..……… b. Bagaimana kegiatan yang kamu lakukan dalam berlatih keterampilan proses

IPA dasar?

Jawaban: ……… ………..……….. c. Apakah kamu mengalami kesulitan dalam menguasai atau melaksanakan

keterampilan proses IPA dasar dalam pembelajaran? Ya/tidak

Alasan: ……… ………..……… 3. Faktor pendukung yang mempengarui siswa dalam berlatih keterampilan

proses IPA dasar.

a. Faktor apa saja yang mendukung dalam berlatih keterampilan proses IPA dasar?

Jawaban: ……… ………..……… 4. Faktor penghambat yang mempengarui siswa dalam berlatih

keterampilan proses IPA dasar.

a. Faktor apa saja yang menghambat kamu dalam berlatih keterampilan proses IPA dasar?

Jawaban: ……… ………..……… b. Apa yang kamu lakukan dalam mengatasi hambatan yang ada?

Jawaban: ……… ………..………


(2)

243 Lampiran 15. Surat Ijin Penelitian


(3)

(4)

(5)

(6)