BUKU PEDOMAN 001

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Prinsip Pekerjaan Saluran Bertegangan dengan metode barehand

Prinsip yang dimaksud dalam pekerjaan saluran bertegangan dengan metode

barehand adalah sangat sederhana, yaitu melihat seekor burung mendekat dan kemudian bertengger diatas konduktor bertegangan. Karena tidak ada jalan dimana arus akan mengalir, burung akan tetap nyaman berada pada konduktor meskipun tubuhnya telah bertegangan. Berdasarkan hal tersebut di atas, maka pekerja yang terlatih menggunakan teknik dan perlengkapan khusus dapat dengan aman bekerja pada tegangan sampai dengan 765 kV dengan metode

barehand.

Hal yang sangat penting untuk diingat bahwa pekerja harus menjaga jarak aman minimum dari pentanahan dan semua fasa yang berbeda potensialnya. Hal ini untuk mencegah kemungkinan tubuh pekerja teraliri arus listrik.

Prinsip teknis untuk pekerjaan bertegangan diatas sudah dikenal dari tahun 1837. Pada tahun tersebut, Michael Faraday menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan

potensial dalam sebuah konduktor. Dia menemukan bahwa tidak ada pengisian listrik dan oleh sebab itu maka tidak ada medan elektrostatis di dalam sangkar logam yang telah diberi tegangan dengan potensial yang sama dengan menganggap tanah sebagai konduktor. Dengan tidak adanya perbedaan

potensial maka tidak ada arus yang mengalir.

Dengan menggunakan prinsip tersebut, seorang pekerja dapat dialiri tegangan listrik apabila dilindungi dalam sebuah sangkar Faraday yang diikat/dihubungkan ke konduktor bertegangan sehingga dapat bekerja pada konduktor dengan nyaman. Cara ini hanya dapat dilakukan oleh pekerja yang diisolasi dari bumi dan fasa lainnya.


(2)

1.2 Sejarah PDKB di Dunia

Pada tahun 1960, Harold L. Roden, seorang insinyur praktisi tegangan tinggi dari perusahaan pelayanan Tenaga Listrik Amerika, berkerjasama dengan Dr. Charles D Miller, seorang insinyur peneliti muda perusahaan Ohio Brass, mengadakan sebuah program pengujian untuk mengevaluasi faktor-faktor yang tidak diketahui dan aspek keselamatan dari metode barehand. Metode ini telah dikembangkan dan disempurnakan dalam pengujian mereka, sehingga dapat dilakukan oleh semua pelaksana dalam pemeliharaan bertegangan saluran tegangan tinggi. Tiga alasan utama yang menyebabkan metode barehand digunakan :

(a) Kurangnya sistem interkoneksi transmisi sehingga pekerjaan dalam keadaan bertegangan menjadi sangat penting.

(b) Bertambahnya ukuran konduktor dan asesorisnya menyebabkan penggunaan hot stick menjadi kurang praktis.

(c) Bertambahnya tegangan sistem sehingga mengakibatkan bertambahnya jarak aman.

Teknik ini bukan merupakan pengganti metode lain dari pemeliharaan saluran bertegangan tetapi lebih merupakan sebuah prosedur pelengkap yang terkait dalam bidang ini. Hot stick dan live line rope merupakan komponen yang diperlukan pada sebagian besar pengoperasian metode barehand.

Penggunaan teknik “Sangkar Faraday” telah diganti dengan pakaian konduktif pada metode barehand. Dengan pakaian konduktif, intensitas listrik di tubuh pelaksana dapat dibatasi sehingga pelaksana dapat bekerja dalam kondisi yang aman dan nyaman meskipun bekerja pada tegangan yang tinggi.

Perkembangan PDKB

Pelaksanaan pekerjaan pada saluran listrik tegangan tinggi dengan cara PDKB telah ada sejak beberapa tahun yang lalu.

Dengan terus bertambahnya permintaan penggunaan listrik dan untuk memberikan pelayanan kepada konsumen dengan standar yang lebih tinggi


(3)

tanpa memutus aliran listrik, sehingga penting untuk melaksanakan pekerjaan pemeliharaan dalam keadaan bertegangan.

Pemeliharaan saluran bertegangan pertama kali digunakan hanya untuk membuka saklar pemutus aliran. Meskipun cara ini pada pelaksanaannya terlalu lama, tetapi terbukti metode ini aman. Metode ini digunakan untuk waktu yang lama dan belum terpikirkan untuk mengembangkan metode ini untuk tujuan yang lain.

Pada awalnya peralatan PDKB dibuat secara industri rumah tangga, pada tahun 1913 di sebuah perusahaan di daerah Wapakoneta, Ohio, Amerika serikat. Dan mereka mengembangkan berbagai peralatan yang lebih halus dan efisien.

Pada tahun 1916 sebuah peralatan yang dikenal sebagai ”pengait listrik” telah dikenal di Atlanta, Geogia, Amerika Serikat. Alat ini merupakan sebuah klem dengan pegas bertujuan untuk membuka rangkaian bertegangan. Penggunaannya memerlukan hot stick untuk tujuan isolasi dan disarankan menggunakan peralatan tambahan lainnya yang akhirnya berkembang seperti

grounding, paralel klem, pemegang konduktor, pengikat kawat, gergaji,

comealong, dan saddle yang dipasang pada tower untuk menyokong peralatan tertentu.

Pada tahun 1918, di Taylorville, Illinois, Amerika, Perusahaan Tips Tool mulai memproduksi klem saluran bertegangan, klem pentanahan, tongkat klem. Beberapa tahun kemudian perusahaan yang sama memperkenalkan alat pemangkas pohon secara bertegangan, wire tong, stick, tower saddle dan aksesoris stick.

Peralatan saluran bertegangan pertama kali digunakan hingga tegangan 33 kV. tetapi banyak linesman ragu-ragu untuk melakukan pengoperasian hot stick pada tegangan ini. Karena ketakutan ini, banyak perusahaan membatasi pemeliharaan saluran bertegangan sampai dengan 22 kV. Karena linesman mulai menyadari bahwa penggunaan peralatan saluran bertegangan selalu menjaga mereka pada kondisi aman, ketakutan mereka untuk melakukan pekerjaan mulai hilang, hingga akhirnya pada tahun sampai tahun 1930 beberapa perusahaan mengijinkan


(4)

pengoperasian saluran bertegangan pada 66kV, tidak lama kemudian menjadi 110 kV. Sampai akhir tahun tiga puluhan ada berita yang menakjubkan, yaitu bahwa Saluran West Coast 220 kV telah sukses dikerjakan dalam keadaan bertegangan. Tonggak bersejarah yang lain terjadi pada bulan Maret 1948 ketika OG Anderson dan MR Parkin, ahli peralatan Saluran Bertegangan Perusahaan AB Chance mengganti isolator pada tower suspension pada tegangan 287 kV penghantar Hoover Dam, Los Angeles.

Pada tahun 1954, saluran 345 kV dikontruksi dan Chance sukses bekerja pada 330 kV untuk Listrik Indiana-Michigan dengan peralatan baru berupa alat kayu berlapis Maplac. Dengan datangnya/munculnya tegangan yang lebih tinggi dan

stick yang lebih panjang, pencarian dimulai untuk peralatan yang baik, kuat dan ringan dengan kualitas dielektrik yang tinggi. Pada pertengahan 1950 stick isolasi dari bahan fiberglass telah digunakan sebagai peralatan saluran bertegangan; tahun 1959 Epoksiglas Chance muncul digunakan secara umum.

Berat merupakan faktor yang penting pada pekerjaan saluran bertegangan, karena kelelahan harus ditekan sampai tingkat minimum. Akhirnya pada tahun 1947 muncul pemikiran untuk membuat peralatan yang lebih ringan, lebih kuat dan lebih aman yang dikenal dengan epoksiglas. Kemudian, untuk keamanan dan kenyamanan pelaksana PDKB, AB Chance mulai membuat conductive suite. Dalam perkembangannya, enginer merancang konstruksi tower yang lebih efisien dalam mendukung pelaksanaan pemeliharaan secara bertegangan.

Berbagai program pelatihan pun diadakan untuk mengembangkan berbagai teknik pemeliharaan secara bertegangan, sehingga pemeliharaan secara bertegangan mulai diimplementasikan di berbagai belahan dunia.

1.3 Sejarah PDKB TT/TET di Indonesia

Bagi karyawan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) di seantero nusantara ini, terutama di jajaran distribusi agaknya tidak asing lagi mendengar istilah Pekerjaan Dalam Keadaan Bertegangan (PDKB).


(5)

Sejarah PDKB di PLN sebetulnya belum begitu panjang, kalau dihitung pelaksanaan pertamanya pada 10 November 1993 di PLN Udiklat Semarang yang dikenal dengan Pencanangan Pelaksanaan PDKB di Indonesia oleh Dirjen Listrik dan Pengembangan Energi waktu itu, Prof Dr Artono Arismunandar.

Pencanangan itu didahului dengan terbitnya Keputusan Dirjen Listrik dan Pengembangan Energi Nomor : 73-12/40/600.1/1993 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pekerjaan Dalam Keadaan Bertegangan.

Sejak tahun 1985 sebenarnya telah dilaksanakan pelatihan PDKB secara ” off-line” di Udiklat Cibogo, namun belum dapat diaplikasikan secara “on line” karena belum adanya undang – undang atau peraturan yang menunjang pelaksanaan pemeliharaan bertegangan.

Sementara itu, dibelahan dunia lain, terutama negara-negara maju, bahkan sejumlah perusahaan asing yang beroperasi di Indonesia, sudah lebih dulu melaksanakan PDKB. PLN sudah memiliki rencana untuk melaksanakan pemeliharaan dengan cara PDKB bersamaan dengan dibangunnya SUTET 500 kV. Di negara tetangga seperti Malaysia dan Thailand sudah jauh-jauh hari melakukan PDKB dan di dalam negeri sendiri pun, untuk PT Caltex Pasifik Indonesia (CPI) di Propinsi Riau telah melaksanakan PDKB meskipun hanya memiliki daya listrik 500 Mega Watt (MW) atau jauh di bawah milik PLN P3B – JB yang mempunyai beban puncak mencapai 16 ribu MW.

Pembentukan tim PDKB diawali dengan Surat Keputusan (SK) Nomor : 152.K/020/DIR/2003 tanggal 6 Juni 2003 tentang Tim Persiapan dan Pelaksanaan Pekerjaan Dalam Keadaan Bertegangan untuk Tegangan Tinggi dan Tegangan Ekstra Tinggi.

Tim tersebut adalah Berlin Simarmata (Kantor Pusat) sebagai Ketua, Basuki Prayitno (P3B) sebagai anggota. Sedangkan Tim Implementasinya diketuai oleh Djoko Hastowo (P3B), sekretaris Yanuar Hakim (P3B) dan anggota lainnya sebanyak sembilan orang. Tim tersebut selanjutnya bertugas mempelajari perlu tidaknya tim PDKB di PLN.


(6)

Dari hasil kajian di dapat bahwa PLN sudah sangat memerlukan Tim PDKB guna pemeliharaan transmisi, kemudian pada tahap awal manajemen berpendapat diperlukan sedikitnya personil baru sebanyak empat grup yang masing-masing terdiri 6-7 orang sehingga diperlukan sebanyak 24 orang tenaga inti. Mereka yang akan disaring dalam rekrutmen personil PDKB Transmisi ini harus memenuhi kualifikasi yang relatif ketat karena jenis pekerjaannya memang sedikit berbeda dengan pekerjaan karyawan PLN lainnya.

Pada Mei 2003, tim bayangan implementasi yang sebagian besar dari P3B juga telah melakukan serangkaian persiapan antara lain pendataan dan pencarian pegawai PLN yang untuk dilibatkan dalam pekerjaan itu, termasuk penjajakan ke sejumlah pegawai yang terlibat di PDKB Distribusi. Dari langkah tersebut akhirnya, dihasilkan gambaran kebutuhan SDM awal dari PDKB Transmisi ini yakni sebanyak 36 personil SDM baru.

Sejak 30 juni sampai dengan 4 juli 2003 Tim Implementasi melaksanakan

benchmark ke PT.Caltex Pasifik Indonesia, kemudian dilanjutkan benchmark ke EGAT Thailand tanggal 14 s/d 17 juli 2003.

Dalam proses seleksi dari 36 orang pegawai PLN yang berminat di dapat 10 orang untuk dididik menjadi supervisor PDKB, sedangkan dari 400 orang pelamar yang masuk kualifikasi terpilih 36 orang yang akan di didik sebagai pelaksana (linesman) PDKB.

Pelatihan pengawas (supervisor) PDKB dilaksanakan di Omaka Training Centre -New Zealand selama 25 hari dari tanggal 3 juli s/d 9 september 2003 yang dilanjutkan pelatihan di Udiklat Bogor pada 16 april s/d 24 mei 2004.

Tepatnya 9 september 2003 persiapan SDM pelaksana sebanyak 36 orang hasil seleksi, yang diawali pendidikan kesamaptaan selama 1 (satu) bulan di SPN Banyu Biru, dilanjutkan pendidikan transmisi off-line di Udiklat Semarang selama 6 (enam) bulan, kemudian para calon pelaksana PDKB melaksanakan On Job Training di 3 (tiga) Region, yaitu Region Jakarta dan Banten, Region Jawa Barat, dan Region Jawa Timur dan Bali selama 1 (satu) bulan. Pendidikan pemeliharaan secara bertegangan/PDKB dilaksanakan di Udiklat Bogor selama 2 (dua) bulan.


(7)

Sejak 8 september 2004, supervisor dan pelaksana PDKB melaksanakan Pekerjaan Dalam Keadaan bertegangan (PDKB) di Region Jakarta dan Banten, Region Jawa barat, Region Jawa Tengah & DIY, dan Region Jawa Timur dan Bali. Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro mendeklarasikan operasional PDKB TT/TET secara resmi pada 27 Oktober 2004 bertepatan dengan HLN ke – 58. Terhitung saat itu PT PLN (Persero) telah memiliki Tim PDKB TT/TET yang tersebar di 4 region P3B Jawa Bali.


(8)

BAB II

PERSYARATAN UMUM PELAKSANAAN PDKB TT /TET

2.1. Umum

Syarat umum untuk Pekerjaan Dalam Keadaan Bertegangan (PDKB) TT/TET harus berdasarkan :

(a) Prosedur dan Instruksi Kerja yang telah DISAHKAN, serta peralatan utama*)

yang telah BERSERTIFIKAT dan LULUS UJI oleh Lembaga

SertifikasiIndependen.

(b) Penerima Surat Penunjukkan Pengawas Pekerjaan Bertegangan (SP3B) dan Surat Perintah melaksanakan Pekerjaan Bertegangan (SP2B) bertanggung jawab terhadap pelaksanaan PDKB, meliputi : Prosedur, Instruksi Kerja, Peralatan, dan Material yang digunakan.

(c) Pelaksanaan PDKB TT/TET adalah pengembangan dari pekerjaan off line. (d) PDKB tidak boleh dilaksanakan pada pekerjaan yang tidak terencana.

(e) Pengawas K3 bertanggung jawab atas keselamatan pelaksana, peralatan, dan pelaksanaan pekerjaan.

(f) Keselamatan pribadi menjadi tanggung jawab masing-masing.

(g) Dalam melaksanakan pekerjaan tidak diperbolehkan ada dua kegiatan yang dapat saling mempengaruhi pergerakan konduktor/tower bila terjadi kegagalan peralatan atau material.

(h) Semua peralatan harus lulus uji setiap 6 bulan sekali.

(i) Semua pelaksana personil PDKB harus diperiksakan kesehatannya menjalani pemeriksaan kesehatan (general check up) setiap satu tahun sekali.

*) Peralatan utama adalah semua peralatan yang berhubungan langsung secara

elektrik dan atau mekanik dalam suatu pekerjaan.

2.2. Ketentuan Keselamatan Pelaksanaan PDKB TT /TET

Sebelum melaksanakan PDKB harus dilakukan Analisa Keselamatan Pekerjaan (AKP) pada setiap tower yang akan dikerjakan. Pelaksanaan perbaikan dikerjakan selambat-lambatnya 7 hari setelah pelaksanaan AKP.


(9)

Hal-hal yang dilakukan pada saat AKP :

(a) Memeriksa kondisi tower, meliputi struktur tower, isolator, konduktor, kawat petir, Optic Ground Wire (OPGW), dan aksesoris yang akan dikerjakan termasuk tower pengapit.

(b) Menganalisa layak tidaknya pekerjaan pemeliharaan dilaksanakan dengan PDKB

(c) Menentukan jarak aman minimum peralatan isolasi sesuai dengan tegangan operasi

(d) Menghitung beban kerja pada tower, khusus pada tower tipe tension harus dihitung dengan lebih teliti.

(e) Mengamati potensi bahaya pada lokasi pekerjaan, antara lain keselamatan masyarakat umum, lintasan jalan raya, saluran transmisi, jalan kereta api, dan lain-lain.

2.3. Metode PDKB TT/TET 2.3.1.Metode Barehand

Metode barehand adalah suatu metode dimana pelaksana bekerja dengan menyentuh konduktor yang bertegangan, sehingga tidak ada perbedaan potensial antara pelaksana dengan konduktor yang bertegangan.

Metode ini dapat dilakukan pada tegangan 150 kV sampai dengan 500 kV dengan memperhatikan jarak aman minimum.

2.3.2.Metode Hot Stick

Metode Hot Stick adalah suatu metode dimana pelaksana berada di sisi tower yang terisolasi dari konduktor bertegangan. Metode ini menggunakan peralatan hot stick yang terbuat dari Fibreglass Reinforced Plastic (FRP) yaitu fiberglass yang diperkuat dengan plastik dengan jarak tertentu sehingga aman dikerjakan.

Semua hot stick yang terbuat dari FRP harus mempunyai daya tahan elektrik dan mekanik yang sesuai standar.

Ketentuan yang harus diperhatikan antara lain :

(a) Pelaksana berikut peralatannya (misal: ladder, platform, dll.) harus menjaga


(10)

(misal: ladder, platform, dll.) agar tidak melanggar jarak aman minimum yang ditentukan. (melampaui batas aman (sesuai TTabel 1, hal. 17)30)..

(b) Semua peralatan hot stick harus mempunyai panjang isolasi yang cukup, sesuai dengan jarak aman minimum tegangan operasi.

(c) Sarung tangan berisolasi tidak boleh digunakan pada saat pelaksanaan pekerjaan metode hot stick karena penggunaan sarung tangan dapat menutupi rasa sengatan listrik bila terjadi arus bocor, yang mengindikasikan kerusakan peralatan hotstick.

(d) Penggunaan sarung tangan dapat menjadi penyebab kontaminasi pada permukaan peralatan hotstick, sehingga mengurangi sifat isolasi peralatan. (e) Hot stick yang digunakan pada metode ini terbuat dari Fibreglass Reinforced

Plastic (FRP) yaitu plastik yang diperkuat dengan fiberglass .

(f) Semua hot stick yang terbuat dari FRP harus mempunyai daya tahan elektrik dan mekanik yang sesuai standar.

(g) SSemua hot stick yang terbuat dari FRP harus diuji setiap 6 bulan di Lembaga sertifikasi Independen dan hasilnya tercatat dan dibukukan.

(h) Pemeriksaan visual peralatan hot stick dilakukan sebelum dan sesudah digunakan. Untuk mengetahui tanda-tanda kerusakan, antara lain:

(i) Hilang atau turunnya mutu isolasi akibat terkKontaminasi polutan pada

hot stick dan tangga isolasi dapat menyebabkan penurunan daya isolasi peralatan.

(ii) Cacat pada permukaan peralatan hot stick.

(iii) akibat Ppenyimpanan dan penggunaan yangtidak tepat.

(iv) Adanya garis karbon berwarna yang tidak beraturan pada permukaan

hotstick yang diakibatkan beban elektrik yang berlebihan.

(v) Adanya lengkungan, keretakan, pemuaian, dan kendornya pin pada

bagian logam hot stick yang disebabkan pembebanan mekanik yang berlebihan.

Jika tanda-tanda kerusakan tersebut diatas ditemukan, maka harus segera dievaluasi, diperbaiki dan diuji serta hasilnya dicatat pada data peralatan.

Metode hot stick dapat juga digunakan bersamaan dengan metode barehand


(11)

2.4. Pengawas Pelaksanaan PDKB

Dalam setiap pelaksanaan pekerjaan, ditunjuk seorang Pengawas Pekerjaan dan seorang Pengawas K3. Tujuan pengawasan adalah untuk memperoleh hasil pelaksanaan pekerjaan yang sesuai dengan standar mutu. Orang yang ditunjuk sebagai Pengawas harus kompeten dan mengerti secara jelas tentang tanggung jawab yang berkaitan dengan kualitas pekerjaan dan keselamatan anggotanya.

2.4.1.Pengawas Pekerjaan

Dalam pelaksanaan pekerjaan harus ditunjuk seorang Pengawas Pekerjaan yang memenuhi persyaratan sebagai berikut :

(a) Bersertifikat Kompeten dalam melaksanakan pekerjaan sesuai dengan metode yang akan dilakukan.sebagai Pengawas Pekerjaan PDKB TT/TET.

(b) Kompeten dalam melaksanakan pekerjaan sesuai dengan metode yang akan dilakukan.

(c) Mampu membagi tugas dan tanggung jawab kepada pelaksana agar pekerjaaan dapat dilakukan dengan aman, efektif, dan efisien.

(d) Berpengalaman dalam pekerjaan PDKB TT/ TET minimal 3 (tiga) tahun dan ditunjuk oleh manajemen.

Tugas dan tanggung jawab Pengawas Pekerjaan

Pengawas Pekerjaan harus mengetahui kemampuan, kondisi mental, dan fisik masing-masing anggota timnya secara terus menerus selama pekerjaan berlangsung. Tugas dan tanggung jawab meliputi :

(a) Pengawas Pekerjaan harus mMemastikan bahwa semua anggota timnya dalam kondisi sehat mental dan fisiknya sehingga tidak memberikan resiko terhadap keselamatan dirinya dan anggota timnya.

(b) Pengawas Pekerjaan harus mMemberikan perhatian khusus terhadap gejala kelelahan diantara anggota tim dan mempersiapkan penghentian pekerjaan apabila kelelahan sudah terdeteksi.

(c) Pengawas Pekerjaan harus mMemantau/ mengamati enyadari faktor resiko yang timbul karena pelaksanaan pekerjaan yang berulang atau mulai timbulnya kejenuhan. Indikasi akibat kelelahan atau kebosanan seperti terburu – buru, melambatkan pekerjaan, nervous, dan kesalahan.


(12)

(d) Pengawas Pekerjaan harus mMemastikan bahwa semua anggota tim menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) dan memberikan perhatian terhadap cara pemakaiannya:

(vi) Menggunakan baju kerja dari katun dalam kondisi baik. (vii) Helm Pengaman.

(viii) Sepatu pengaman/Sepatu konduktif.

(ix) Body hardness harus digunakan oleh pelaksana PDKB yang bekerja diatas tower.

(x) Kaca mata pengaman harus menggunakan anti UV.

(xi) Pakaian konduktif lengkap harus digunakan oleh pelaksana PDKB yang bekerja diatas tower.

(e) Pengawas Pekerjaan harus mMemastikan bahwa pelaksana pdkb PDKB tidak menggunakan aksesoris dari bahan metal, karet, atau ikat pinggang yang tidak perlu.

(f) Memastikan Aalat kerja yang tidak digunakan harus disimpan dalam tool bag atau diposisikan aman.

(g) Pengawas Pekerjaan harus mMemastikan :

(i) Beban yang ditopang peralatan PDKB telah diidentifikasi.

(ii) Peralatan dan perlengkapan yang digunakan harus aman terhadap beban kerja dan arus bocor tidak melampaui batasan yang ditentukan. (iii) Pekerjaan yang akan dilaksanakan sudah terbukti dilakukan secara off

line dan terdapat Instruksi Kerja untuk pelaksanaan secara online. (iv) Pekerjaan dapat dilaksanakan setelah adanya informasi dari pengawas

RCB bahwa fungsi auto reclose telah dinon-aktifkan atau diaktifkan pada kedua GI/GITET dan telah dipasang tagging.

(h) Melaksanakan tailgate dan evaluasi setelah pekerjaan selesai.

Hal-hal yang perlu diperhatikan oleh Pengawas Pekerjaan

(a) Pengawas Pekerjaan memastikan bahwa pelaksana/pekerja telah bersertifikat dan kompeten. Apabila ada personil yang tidak bersertifikat menjadi bagian dalam pelaksanaan pekerjaan, orang tersebut harus benar-benar diberi penjelasan mengenai peran sertanya dalam pekerjaan. Dan harus benar-benar diawasi selama keterlibatannya.


(13)

(b) Dalam pelaksanaan pekerjaan harus sesuai dengan Prosedur dan Instruksi Kerja yang telah disahkan (tidak ada inovasi).

(c) Mematuhi etika berkomunikasi selama pelaksanaan pekerjaan.

(d) Jam kerja peralatan dan jam terbang pelaksana harus dicatat dan dibukukan.

(e) Pelaksana harus dirotasi secara teratur ke seluruh posisi kerja. (f) Dokumen yang harus tersedia di lapangan :

(i) Prosedur dan Instruksi kerja.

(ii) Formulir – formulir kerja, antara lain : SP3B, SP2B, TTSP, RCB. (iii) Data dan grafik hasil pengetesan isolator.

2.4.2.Pengawas K3

Dalam pelaksanaan PDKB harus ditunjuk seorang Pengawas K3 yang memenuhi persyaratan sebagai berikut :

(a) Bersertifikat sebagai Pengawas K3 PDKB TT/TET.

(b) Kompeten dalam melaksanakan pekerjaan dengan metode kerja yang akan dilakukan.

(c) Mampu menganalisa potensi bahaya pada setiap tahapan pekerjaan agar pekerjaan yang dilakukan aman dan selamat.

(d) Berpengalaman dalam pekerjaan PDKB TT/ TET minimal 3 (tiga) tahun dan ditunjuk oleh manajemen

Tugas dan Tanggung Jawab

Pengawas K3 bertugas mengawasi keselamatan pelaksanaan pekerjaan sehingga tidak boleh mengambil bagian dalam pelaksanaan pekerjaan. Tugas dan tanggung jawab tersebut, yaitu:

(a) Pengawas K3 harus mMemastikan bahwa fungsi auto reclose telah dinon-aktifkan atau didinon-aktifkan.

(b) Pengawas K3 tidak boleh mengambil bagian dalam pelaksanaan pekerjaan.

(c) Pengawas K3 harus mMemeriksa semua jarak aman minimum (Live Line Minimum Approach Distance/LLMAD maupun Live Line Tool Insulated Distance/LLTID).

(d) Pengawas K3 bMerada pada posisi yang mudah dalam mengamati semua pergerakan pelaksana/pekerja dari posisi yang strategis..


(14)

(e) Pengawas K3 harus mMemperhatikan pergerakan konduktor pada kedua span pengapit tower yang dikerjakan selama pelaksanaan pekerjaan berlangsung.

(f) Pengawas K3 harus sSetiap saat mengawasi kondisi cuaca secara visual maupun menggunakan peralatan now casting (Temperatur, kelembaban, kecepatan angin, arah angin) dan dapat menghentikan pekerjaan apabila terjadi perubahan cuaca buruk (hujan, awan, halimun, kabut, pencemaran udara, kondisi angin, dan kegelapan), petir dan badai dalam jarak 10 km dari lokasi kerja.

(g) Pengawas K3 harus mMemberikan perhatian terhadap kontaminasi pada hot stick, tangga isolasi, dan peralatan lainnnya.

(h) Pengawas K3 harus mMenghentikan pekerjaan jika ada kondisi yang dapat mempengaruhi konsentrasi pelaksana sampai kondisi tenang kembali.

(i) Pengawas K3 harus memastikan bahwa semua pelaksana/pekerja dan perlengkapan bebas dari area tower yang dikerjakan.

(j) Jika pelaksana menemui kesulitan dalam suatu tahapan pekerjaan dan harus dilakukan suatu penyesuaian atau perbaikan maka peralatan harus diturunkan. Pengawas K3 harus memeriksa dan memastikan bahwa penyesuaian atau perbaikan peralatan tersebut aman untuk melanjutkan pekerjaan. Tidak boleh ada perbaikan atau improvisasi yang dilakukan oleh pelaksana/pekerja pada posisi di atas.

(k) Pengawas K3 harus mencermati faktor resiko yang timbul dari tingkah laku pelaksana pada saat pelaksanaan pekerjaan yang berulang karena pelaksanaan pekerjaan yang berulang atau mulai timbulnya kejenuhan dan. iIndikasi akibat kelelahan atau kebosanan seperti terburu – buru, melambatkan pekerjaan, nervous, dan kesalahan.

(l) Pengawas K3 dapat memberikan masukan dalam hal-hal khusus mengenai pelaksanaan pekerjaan kepada Pengawas Pekerjaan. Kewenangan utama untuk kualitas pekerjaan berada pada Pengawas Pekerjaan.

2.4.3.Tailgate Session

Pengawas Pekerjaan harus memimpin tailgate atau penjelasan singkat kepada semua pelaksana, meliputi :


(15)

(b) Pembagian tugas para pelaksana.

(c) Penghantar, fasa dan string set atau aksesoris yang akan dikerjakan. (d) Urutan pekerjaan yang harus dikerjakan.

(e) Metode yang digunakan, barehand atau hot stick.

(f) Pelaksana/pekerja mempunyai tanggung jawab pekerjaan masing-masing. (g) Pengawas Pekerjaan harus menyampaikan jarak aman minimum yang

sesuai dengan tegangan sistem yang dikerjakan.

(h) Koordinasi dengan GI/GITET pengapit, mengenai penon-aktifan fungsi auto reclose.

(i) Menjelaskan potensi bahaya selama pekerjaan.

(j) Menyampaikan Safe Working Load (SWL) peralatan yang digunakan masih dalam batas beban kerja.

2.5. Potensi bahaya

Potensi bahaya adalah suatu kondisi yang dapat mengakibatkan kecelakaan. Dalam pelaksanaan PDKB ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh pelaksana antara lain :

(a) Static shunt

Static shunt mempunyai kabel dengan panjang 1,8 m, hal ini berpotensi mengakibatkan flash over apabila terjatuh. Maka langkah yang harus dilakukan antara lain :

(i) Klem static shunt harus dipasang dengan kuat pada tower (untuk sisi

cold) dan sisa kabelnya harus digulung dan diikat kuat.

(ii) Klem static shunt harus dipasang dengan kuat pada bagian bertegangan (untuk sisi hot) dan sisa kabelnya harus digulung dan diikat kuat.

(iii) Jika static shunt tidak digunakan, maka harus dilepaskan dari tower atau bagian yang bertegangan dan disimpan dalam tool bag.

(b) Bonding Pakaian Konduktif

Pakaian konduktif mempunyai dua tali bonding dengan panjang 1,8 m pada setiap sisi baju konduktif. Untuk mencegah terjadinya flash over akibat terjatuhnya tali bonding, maka :

(i) Tali bonding pada pakaian konduktif harus diikat dan disimpan dalam saku apabila tidak digunakan.


(16)

(ii) Tali bonding yang sedang digunakan, panjangnya harus diatur sesuai kebutuhan.

(c) Cacat pada stick

(i) Stick terbentur/jatuh pada saat transportasi peralatan menuju lokasi pekerjaan.

(ii) Pada waktu pengetesan menggunakan hot stick tester dilakukan dengan menggeser.

(iii) Stick terbentur/jatuh pada saat tranportasi ke atas tower. (d) Flash over pada saat pekerjaan

(i) Tidak terpasang batas aman peralatan (Live Line Tool Insulation Distance/LLTID).;

(ii) Adanya kegagalan isolasi.

(e) Pelaksana (groundman), kendaraan dan peralatan kerja harus diluar “fall area”. Yang dimaksud fall area adalah daerah dimana peralatan kemungkinan jatuh.

2.6. Kaidah Prosedur & IK dan Penundaan Pekerjaan PDKB 2.6.1.Prosedur & Instruksi Kerja

Prosedur kerja merupakan prosedur baku pada setiap pelaksanaan pekerjaan PDKB yang telah disetujui oleh para pelaksana/pekerja yang terlibat dalam PDKB dan disahkan oleh manajemen yang berwenang, prosedur dapat direvisi sesuai dengan kondisi lapangan terkini melalui pelatihan secara off-line terlebih dahulu.

(a) Prosedur dan Instruksi kerja harus didiskusikan dengan semua anggota tim pelaksana PDKB selama sesi briefing pada awal dan akhir pekerjaan (tailgate).

(b) Prosedur dan Instruksi kerja tersebut tidak boleh diubah selama pelaksanaan PDKB berlangsung. Perubahan prosedur dan instruksi kerja harus dilakukan berdasarkan penelitian menyeluruh dan dikembangkan oleh pelaksana/pekerja PDKB yang bersertifikat dan berpengalaman, dan dibuktikan secara off-line maupun on-line, dan disahkan secara formal.


(17)

(c) Percobaan dengan menggunakan peralatan atau improvisasi yang tidak disetujui tidak diijinkan selama dilaksanakan pekerjaan dalam keadaan bertegangan (PDKB) berlangsung.

(i) Hal ini tidak menghalangi evaluasi atas semua prosedur,instruksi kerja, peralatan, dan perlengkapan PDKB.

(ii) Jika ada revisi terhadap peralatan dan perlengkapan harus diteliti secara menyeluruh, didokumentasikan dan dibuktikan secara off-line

maupun on-line dan disetujui secara formal.

(iii) Perubahan terhadap peralatan dan perlengkapan harus berdasarkan pada pengujian elektrik dan mekanik, penilaian, dan persetujuan formal secara teknis.

2.6.2.Penundaan Pekerjaan

Pelaksanaan PDKB harus direncanakan dengan seksama sesuai prosedur tetap PDKB untuk memastikan pekerjaan dapat diselesaikan pada waktu kerja normal. Keselamatan pelaksana/pakerja, peralatan PDKB dan sistem menjadi prioritas utama saat terjadi gangguan. Dalam proses pekerjaan, terjadinya gangguan dapat saja terjadi pada tahapan tertentu, sehingga suatu prosedur yang mengatur pengamanan pelaksana/pekerja dan peralatan PDKB harus ditaati untuk menghindari terjadinya suatu kecelakaan.

Prosedur tersebut mengatur antara lain :

(a) Pengawas Pekerjaan memberikan pernyataan pada Pengawas Reclose Block (RCB) bahwa :

(i) Pekerjaan ditunda

(ii) Semua peralatan yang terhubung dengan konduktor pada posisi aman. (iii) Semua pelaksana pada posisi aman.

(iv) Fungsi Auto Reclose boleh dinormalkan kembali.

(v) Sebelum melanjutkan pekerjaan yang ditunda, Pengawas Pekerjaan harus memastikan bahwa fungsi auto reclose sudah dinon-aktifkan dan semua peralatan telah diperiksa secara seksama, dikeringkan dan dibersihkan dengan silicon wipe.


(18)

Evakuasi semua pelaksana di daerah bertegangan ke daerah aman (bodi tower/tanah). Jika tidak, maka pelaksana hot end harus menjauh dari isolator.

(c) Pengamanan peralatan pada pekerjaan yang ditunda

Jika pekerjaan harus ditunda dan peralatan kerja harus ditinggal selama semalam atau lebih dan apabila peralatan kerja berisolasi merupakan bagian integral dari penundaan tersebut, tindakan berikut harus dilaksanakan :

(i) Jika ditopang oleh peralatan kerja berisolasi pada posisi hot end, maka peralatan tersebut harus dijumper ke konduktor.

(ii) Jika ditopang oleh hotstick yang dirangkai dengan strap hoist/rope block/webbing sling pada posisi cold end, maka harus dipasang

grounding dari hotstick ke tower.

2.7. Komunikasi

(a) Komunikasi koordinasi pekerjaan

(i) Meliputi Penjadwalan pelaksanaan pekerjaan PDKB

(ii) Koordinasi dengan UPT terkait mengenai penyediaan material, pengawas RCB, helper.

(b) Komunikasi Tim

Komunikasi dengan pelaksana PDKB hanya difokuskan pada lingkup : (i) Keselamatan kerja.


(19)

BAB III

PERSYARATAN TEKNIS PELAKSANAAN PDKB TT/TET

3.1. Jarak Aman Minimum

Jarak aman minimum adalah daerah dimana pelaksana dapat bekerja dan peralatan dapat digunakan dengan aman pada daerah bertegangan. Pelaksana PDKB harus tetap menjaga dirinya dan peralatan yang dibawanya tidak melanggar jarak aman minimum dan jarak minimum peralatan seperti ditetapkan pada tabel 1, dari bagian yang bertegangan.

JARAK AMAN MINIMUM DAN JARAK PERALATAN BERISOLASI

Tegangan Fasa ke Bumi Fasa ke Fasa

70 kV 150 kV 500 Kv

900 mm 1200 mm 3400 mm

1200 mm 1500 mm 5500 mm Tabel 1

3.2. Pemeriksaan Visual

Sebelum penggantian isolator dilaksanakan, pemeriksaan visual harus dilakukan pada isolator tersebut untuk mengetahui :

(a) Isolator yang cacat.

(b) Ada bekas lompatan api pada piring isolator.

(c) Suara berdengung pada tingkatan yang tidak wajar pada isolator.

Catatan : Pada saat pemeriksaan visual isolator, aksesoris string isolator harus diperhatikan bila terdapat karat yang berlebihan dan ukuran yang tidak sesuai dengan peralatan kerja PDKB.

3.3. Pengetesan isolator

(a) Sebelum pelaksanaan pekerjaan dimulai, semua piring isolator pada string yang akan dikerjakan (kaca yang dikuatkan dan porselin) harus dilakukan pengetesan terlebih dahulu yang hasilnya dicatat dan dibuat grafik.


(20)

(b) Pengetesan isolator dilakukan untuk menentukan jumlah isolator yang rusak secara elektrik dan untuk menentukan apakah pekerjaan tersebut dapat dilaksanakan dengan metode barehand atau tidak.

(c) Dalam pengetesan isolator terdapat ketentuan-ketentuan :

(i) Jangan harapkan pembacaan nol untuk mengindikasikan bahwa isolator tersebut rusak, karena jika terjadi kebocoran halus sebuah isolator tidak akan short secara sempurna dan tegangan masih melewatinya;

(ii) Isolator dianggap rusak jika pembacaannya 30 % atau lebih di bawah bentuk karakteristick kurva normal isolator lain dalam satu string; (iii) Jika terdapat isolator yang rusak maka nilai isolator sesudahnya akan

meningkat sebagai kompensasi dari isolator yang rusak tersebut. (iv) Jika ada beberapa isolator yang rusak, bandingkan hasil pengukuran

dengan hasil pengukuran string lain pada penghantar yang sama untuk melihat deviasi bentuk kurva.


(21)

Gambar grafik isolator rusak sebagian

Gambar perbandingan grafik isolator baik dan rusak Keterangan : = Rusak

= Baik

(d) Jumlah isolator yang rusak tidak boleh lebih dari ketentuan (½ n+1). Bila jumlahnya melebihi ketentuan tersebut, maka pekerjaan dilaksanakan dengan metode Off line.

Catatan : n = Jumlah isolator pada 1 string

(e) Jika digunakan static shunt, maka jumlah isolator yang rusak tidak boleh lebih dari ketentuan (½ n+1-y). Dimana y adalah jumlah isolator yang dipasang static shunt.


(22)

3.4. Pengetesan peralatan

Tongkat fiberglass untuk perkerjaan saluran bertegangan dibuat khusus dari ribuan fiberglass yang direndam resin epoksi yang digulung melingkar dan melewati inti yang berbusa dari plastik uniseluler. Inti busa mengandung jutaan sel individu yang tidak berhubungan yang diisi dengan gas untuk menghilangkan penyerapan uap air dan kondensasi. Busa uniseluler diikat untuk memperkuat dinding untuk memberikan sebuah produk dengan isolasi dan kekuatan mekanik maksimum.

Dalam kondisi kerja yang ideal, bahan fiberglass berisolasi sebenarnya bebas pemeliharaan. Namun, karena kesalahan pemakaian, abrasi atau kumpulan kontaminasi, perawatan fiberglass menjadi hal yang diperlukan. Peralatan ini mempunyai kekuatan mekanik yang tinggi dan ketahanan tinggi terhadap lembab, bahan kimia, dan cuaca.

Semua peralatan pekerjaan bertegangan sebaiknya dijaga bersih dan kering. Dan tidak boleh diletakkan langsung diatas tanah atau ditempatkan pada posisi yang tampaknya dapat merusak. Semua alat sebaiknya diperiksa sebelum penggunaannya sebagai tanda jika ada kerusakan atau kelebihan tekanan. Stick

isolasi sebaiknya diperiksa untuk melihat tanda-tanda keretakan atau kerusakan pada lapisan pelindungnya dan fitting metalnya sebaiknya diperiksa untuk melihat tanda-tanda dari kelebihan pemakaian dan kemungkinan kerusakan lainnya. Perhatian khusus harus diberikan pada fitting yang secara permanen dipasang pada tongkat. Sebelum menggunakannya, tongkat yang berisolasi (hot stick) dilap bersih dengan kain kering dan kemudian di lap dengan bahan berlapis silikon. Kemudian diberi tanda batas aman minimum yang sesuai.

Jika sewaktu-waktu peralatan terlihat kotor, harus dibersihkan dengan moisture eater. Jika semua kontaminasi tidak bisa dihilangkan menggunakan moisture eater maka peralatan fiberglass harus dibersihkan dengan bantalan abrasif halus yang sebelumnya direndam dengan moisture eater. Selanjutnya stick isolasi tersebut dibersihkan dengan kain bersih bebas debu diikuti dengan alat gloss restorer. Stick isolasi kemudian didiamkan pada ruangan bebas debu selama jangka waktu minimum 48 jam kemudian setelah itu diuji kemampuan


(23)

elektriknya sebelum digunakan. Catatan mengenai pemeliharaan yang dilakukan pada peralatan dan perlengkapan kerja harus terdapat di buku catatan peralatan kendaraan. Setiap peralatan PDKB yang jatuh dari tower atau yang rusak tidak boleh digunakan sampai telah dilakukan pemeriksaan yang menyeluruh. Kejadian semacam itu harus dicatat dan disimpan di buku catatan peralatan kendaraan. Semua peralatan dan perlengkapan PDKB harus diperiksa secara elektrik setiap 6 (enam) bulan sekali dan pemeriksaan tersebut dicatat. Pengelasan dan pematrian fitting logam yang rusak tidak diperbolehkan.

Pengujian Menggunakan Hot Stick Tester

Petunjuk Penggunaan

(a) Pasang kawat steker. Sakelar diposisikan ‘on’.

(b) Masukkan stick uji kedalam elektroda. Hasil tes harus menunjukkan jarum meter sepenuhnya ke area “gagal” untuk memverifikasi bahwa tester berfungsi normal. Lepas alat uji dan pastikan jarum kembali ke garis ‘nol’. (c) Letakkan masing-masing ujung peralatan hot stick untuk diuji pada posisi

yang sesuai sehingga hot stick tester dapat digunakan untuk menguji dengan nyaman.

(d) Letakkan hot stick tester pada hot stick yang diuji sehingga permukaan elektroda menempel pada hot stick. Bagian logam tidak boleh disertakan dalam pengujian ini. Langkah tersebut diulangi sampai pengujian dilakukan pada semua permukaan hot stick untuk mendapatkan kemungkinan adanya bagian yang lembab pada hot stick. JANGAN MENGGESER HOT STICK TESTER DI SEPANJANG PERALATAN HOT STICK.


(24)

(e) Jika jarum menunjukkan mendekati area “gagal”, hot stick yang diuji harus diputar untuk mendapatkan pembacaan maksimum. Hot stick yang memiliki diameter 50 mm-75 mm harus selalu dirotasi/diputar pada saat pengujian. Jika ada bagian yang menunjukkan bocor berlebihan , hot stick tersebut harus diperiksa, dibersihkan dengan silicon wipe dan dilapisi ulang (resurfaced) bila perlu. Setelah itu stick dikeringkan dan diuji ulang. Apabila pengujian masih gagal, peralatan tersebut tidak boleh dipakai dalam pekerjaan.

(f) Jika jarum tetap berada pada posisi hijau, berarti peralatan hot stick lulus uji.

(g) Ulangi langkah (b) untuk menyelesaikan pengujian.

CATATAN :

(a) Syarat Hot stick

Hot stick harus mampu menahan tegangan 100 kV/feet selama 5 (lima) menit. Hot stick yang di buat harus memenuhi Spesifikasi Standar ASTM F711-89.

(b) Kondisi Hot stick

Hot stick harus dilap bersih (disilikon) dan diinspeksi secara visual dari cacat sebelum digunakan. Jika terdapat cacat atau kontaminasi yang mempengaruhi kualitas isolasi atau integritas stick setelah pengelapan,

stick tersebut harus disisihkan, diberi tanda agar tidak digunakan sebelum diadakan pengujian lebih lanjut.

(c) Metode Pengujian

Peralatan Hot stick harus diuji dengan metode basah pada 75 kV/feet dan metode kering pada 100 kV/feet selama 1 (satu) menit. Tes tersebut digunakan untuk menverifikasi kondisi stick.

Pengujian hot stick yang dilakukan sebelum pelaksanaan pekerjaan dapat digunakan untuk memberikan verifikasi yang merupakan bukti awal kondisi


(25)

3.5. Penggunaan Static Shunt

Static shunt tidak boleh dipasang lebih dari 10% jumlah isolator.

(a) Penggunaan static shunt dilakukan secara bergantian pada satu string isolator dalam satu waktu (bergantian pada posisi hot maupun cold).

(b) Pada metode barehand, pelaksana tidak boleh bersentuhan dengan isolator diluar area static shunt baik bagian tubuh, pakaian konduktif maupun peralatan yang lain.

(c) Sisa kabel static shunt harus digulung dan diikat dengan baik untuk mencegah terjadinya flash over karena jatuhnya kepala static shunt.

(d) Static shunt harus dipasang dengan kuat dan aman untuk mencegah terjadinya flash over.

3.6. Penopang Konduktor

(a) Ketika pekerjaan berada dalam posisi area jarak aman minimum yang terbatas, maka jarak aman minimum dapat ditambah dengan cara mendorong sementara konduktor menggunakan wire tong untuk menjauhkan konduktor.

(b) Pada pelaksanaan menopang konduktor, harus memperhatikan gaya-gaya yang bekerja untuk menentukan SWL peralatan yang digunakan.

(c) Gaya yang bekerja pada alat penopang adalah jumlah dari berat konduktor ditambah dengan gaya vertikal ke bawah karena tarikan konduktor akibat perbedaan ketinggian tower. Untuk tower dengan ketinggian yang sama gaya yang bekerja hanya berat konduktor tersebut.


(26)

3.7. Pakaian Konduktif

Pakaian konduktif harus digunakan oleh semua pelaksana/perkerja yang bertugas di atas tower.

Karena kebutuhan untuk memposisikan pekerja PDKB berada lebih dekat ke daerah yang bertegangan. Pakaian ini dihubungkan ke konduktor, untuk menghilangkan beda potensial sehingga tegangan konduktor sama dengan pelaksana/pekerja PDKB dan memungkinkan untuk bekerja dengan menggunakan tangannya pada konduktor bertegangan secara langsung sampai dengan tegangan 765 kV.

Pakaian konduktif terbuat dari campuran 2 jenis bahan yaitu : (i) Serat nomex aramid tahan api.

(ii) Serat baja mikroskopis anti karat.

Hasil analisa dan pengujian menunjukan bahan tersebut : (i) Sangat kuat dan tahan sobek.

(ii) Mempunyai konduktifitas tinggi yaitu 144 ohm/sq (IEC 895). (iii) Tidak mengalami penyusutan karena sejumlah pencucian.

3.7.1.Penyimpanan

Pakaian, sarung tangan, dan kaos kaki konduktif harus disimpan dalam sebuah tempat bebas dari debu dan udara dapat bersirkulasi, seperti kanvas, tas vinil,


(27)

atau koper. Sirkulasi udara memungkinkan embun dalam pakaian konduktif menjadi kering, sehingga tidak menyebabkan jamur. Tempat penyimpanan harus khusus/tersendiri dan disimpan dilokasi yang tidak panas dan berembun. Pada saat tranportasi pakaian konduktif harus dijaga dari kerusakan akibat benda lain. Pakaian konduktif tidak boleh disimpan ketika basah karena keringat atau cairan lain.

3.7.2.Perawatan

Setiap pekerja harus memberikan perawatan ekstra pada pakaian konduktif, juga penanganannya harus dilakukan dengan baik. Sobek, berlubang, atau perubahan bentuk harus diperbaiki.

Sepatu boot, terutama sol, harus tetap bersih dan dalam keadaan yang baik. Pakaian dan/atau alas kaki konduktif tidak boleh digunakan untuk tujuan lain, selain dari tujuan pembuatannya.

Setelan konduktif boleh dicuci dengan tangan atau dengan mesin cuci otomatis dengan deterjen dan tidak ada zat aditif lain (seperti pemutih klorin dll) dan dikeringkan dengan pengering otomatis dengan panas rendah, atau pengering udara. Umur setelan mungkin lebih lama apabila dicuci dengan tangan dengan deterjen lembut dan pengering udara. Setelan yang terkena minyak atau pelumas harus dicuci dalam keadaan kering (dry-cleaned).

3.7.3.Perbaikan

Robekan atau lobang dapat dijahit dengan benang tahan api (flame retardant). Lobang dapat diperbaiki tanpa efek negatif dengan menggunakan tambalan dari kain yang bertipe sama dan jahitan 2.5 cm dengan benang tahan api (flame retardant). Kaos kaki dan sarung tangan tidak dapat diperbaiki.

3.7.4.Inspeksi sebelum digunakan

Inspeksi visual harus dilakukan pada keseluruhan pakaian untuk memastikan bahwa semua bagian komponen pakaian konduktif dalam keadaan baik. Resleting pengunci, kancing logam, mata dan pengait logam harus diperiksa untuk memastikan bahwa alat-alat tsb dipasang dengan benar sehingga aliran listrik


(28)

tidak terhambat. Jahitan harus diperiksa untuk memastikan bahwa dua atau lebih bagian yang digabungkan berada dalam kondisi yang baik.

(a) Pakaian konduktif

Pakaian konduktif harus diperiksa untuk memastikan bahwa tidak rusak dan ujung sambungannya baik. Pakaian konduktif yang sobek harus diperbaiki sebelum dipakai, karena dapat terjadi busur api pada bagian tersebut.

(b) Sepatu boot dan Penjepit

Penjepit sepatu boot ke betis harus diinspeksi kerusakannya yang akan menganggu kontinuitas listrik. Penjepit tsb harus diganti jika dianggap tidak memadai. Sol sepatu boot harus diperiksa terhadap kotoran dan zat yang mencemarkan (kontaminan). So-sol harus tetap bersih. Kontinuitas antara penjepit kaki dan sol sepatu boot harus dipastikan.

(c) Kaos Kaki

Kaos kaki harus diperiksa dari kerusakan.

(d) Sarung Tangan


(29)

(e) Pemeriksaan Kontinuitas

Pakaian konduktif dan sepatu boot harus diuji kontinuitasnya menggunakan ohmmeter.

3.7.5.PENGUJIAN YANG TIDAK MERUSAK

Pakaian konduktif, dinyatakan secara tidak langsung, harus bersifat konduktif. Jika ohmmeter dihubungkan antara dua kaki tangan pada bahan pakaian, harus didaftar kontinuitasnya. (Sekarang ini sedang ditinjau, tentang derajat kontinuitas, atau khususnya nilai ohmic yang tidak boleh berlebihan).

Prosedur pengujian adalah bagian yang harus diikuti, untuk memastikan bahwa nilai tahanan dapat diukur dan dilaporkan secara keseluruhan. Semacam hasil pengujian standar dapat menunjukkan batas tahanan khusus dalam revisi pedoman ini berikutnya.

(a) Perlengkapan

Perlengkapan yang diperlukan untuk pengujian:

(i) Power suplai searah atau bolak-balik yang dapat diatur untuk memberi injeksi arus 1-5 mA.

(ii) Satu milliammeter (iii) Satu voltmeter

(iv) Ohmmeter – jika diperlukan (mengacu pada Prosedur Pengujian Voltmeter - milliammeter Power supply di bawah ini.

(v) Dua elektroda (mengacu pada elektroda dibawah).

(vi) Pilihan: kandungan sendiri, secara komersial tersedia arus konstan 5 mA ohmmeter.

(b) Persiapan Bahan Percobaan (Contoh)

Nilai tahanan jaket dan celanan panjang harus diukur terpisah, untuk menghindari masuknya variabel tahanan ketika mengikatkan dua pakaian bersama-sama atau mencampur pakaian dari pabrikan yang berbeda. Apabila pembacaan total tahanan pakaian diperlukan, maka pengujian dilakukan dari tangan kanan ke kaki kiri melalui tali/dasi.

Pakaian harus diletakkan tidak membentang pada permukaan isolasi datar. Timbangan tidak boleh diletakkan diatas kain.


(30)

Elektroda harus ditempatkan kira-kira 5 cm dibelakang material. Masing-masing elektroda harus menyentuh/kontak ke bagian atas dan bawah lapisan pakaian. Elektroda harus ditempatkan untuk mengukur tahanan tangan ke tangan, kaki ke kaki, ikatan penjepit ke baju, dari bagian atas pelindung pada topi ke kedua kelepak dan bagian belakang.

Kandungan embun pada kain dan/atau tingginya kelembaban relatif, dapat mempengaruhi nilai tahanan yang diperoleh pada saat pengujian.

(c) Elektroda

Disarankan Elektroda terbuat dari kain palsu/kayu dari jenis yang digunakan untuk mengapit/kelem karet keranjang berisolasi disekitar isolator dan palang (crossarms).

Bagian dalam permukaan klem dapat dilapisi dengan stainless steel foil

bening yang mempunyai bahan perekat pada salah satu sisi

Ujung elektroda harus digunakan untuk mebuat kontak dengan pakaian. (d) Prosedur Pengujian

Prosedur Pengujian Voltmeter – Milliammeter – Power Supply

(i) Hubungkan elektroda ke power supply yang mempunyai milliammeter pada rangkaian keluaran (output circuit).

(ii) Hubungkan voltmeter melewati elektroda.

(iii) Atur sumber tenaga untuk injeksi 5mA. Jika tahanan pakaian terlalu tinggi untuk 5mA pada 30 V ac atau 60V dc, arus yang digunakan dikurangi menjadi 1mA.

(iv) Minimum harus dilakukan dua kali pengukuran yang berurutan dengan cara memutuskan arus listrik antara pengukuran yang pertama dan kedua.

Catatan :Arus injeksi yang diijinkan adalah 5 mA. Jika kurang dari 5 mA harus di tunjukkan dalam lembaran data. Jika tahanan pakaian terlalu tinggi, dan menghalangi penggunaan metode injeksi arus, kemudian pengukuran nilai tahanan menggunakan ohmmeter


(31)

diijinkan dan nilainya harus dicatat. Metode injeksi arus lebih disukai daripada metode ohmmeter karena yang pertama memberi hasil yang lebih reproduktif.

Prosedur Pengujian Ketahanan ohmmeter Arus Tetap 5 mA

(i) Klem/jepit masing-masing elektrode pada titik yang telah didisain/ditentukan oleh pabrik.

(ii) Nyalakan power input dari ohmmeter arus tetap. Baca nilai tahanan sesegera mungkin setelah pembacaan yang stabil tercapai. Hal ini membuat internal kapasitor dalam meter tereksitasi.

(iii) Cara lain, nyalakan power input dari ohmmeter arus tetap terlebih dahulu. Setelah 15 detik, pembacaan dapat diambil segera setelah kelem telah duduk padakain konduktor.

(e) Penyimpanan Catatan

Informasi minimum yang penting yang harus di dapat adalah sebagai berikut :

(i) Identifikasi dari jaket atau celana panjang, berupa nama atau nomor identifikasi dari perusahaan pembuat dan nilai ketahanan yang di pasok oleh pembuat.

(ii) Tanggal. (iii) Tegangan. (iv) Arus injeksi.

(v) Perhitungan ketahanan atau pembacaan ohmmeter. (vi) Nama dan model dari ohmmeter (Jika digunakan).

(vii) Kondisi dari apparel yang diperiksa (misalnya baru, bekas, bertanah, usang , sobek, dll).

(viii) Jumlah pencucian.

(ix) Kenyaman atau ketidaknyaman pemakaian, serta besarnya tegangan operasinya.

(f) Frekuansi Pengujian Elektrik

Pengujian pakaian konduktif secara elektrik harus dilakukan minimum 1 tahun sekali.


(32)

3.8. Bonding

Sebelum menyentuh konduktor, pelaksana sisi hot harus terlebih dahulu melakukan bonding ke konduktor bertegangan untuk menyamakan potensial

antara pelaksana dengan konduktor.

(a) Pelaksana PDKB yang bekerja pada sisi bertegangan harus mengikat tali

bonding pakaian konduktif dengan kuat dan aman pada konduktor.

(b) Peralatan kerja yang digunakan atau dinaikkan beserta asesorisnya pada posisi hot dengan menggunakan metode kerja barehand, hanya akan diberikan setelahpelaksana sisi hot berada dalam posisi aman dan tali

bonding pakaian konduktif terikat kuat pada konduktor bertegangan.

3.8.1.Tali Bonding pada Pakaian Konduktif

Pakaian konduktif mempunyai dua tali bonding dengan panjang 1,8 m pada setiap sisi baju konduktif. Untuk mencegah terjadinya flash over akibat terjatuhnya tali bonding, maka :

(a) Tali bonding pada pakaian konduktif harus diikat dan disimpan dalam saku apabila tidak digunakan.

(b) Tali bonding yang sedang digunakan, panjangnya harus diatur sesuai kebutuhan.

3.8.2.Bonding clamp

Bonding clamp yang digunakan dalam proses bonding dengan konduktor harus selalu dikondisikan aman dengan panjang tali bonding pakaian konduktif sesuai kebutuhan untuk menjaga agar tidak terjadi flash over karena jatuhnya bonding clamp yang mengakibatkan jarak aman minimum tidak terpenuhi

3.9. Tangga berisolasi

Tangga berisolasi yang digunakan sebagai penopang pelaksana secara horisontal ataupun vertikal untuk pekerjaan PDKB harus diberi tanda jarak aman minimum seperti dalam Tabel 1. Untuk menaikkan tangga berisolasi dari posisi vertikal ke horisontal harus dibantu oleh pelaksana PDKB yang berada dibawah (ground man) selama awal pergerakan vertikal tangga.


(33)

Catatan : Ketika tangga sudah dinaikkan ke posisi horisontal, anak tangga terdekat dengan tower harus diberi pengaman tambahan dengan tambang isolasi yang diikatkan ke tower.

Pengetesan Sebelum Pemakaian Tangga Berisolasi

Pengukuran arus bocor dengan menggunakan ladder monitor yang diletakkan pada body tower harus dilaksanakan sebelum tangga digunakan untuk akses pelaksana. Pengukuran sebelum pengoperasian harus dikerjakan pada setiap pekerjaan.

(a) Rumus untuk menghitung arus bocor maksimum yang diijinkan pada tangga berisolasi (Maximum Permisible Leakage/MPL) :

MPL = kV/√3 µA

Contoh untuk 500 kV :

MPL = 500/√3

MPL = 289 µA

(b) Ladder monitor harus dikalibrasi secara teratur sebelum digunakan.

(c) Pengetesan tangga berisolasi sebelum pengoperasian harus dilakukan selama 1 menit dan pembacaan harus dicatat.

(d) Selama tangga isolasi menyentuh konduktor, ladder monitor harus selalu dipasang, diperiksa dan dipantau.

(e) Pelaksana pekerjaan secara PDKB harus ditunda dengan segera apabila terdapat indikasi kebocoran arus pada tangga isolasi melebihi penghitungan kebocoran maksimum yang diijinkan.

Catatan : Sebelum tangga digunakan, semua perlengkapan tangga harus diperiksa kondisi visual dan ukurannya agar sesuai kebutuhan.

Jarak Aman Minimum Tangga Berisolasi

Sebelum pelaksana akses ke konduktor dengan tangga berisolasi, tangga harus diposisikan sedemikian rupa sehingga dapat memberikan jarak aman minimum yang sesuai, seperti yang terdaftar pada Tabel 1 (hal.30).


(34)

(a) Dalam memposisikan tangga, harus dipastikan bahwa kepala hotman crew

tidak boleh lebih dekat dari 46 cm (18 inci) dari konduktor bertegangan. Tangga berisolasi sama sekali tidak boleh diposisikan lebih tinggi dari yang dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan PDKB, jika ada posisi yang lebih tinggi mungkin bisa menyebabkan pelanggaran jarak aman minimum.

Catatan : Tangga berisolasi diposisikan sesuai kebutuhan pada saat sebelum dan sesudah akses hot end man.

(b) Fungsi tangga berisolasi dalam pelaksanaan PDKB :

(i) Akses hot end man ke konduktor bertegangan (seperti untuk pengantian isolator tension).

(ii) Menjangkau dengan tangannya untuk bekerja pada posisi cold end

(seperti untuk penggantian isolator suspension) (c) Memonitor arus bocor tangga

Ladder monitor digunakan untuk mengukur arus bocor pada tangga.

(i) Dalam pelaksanaan swing tangga mendekat dan menjauhi konduktor bertegangan, laddermonitor harus pada posisi “off”.

(ii) Selama tangga menyentuh konduktor bertegangan, ladder monitor

harus selalu pada posisi “on” dan dipantau nilai arus bocornya.

3.10. Pencatatan Pelaksanaan PDKB

(a) Pencatatan peralatan mencakup penggunaan (tanggal, waktu dan jenis pekerjaan), pengujian dan pemeliharaan semua peralatan PDKB.

(b) Jam terbang pelaksana (tanggal, waktu, jenis pekerjaan, posisi kerja).

(c) Pelaporan meliputi : beban sistem, waktu pelaksanaan pekerjaan, waktu RCB, Lokasi pekerjaan (penghantar, no. Tower, fasa, string, jumlah isolator yang diganti), pembagian tugas.


(35)

BAB IV

PERALATAN KERJA

Setiap peralatan PDKB yang digunakan harus selalu memperhitungkan :

(a) Beban aman minimum (Safe Working Load/SWL) : Beban maksimum peralatan yang diijinkan sesuai dengan faktor keamanannya.

(b) Apabila ada efek surja, angin, atau ada pengaruh beban lain, maka beban kerja peralatan meningkat 25%.

(c) Faktor keselamatan (Safety Factor/SF): rasio antara beban patah/putus perlatan (Maximum Breaking Load/MBL) dengan beban kerja aman (SWL).

(d) Faktor keselamatan pada semua peralatan PDKB untuk mengangkat material/peralatan tidak boleh kurang dari 6 (enam), dan faktor keselamatan untuk mengangkat orang tidak boleh kurang dari 10 (sepuluh). (e) Semua perlengkapan dan peralatan harus mempunyai nilai SWL dari

pabrikannya.

4.1. Tali

Tali mempunyai peranan penting dalam pekerjaan PDKB, dengan menggunakan tali dapat memudahkan dalam pelaksanaan pekerjaan. Sehingga diperlukan pengetahuan mengenai tali temali dan keuntungan mekanik pada saat mengangkat beban dengan menggunakan block. Ukuran ideal live line rope

maupun tali biasa yang nyaman dipegang dalam penggunaan dan pengoperasiannya adalah 18 mm.

Pemeliharaan tali harus disamakan dengan pemeliharaan peralatan lainnya yang digunakan dalam PDKB. Merupakan hal yang penting menjaga tali dari rantas, kotor, dan kelembaban yang dapat mengakibatkan jamur sehingga terjadi penurunan daya isolasinya. Hindari penyimpanan tali dalam keadaan suhu, kelembaban, dan kadar keasaman yang tinggi. Tidak diperbolehkan penggunaan


(36)

tali atau webbing sling pada bengkokan yang tajam. Bila terpaksa gunakan alas untuk melindunginya.

Pengetahuan mengenai tali sama pentingnya dengan pengetahuan tentang beban patah peralatan (MBL) dan beban kerja aman peralatan (SWL). Pelaksana juga harus memiliki pengetahuan mengenai simpul tali, penerapan dan pengaruh beban terhadap macam-macam simpul. Berikut adalah panduan penggunaan tali dan pemeliharaannya.

Pabrikan Merek Ukuran UTS kg SF SWL kg Sherman & Reilly Sherman & Reilly Sherman & Reilly Sherman & Reilly Sherman & Reilly TSE International AB Chance AB Chance AB Chance Hi-D Orange Hi-D Orange Hi-D Orange Hi-D Orange Hi-D Orange Gatortail Composite Fibre Composite Fibre Polypripylene ½ “ 5/8” 1” ¾” 7/8” 1” ½” 5/8” ½” 2.450 3.720 7.720 4.810 6.360 12.000 3.000 5.000 1.700 6 6 6 6 6 6 6 6 6 408 670 1.280 800 1.060 2.000 500 830 280


(37)

4.1.1.Tali Polypropylene

Tali polypropylene adalah tali sintetis yang terbuat dari plastik. Hanya tali

polypropylene yang bersih dan kering dan dalam kondisi yang baik yang dapat digunakan untuk PDKB.

Catatan:

(a) Tali polypropylene dapat menjadi konduktif ketika basah atau terkontaminasi.

(b) Handline dan tali pengendali tidak boleh bersentuhan langsung dengan konduktor yang bertegangan. Dalam penggunaannya, semua tali harus memenuhi jarak aman minimum sesuai dengan ketentuan.

(c) Jika tali pengendali digunakan pada atau berdekatan dengan konduktor yang bertegangan, harus digunakan hot stick dengan panjang yang sesuai LLMAD dan diletakkan antara konduktor bertegangan dan tali tersebut. Sebagai contoh, spiral link stick digunakan sebagai penghubung antara konduktor bertegangan dan tali tersebut.

4.1.2.Safety Factor Tali

Tabel 3 (hal.50) menunjukkan beban kerja yang aman dari tali polypropylene

dalam berbagai ukuran, berlaku ketentuan :

(a) Tali baru SWL 100 %

(b) Tali yang sudah terpakai 75 %

(c) Diikat melingkar ke benda bulat 75 % (Tali baru); 50% (Tali sudah terpakai) (d) Diikat melingkar ke benda persegi 50 % (Tali baru); 25% (Tali sudah

terpakai)

Faktor beban yang ditunjukkan di bawah tabel menunjukkan perbandingan SWL tali yang dapat digunakan ketika menggunakan sling dengan tarikan lurus atau diikat balik. Jika nilai yang diperlukan tidak terdapat pada tabel, SWL dapat diperkirakan dengan mengkuadratkan diameter tali dalam milimeter dan hasilnya yang diperoleh dalam kilogram. Hasil perhitungan ini sedikit dibawah SWL tapi cukup mendekati untuk tujuan praktis. Kekuatan tali polypropylene mendekati


(38)

dua kali dari tali biasaoleh karena itu, hasil kuadrat dari Diameternya merupakan setengah dari SWL-nya dalam kilogram.

Jika dirasakan perlu untuk membuat knot pada tali, maka faktor beban 0,5 harus diterapkan (sama seperti ikatan balik pada benda persegi).

Ketika tali digunakan pada block, rumus berikut digunakan untuk menentukan tarikan yang dialami tali.

E = W M A

Dimana E = Gaya atau tarikan W = Beban

MA = Mechanical Advantage Rumus ini mengabaikan gesekan yang terjadi.

Polypropylene dipilih karena kekuatannya, sifatnya yang tahan air, ringan dan sifat isolasinya yang konsisten dalam kelembaban yang rendah atau tinggi. Air yang terakumulasi pada serat tali dapat mengakibatkan bahaya yang serius, namun dapat dihindari dengan pemeliharaan yang tepat. Bila akumulasi kelembaban terjadi, dapat dihilangkan dengan mengibaskan dengan kuat kemudian menyeka tali dengan kain yang dapat menyerap air.

Yang harus diperhatikan, kekuatan tali polypropylene dipengaruhi oleh perubahan temperatur seperti ditunjukkan dalam tabel 2.

Tabel 2. Menunjukkan efek perubahan temperatur pada kekuatan tali polypropylene.

temperatur uji (udara) kekuatan pada temperatur uji

23 C 100 %

38 C 81 %

52 C 70 %

66 C 61 %

Tabel 2


(39)

Tali serat alami dibuat dari serat tumbuhan seperti manila, rami, kapas, goni dan batang lenan.

Tabel 3. SWL – single snooter untuk sling yang terbuat dari polypropylene dan sisal manila.

Metode pemasangan sling Sling tanpa ujung (dua bagian) Nilai

Diamet er mm

Minimum breaking force KN

Masa per 250 m gulungan kg Tarikan lurus Back hitched pada beban bundar Back hitched pada beban persegi SWL - kilogram

Poly Sisal Poly Sisal Poly Sisal Poly sisal Poly Sisal

12 18.3 9.34 16.6 26.4 310 150 230 110 160 70

16 29.9 17.7 29.4 48.2 500 290 380 220 250 140

20 49.8 28.2 45.7 69.7 830 460 620 350 420 230

24 69.7 39.8 66.0 99.9 116

0 660 870 490 580 330

28 94.6 53.1 90.6 135 158

0 880 190 660 790 440

FAKTOR

BEBAN 1.0 0.75 0.5

Catatan :

(a) Nilai Ultimate Tesion Strength (UTS) berasal dari standar Australia No. AS 1504-1971, faktor beban dari AS 1380-1971.

(b) Beban yang aman dapat dipergunakan pada tali yang baru atau tali yang sudah dipakai. Untuk tali yang digunakan tapi dalam kondisi baik beban dikurangi 25 %.

(c) Jangan menggunakan tali yang hanya dalam kondisi biasa saja atau dengan kata lain tali bekas pakai untuk kerja angkat.

(d) Bila tali harus disimpulkan, gunakanlah nilai beban dalam kolom back hitched pada beban persegi.

(e) Beban aman untuk tali sintetis yang teridentifikasi dengan positif atau kawat pijar poliamid dan polyester dapat ditingkatkan 2 kali diatas nilai untuk tali sisal.


(40)

(f) Aturan yang perlu diingat – untuk mendapatkan rata-rata beban aman tali fiber (dalam kilogram) adalah kuadrat Diameter tali.

Misal. tali dengan Diameter 20 milimeter. Beban aman 20 x 20 = 400 kg.

TABEL 4. SWL – sling tak berujung yang terbuat dari polypropylene (poly) dan sisal manila

Metode slinging

Sling tanpa ujung (dua bagian) Nilai

Diamet er mm

Minimum breaking force KN

Masa per 250 m gulungan kg Tarikan lurus Back hitched pada beban bundar Back hitced pada beban persegi SWL - kilogram

Poly Sisal Poly Sisal Poly Sisal Poly sisal Poly Sisal

12 18.3 9.34 16.6 26.4 310 150 230 110 160 70

16 29.9 17.7 29.4 48.2 500 290 380 220 250 140

20 49.8 28.2 45.7 69.7 830 460 620 350 420 230

24 69.7 39.8 66.0 99.9 116

0 660 870 490 580 330

28 94.6 53.1 90.6 135 158

0 880 190 660 790 440

FAKTOR

BEBAN 1.0 0.75 0.5

Tabel 4 Catatan :

(a) Nilai UTS minimal berasal dari standar Australia No. AS 1504-1971, faktor beban dari AS 1380-1971.

(b) Beban yang aman dapat dipergunakan pada tali yang baru atau nampak baru, untuk tali yang digunakan tapi dalam kondisi baik beban dikurangi 25 persen.

(c) Jangan menggunakan tali yang hanya dalam kondisi biasa saja atau dengan kata lain tali bekas pakai untuk kerja angkat.

(d) Bila tali harus disimpulkan, gunakanlah nilai beban dalam kolom back hitched pada beban persegi.


(41)

(e) Beban aman untuk tali sintetis yang teridentifikasi dengan positif atau kawat pijar poliamid dan polyester dapat ditingkatkan 2 kali diatas nilai untuk tali sisal.

4.1.4.Perawatan Tali

Kekusutan tali harus benar-benar dihindari karena dapat menyebabkan kerusakan yang tersembunyi yang akan mengakibatkan kegagalan ketika tali dalam kondisi tegang. Ini adalah satu alasan mengapa tali yang tampaknya dalam kondisi baik, ketika digunakan untuk mengangkat beban yang masih di dalam batas faktor amannya, tiba-tiba putus. Ketika tali basah, kekusutan lebih mudah terjadi, karena pengembangan serat dan konsekuensi dari pemendekkan pilinan.

Perlu diperhatikan :

(a) Tali baru harus dijaga pada saat diurai jangan sampai terjadi kekusutan. (b) Jika tali menjadi kusut, jangan mencoba menghilangkan kekusutan dengan

cara menarik tali.

(c) Tali harus disimpan dalam tempat yang kering dimana tali tidak berada pada suhu yang tinggi dan udara dapat bersirkulasi melalui gulungan. Ketika menyimpan tali dalam truk atau kotak, jangan sampai tali terkena benda tajam.

(d) Jika tali benar-benar menjadi basah, harus dikeringkan sebelum digunakan. Penurunan mutu akan cepat terjadi, jika tali penuh dengan air dan tidak dikeringkan sebagaimana mestinya.

(e) Tali harus dicuci jika terdapat lumpur atau telah mengandung banyak kotoran.

(f) Tali sebaiknya tidak disimpan berdekatan dengan tempat penyimpanan baterai karena uap asamnya berbahaya, atau bahan lainnya seperti soda api, cat, dan uap.

(g) Ketika anyaman tali menjadi berjumbai, tali harus diganti. Pemeriksaan kadang-kadang perlu dilakukan untuk mengetahui kondisi dari serat (lihat dibawah). Pita, senar atau marlin tidak boleh digunakan untuk memperbaiki kerusakan. Untuk menghindari ujung tali menjumbai, perlu dilakukan anyam balik.


(42)

4.1.5.Pengaruh Hentakan Pada Tali

Hentakan sebaiknya dihindari karena beban hentakan lebih besar beberapa kali dibandingkan dengan beban yang sama jika dikenakan secara bertahap. Beban dari masing-masing tali sling akan lebih besar dari beban jika sudut yang terbentuk antara sling dan beban kurang dari 30º.

Untuk memudahkan menentukan SWL tali dapat dipergunakan rumus sbb :

10 newton = 1 kilogram

10 KN = 1 ton

Berat dari satu kilogram massa adalah 9,8 newton dan pada prakteknya besar ini dianggap menjadi 10 newton. Jika massa dari konduktor dinyatakan dalam kilogram nilai ini harus dikalikan dengan 10 untuk merubahnya menjadi berat, atau gaya karena gravitasi dinyatakan dalam newton. Sebaliknya jika gaya dikalkulasikan dalam newton nilai ini harus dibagi dengan 10 untuk memberikan SWL dari tali atau peralatan lainnya dan dinyatakan dalam kilogram.

Oleh karena itu, jika sudut menjadi tajam, maka beban yang akan diangkat pada sling bertambah. Perlu untuk selalu menjaga sudut sling diatas 30º jika mengangkat beban yang mendekati batas angkat sling.

4.1.6.Teknik Tali Temali

Beberapa istilah yang digunakan pada tali yang memerlukan penjelasan :

(a) Simpul dibentuk dengan memutar tali itu sendiri, atau dengan menguraikan anyaman pada setiap ujung dan menyusunnya bersama seperti mata ayam.

(b) Ikatan adalah cara mengencangkan atau mengikatkan tali pada tower.

Jika simpul bersifat permanen, bengkokan dan penambatan dapat dilepaskan seketika dengan menarik tali dari arah yang berlawanan dengan ikatan.

Merupakan hal yang penting untuk mempunyai pengetahuan yang mendalam mengenai simpul-simpul, penggunaannya dan bagaimana pemakaiannya. Hal ini hanya akan didapat dengan praktek, oleh karena itu perlu untuk melakukan


(43)

praktek mengikat simpul bila ada kesempatan. Dengan melakukan ini, pekerja akan menjadi terbiasa.

4.1.7.Kekuatan Simpul

Simpul pada tali polypropylene memiliki kekuatan yang berbeda dengan ikatan pada tali jenis rami karena permukaan gel yang terdapat pada tali tersebut. Berikut ini dijelaskan penggunaan tali polypropylene.

Macam simpul :

(a) Simpul gabungan (kekuatan 50 % dari UTS) (i) Simpul reef

(ii) Simpul fisherman

(b) Simpul tambahan (kekuatan 70 % dari UTS) (i) Simpul sheet

(ii) Simpul bowline

(iii) Simpul clove hitch

Kekuatan tali yang berkurang pada simpul tidak berdasarkan jumlah simpul pada suatu tali, contohnya jika suatu beban dipikul oleh dua buah tali dengan ukuran yang sama menggunakan simpul reef knot dan diujungnya pada salah satu sisinya menggunakan eye splice dan ujung lainnya dengan simpul bowline, maka kekuatan susunan itu adalah kekuatan simpul reef knot yaitu 50% dari kekuatan tali tersebut.

Contoh-contoh simpul :

(a) Simpul overhand (Overhand knot)

Ini adalah bentuk simpul buatan yang paling sederhana dan merupakan bagian dari berbagai macam simpul. Simpul ini sering digunakan sebagai simpul mati untuk menghindari tali lepas (slip) dari block.


(44)

(b) Simpul Granny (Granny knot)

Ini adalah simpul kurang kuat karena simpul ini mempunyai sifat slip jika diberikan kekuatan/gaya padanya.

(c) Simpul Reef (Reef knot)

Ini adalah simpul yang paling biasa digunakan. Simpul ini tetap datar dan tidak akan lepas asalkan tetap kering. Faktor utama dalam mengikat simpul ini adalah dengan melihat bahwa dua tali pada masing-masing sisinya saling melewati putaran pada sisi yang sama, jika tidak maka simpul granny yang akan terbentuk.

(d) Single sheet bend

Simpul ini digunakan untuk menyatukan tali yang mempunyai ukuran sama dan tidak sama (berbeda). Simpul ini terbentuk dengan membuat putaran pada satu tali dan tali lain melewati ujung dari putaran tali tersebut keatas dengan melingkarinya dan kembali melewati bagian bawah dari tali itu sendiri. (e) Double sheet bend

Simpul ini juga digunakan untuk menyatukan tali-tali dengan ukuran yang tidak sama, terutama jika tali-tali tersebut baru atau basah.


(45)

(f) Slip knot

Simpul ini adalah bentuk sederhana dari reef knot, dengan satu ujung simpul memutar ke belakang dan ditarik dengan mengencangkan tali. Simpul dapat lepas dengan menarik bagian ujung yang tetap.

(g) Fisherman’s knot

Simpul ini dibuat dengan meletakkan ujung dari dua tali saling bersebelahan dan dengan arah yang berlawanan diikat dengan simpul overhand tunggal melingkari masing-masing tali dengan ujung yang lain. Ketika gaya diberikan, dua simpul tersebut akan merapat pada masing-masing tali dan dapat lepas dengan menarik bagian-bagian ujungnya. Simpul ini dapat digunakan untuk menyatukan tali yang mempunyai diameter berbeda. (h) Bowline

Simpul ini digunakan untuk membentuk putaran yang tidak akan lepas ketika tali diberi beban dan simpul juga dapat dibuka dengan mudah.

(i) Running bowline

Simpul ini dapat digunakan ketika hand line diikat melingkari sebuah objek, contohnya seperti pada pohon. Ini adalah simpul yang paling umum dan baik sekali untuk simpul sementara.

(j) Bowline on a bight

Simpul ini digunakan untuk membentuk sebuah putaran ditengah sebuah tali, karenanya tali digandakan. Simpul ini dibuat dengan cara yang sama dengan simpul bowline. Lingkaran yang terbentuk dengan simpul ini tidak akan lepas .


(46)

(k) Clove hitch

Metode 1 Metode 2

Jika simpul clove hitch dapat dibentuk terlebih dahulu dan dapat dilewati objek, metode no.1 sebaiknya digunakan, sedangkan jika simpul tidak dapat dibentuk terlebih dahulu, metode 2 yang dipakai. Ikatan ini digunakan untuk mengikatkan ujung tali pada objek dengan tarikan dari sebelah kanan.

(l) Timber hitch

Simpul ini dapat kendur dengan mudah ketika tali dikendurkan tetapi simpul tidak akan lepas dalam tarikan stabil. Namun, jika simpul mendapat hentakan atau tali mungkin terpuntir ketika menaikkan suatu benda, sebuah simpul half hitch harus digunakan sebagai tambahan simpul timber hitch. Bila tidak, simpul timber hitch akan terlepas ketika mengalami puntiran. (m) Simpul Buntline atau becket hitch

Simpul ini digunakan untuk mengikat ujung rope block ke becket. Ini adalah simpul yang sangat mudah yang tidak dapat dilepaskan seperti halnya half hitches. Ujung simpul sebaiknya diikat/dimasukkan kembali ke simpul.

(n) Simpul akhir atau end splice

Perawatan tali adalah hal penting, untuk mengetahui bagaimana penyelesaian yang rapih dari ujung tali, untuk menghindari tali menjadi terurai dan kemungkinan terpisah/bercerai berai. Satu Metode yang


(47)

digunakan untuk menyelesaikan ujung tali adalah menggunakan simpul akhir.

Prosedur untuk tali yang terdiri dari 3 anyaman adalah sebagai berikut : (i) Uraikan sekitar 3 inci tali dan masing-masing ujung tali dan putar

kearah bawah untuk membentuk putaran (loop) diatas dan biarkan ujung masing-masing tali melalui putaran tali berikutnya. Tarik tali ini hingga benar-benar kencang. Bentuk-bentuk ini dikenal sebagai mahkota dan sekali lagi mesti disempurnakan, yang harus dilakukan adalah menyilangkan tiga helai anyaman dengan anyaman tali yang diam, satu anyaman kebawah dan satu anyaman lainnya keatas. Masing-masing benang ditarik dan diletakkan melalui bagian yang paling bawah, dimana masing-masing benang dapat berada diatas dan dibawah benang lainnya hingga sambungan disempurnakan.

(ii) Ikatan terakhir dapat diselesaikan dengan menggulung sambungan yang telah disempurnakan.

4.2. Rope block

Dalam PDKB, konduktor sering diangkat dengan menggunakan rope block. Dalam penggunaannya, rope block langsung digunakan pada konduktor atau dapat dirangkai dengan hotstick. Rope block ini dapat pula digunakan secara tidak langsung dengan menggunakan strain link stick yang terhubung dengan konduktor.

4.2.1.Jenis Rope block

Ada 4 tipe rope block yang digunakan dan digambarkan dengan jumlah tali yang terdapat dalam masing-masing kotak rope block. Sebagai contoh, sebuah rope block berukuran 3 x 2 mempunyai 3 tali pada satu kotak rope block, dan 2 tali pada kotak rope block lainnya.


(48)

Daftar-daftar rope block :

Tipe Rope block

Jumlah Tali

Keuntungan Mekanik

Panjang Tali

2 x 1 3 2,27 30 m

2 x 2 4 2,86 40 m

3 x 2 5 3,33 45 m

3 x 3 6 3,70 50 m

Seorang Pelaksana/pekerja PDKB dengan ukuran rata-rata dapat menarik kira-kira 380 N. Cara perhitungan beban maksimum yang dapat dipikul diperoleh dengan mengalikan 380 N dengan keuntungan mekanik tipe rope block. Sebagai contoh pelaksana yang menggunakan tipe rope block 3x3 dapat menarik beban hingga 380 N x 3,70 = 1406 N atau setara dengan beban 143,5 kg.

Ketika rope block disimpan dalam kendaraan atau agar siap digunakan untuk mengirim beban diatasnya, untuk menghindari terbentuknya simpul sebaiknya mengikuti hal-hal sebagai berikut :

(a) Buat sebuah simpul half hitch disekitar block, lalu buat gulungan searah jarum jam sampai seluruh tali selesai terlingkari.

(b) Membuat beberapa lilitan mengitari gulungan dengan block terdapat pada ujung gulungan.

(c) Menarik ujung tali tadi melalui salah satu dari ujung gulungan dan posisikan melingkari gulungan.

(d) Menyelesaikan ikatan dengan mengencangkan ikatan.

4.2.2.Penggunaan Rope Block

Jangan memberikan beban terlalu berat kepada rope block atau menghentaknya. Jika sebuah rope block tampaknya sulit digunakan, hentikan pekerjaan dan periksa bahwa rope block atau perlengkapan lainnya yang berhubungan tidak macet atau rusak.

Rope block dengan tali yang terpilin tidak akan berjalan dengan mulus. Putar


(49)

Yakinkan bahwa sudut yang terbentuk dari tali utama tidak berlebihan sehingga tali tidak rusak.

Selalu periksa bahwa block dengan tali utama dari rope block adalah paling dekat dengan titik pemasangan pada tower atau struktur sehingga sudut yang baik dapat terpenuhi.

4.3. Peralatan Hot Line 4.3.1.Penjelasan Umum

Penggunaan hot stick untuk pemeliharaan saluran bertegangan telah dilakukan sejak tahun 1913. Peralatan ini awalnya diproduksi secara handmade, kasar, kaku dan sulit digunakan. Sejak pertama kali dibuat, secara bertahap dikembangkan dan sekarang mencapai tahap dimana hot stick terbuat dari plastik fiber glass yang diperkuat (FRP) yang mempunyai resistansi terhadap kelembaban yang tinggi, lebih padat, dan lebih tinggi resistensinya terhadap abrasi dan bahan-bahan yang mudah larut dibandingkan dari bahan kayu seperti yang dahulu digunakan. Selain itu, stick ini relatif ringan yang merupakan salah satu faktor penting pada PDKB sehingga kelelahan dapat dijaga tetap minimum.

Fitting dan peralatan yang digunakan di ujung stick isolasi terbuat dari bahan aluminium khusus yang memiliki dua keuntungan yaitu ringan dan kuat. Bila digunakan sesuai batas amannya, bertahun-tahun tidak akan rusak. Tetapi jika digunakan melebihi batas amannya, maka akan terjadi kerusakan sebagian dan sebaiknya tidak dilas atau dipatri karena hal ini akan merusak susunan material didalamnya yang mengakibatkan alat ini menjadi tidak aman.

Diameter (inci) Beban kerja aman (kg) Beban kerja aman (lb)

1 ¼ 1 ½ 2

1.600 2.900 5.400

3.500 6.500 12.000


(50)

4.3.2.Universal stick

Peralatan ini berfungsi sebagai alat bantu dimana pelaksana/pekerja tidak bisa menyentuh secara langsung ke daerah yang bertegangan

Asesoris universal stick : (a) Pin Holder

Untuk penggantian pin dan baut. Kepala baut dipaskan ke alur dan dikencangkan oleh kerja pegas. Dapat digunakan untuk baut atau pin yang berdiameter sampai dengan 5/8 inci.

(b) Cutout Tool

Alat ini berfungsi untuk pekerjaan yang memerlukan pegangan terhadap suatu benda. Bagiannya yang berbentuk seperti jari membuat alat ini cocok untuk pekerjaan semacam ini. Dapat menampung obyek yang lebarnya 3 ¾ inci. Semua bagian yang menyentuh porselin ditutupi dengan plastisol.

(c) Ratchet Wrench

Dengan penggerak ½ inci persegi, ratchet wrench

digunakan untuk mengencangkan baut pada perlengkapan transmisi.

(d) Chuck Blank

Chuck blank dapat digunakan untuk beramacam-macam aplikasi, seperti menyisipkan obeng, gergaji,

dll. Mur kupu-kupu berfungsi


(1)

PENUTUP

Dengan selesainya buku PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE PDKB diharapkan dapat membantu manajemen dalam mengambil keputusan dan dapat berguna bagi pelaksana untuk meleksanakan pekerjaan dengan aman dan selamat karena pelaksanaan pekerjaan dalam keadaan bertegangan mengandung resiko yang sangat tinggi.

Tim penyusun menyadari bahwa buku ini masih jauh dari sempurna oleh karena itu keritik dan saran sangat diharapkan dan tidak tertutup kemungkinan dimasa yang akan datang buku ini disempunakan lagi sehingga dapat membantu perushaan lebih maju lagi.

Semoga dengan sumbangan pemikiran ini, dapat berguna bagi PELAKSANA, MANAJEMEN maupun PERUSAHAAN .

Akhir kata dengan selesainya penyusunan buku ini perkenankanlah kami Tim Penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan memfasilitasi dalam penyusunan buku ini.

Wasalam


(2)

DAFTAR PUSTAKA

1) Services, Transfield, “Transmission Live Line Field and Training Manual”, Blenheim, 2004.

2) Training, Omaka, ”Transmission Live Line Level Two”, Blenheim, 2004. 3) Chance, A.B., “Tool Catalogue”. April 2003.


(3)

LAMPIRAN

Daftar Prosedur dan IK PDKB

NO NOMOR PROS /IKA JUDUL PROS dan IK

1

P3B JB - TRS/PROS/05-100/PAJPDKB

Prosedur Akses ke Jaringan untuk Pekerjaan Dalam Keadaan Bertegangan pada Instalasi Tegangan Tinggi

/Ekstra Tinggi 2 P3B JB -

TRS/PROS/05-101/PMAKP

Pedoman Membuat Analisa Keselamatan Pekerjaan 3 P3B JB -

TRS/PROS/05-102/PDKB

Prosedur Pelaksanaan Pekerjaan Dalam Keadaan Bertegangan TT /TET

4 P3B JB - TRS/IKA/05-103/PIT Instruksi Kerja Pengetesan Isolator Tension-Suspension150 KV & 70 KV 5 P3B JB - TRS/IKA/05-104/PIS Instruksi Kerja Penggantian Isolator Suspension 150 KVWire Tong - Spiral Link Stick 6 P3B JB - TRS/IKA/05-105/PIC Instruksi Kerja Penggantian Suspension Clamp150 KV WireTong - Spiral Link Stick 7 P3B JB - TRS/IKA/05-106/PIS Instruksi Kerja Penggantian Isolator Suspension 150 KVSpiral Link Stick 8 P3B JB - TRS/IKA/05-107/PSC Instruksi Kerja Penggantian Isolator Suspension Clamp150 KV Spiral Link Stick 9 P3B JB - TRS/IKA/05-108/PIT Instruksi Kerja Penggantian Isolator Tension 150 KV StrainPole - Chain Hoist 10 P3B JB - TRS/IKA/05-109/PIT Instruksi Kerja Penggantian Isolator Tension 150 KVDistribution Carrier – Craddle 11 P3B JB - TRS/IKA/05-110/PIS Intruksi Kerja Pengetesan Isolator Suspension 500 KV 12 P3B JB - TRS/IKA/05-111/PIT Intruksi Kerja Pengetesan Isolator Tension 500 KV 13 P3B JB - TRS/IKA/05-112/PIS Instruksi Kerja Penggantian Isolator Suspension 500 KV V -String Strain Pole Jack Screw - Craddle 14 P3B JB - TRS/IKA/05-113/PIS Instruksi Kerja Penggantian Isolator Suspension 500 KV V -String Strain Pole Chain Hoist Live Line Rope 15 P3B JB - TRS/IKA/05- Instruksi Kerja Penggantian Isolator Tension 500 KV Mast


(4)

pada Tower Tension 500 KV 22 P3B JB - TRS/IKA/05-121/PSS Instruksi Kerja Pengukuran Isolator

23 P3B JB - TRS/IKA/05-122/PST Instruksi Kerja Pengukuran Isolator Tension 500 KV LinkPendek 24 P3B JB - TRS/IKA/05-123/PSS Instruksi Kerja Pengukuran Isolator Tension 500 KV LinkPanjang dan Line Droper Arah Switch Yard Single String 25 P3B JB - TRS/IKA/05-124/PST Instruksi Kerja Penggantian Isolator Tower Tension 150 KVRigid Link , Double String , Double Konduktor dengan

Metode Barehand , Strain Pole

26 P3B JB - TRS/IKA/05-125/PST Instruksi Kerja Pelaksanaan Turun Tandem Acces Rope 27 P3B JB - TRS/IKA/05-126/PSS Instrusi Kerja Akses Linesman Ke Hot dengan Cara Swing ,Tower Suspension 500 KV 28 P3B JB - TRS/IKA/05-127/PSS Single Circuit 500 KV Mast - Boom,Strain Pole Screw JackInstruksi Kerja Penggantian Isolator Tension Fasa Tengah

Swivel Boom

29 P3B JB - TRS/IKA/05-128/PSS Instuksi Kerja Penggantian Isolator Piring Ke 1 - 3 Sisi Cold/Hot,Tower Tension "J" Craddle Adjustable Strain Pole Screw Jack Swivel Boom

30 P3B JB - TRS/IKA/05-129/PSS

Instuksi Kerja Penggantian Isolator Tower Suspension 500 KV Dua String Bergantian dari String Dalam ke String Luar

V - String Strain Pole Chain Hoist- Live Line Rope,Tanpa Turun

31 P3B JB - TRS/IKA/05-130/PSS Instruksi Kerja Penggantian Isolator Tower Suspension 500KV V - String, Strain Pole Chain Hoist - Live Line Rope , Tanpa Turun

32 P3B JB - TRS/IKA/05-131/PEW Instruksi Kerja Perbaikan Earth Wire pada SUTET 500 KV 33 P3B JB - TRS/IKA/05-132/AKT Instruksi Kerja Acces Rope Tower Tension SUTET 500 KV 34 P3B JB - TRS/IKA/05-133/PSS

Instruksi Kerja Perbaikan Spacer pada Konductor 4 Kawat Single Circuit Acces Rope dengan Alat Bantu Kerja Troly

pada Tower Suspension V - String 500 KV 35 P3B JB - TRS/IKA/05-134/PSS

Instruksi Kerja Penurunan Hot End Crew dari Tyengah Andongan Konduktor pada Pekerjaan Penggantian Spaser

SUTET 500 KV Single Circuit Access Rope Tower Suspension V - String

36 P3B JB - TRS/IKA/05-135/PSS Instruksi Kerja Penggantian Isolator Tension 500 KV StrainPole Screw Jack - No Mast - Boom Dan Craddle 37 P3B JB - TRS/IKA/05-136/PHA Instruksi Kerja Penyelamatan Hot End Dalam Kondisi AkanTerjadi Cuaca Buruk , Access Ladder 38 P3B JB - TRS/IKA/05-137/PHS Instruksi Kerja Penyelamatan Hot End Dalam Kondisi AkanTerjadi Cuaca Buruk , Access Rope Tower Suspension 39 P3B JB -

TRS/PROS/05-138/P3K

SOP Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan , Pekerjaan Dalam Keadaan Bertegangan Tinggi - Ekstra Tinggi (Pdkb

TT /TET)

40 P3B JB - TRS/IKA/05-139/PIW Instruksi Kerja Pengoperasian Insulator Washer PadaPekerjaan Bertegangan Sampai 150 KV 41 P3B JB -

TRS/PROS/05-140/PLLR


(5)

42

P3B JB -

TRS/PROS/05-141/PHE Prosedur Pemeliharaan dan Penyimpanan Hot Stick 43 P3B JB -

TRS/PROS/05-142/PPKD

Prosedur Pemeliharaan dan Pengamanan Peralatan Kerja pada Keadaan Darurat

44 P3B JB - TRS/IKA/05-143/PHST Darurat ( Cuaca Buruk ) Di Tower Tension Access LadderInstruksi Kerja Pengamanan Hot Stick Dalam Keadaan 45 P3B JB - TRS/IKA/05-144/PPHS Instruksi Kerja Pengamanan Hot Stick Dalam KeadaanDarurat ( Cuaca Buruk ) Di Tower Suspension Swing

Access

46 P3B JB - TRS/IKA/05-145/AHS Instruksi Kerja Akses Konduktor dengan Hot Stick padaTower Suspension 47 P3B JB - TRS/IKA/05-146/PIS Instruksi Kerja Akses Platform dan Swifel Stick TowerSuspension 500 KV 48 P3B JB - TRS/IKA/05-147/HLS Instruksi Kerja Akses Konduktor pada Suspension SUTET500 KV Dengan Ladder 49 P3B JB - TRS/IKA/05-148/KTG Instruksi Kerja Akses Konduktor pada Tengah GawangSUTET 500 KV dengan Tambang Isolasi 50 P3B JB - TRS/IKA/05-149/PIS Instruksi Kerja Penggantian Isolator Suspension 150 KVSingle Konduktor H - Frame Strain Pole 51 P3B JB - TRS/IKA/05-150/PIS Instruksi Kerja Penggantian Isolator Suspension 150 KVDouble Konduktor H - Frame Strain Pole 52 P3B JB - TRS/IKA/05-151/PIT Instruksi Kerja Penggantian Isolator Tension 150 KV StrainPole, Special Tool 53 P3B JB - TRS/IKA/05-152/PHT Instruksi Kerja untuk Pekerjaan pada Konduktor SuTET 500KV Double Circuit dengan Menggunakan Trolley 54 P3B JB - TRS/IKA/05-153/PIT Instruksi Kerja Penggantian Isolator Support Jumper TowerTension 500 KV


(6)

BIODATA PENYUSUN

Nama : Carya

Tempat dan Tanggal Lahir : Sumedang, 16 Juli 1952 Unit Kerja : PT. PLN (Persero) P3B JB Region Jawa Barat Jabatan : Ahli Madya Pengembangan PDKB TT/TET

Nama : Arief Ibrahim Wuller

Tempat dan Tanggal Lahir : Bogor, 17 Agustus 1984 Unit Kerja : PT. PLN (Persero) P3B JB Region Jakarta Banten

Jabatan : Terampil PDKB TT/TET Nama : Aryo Tiger Wibowo

Tempat dan Tanggal Lahir : Semarang, 30 Januari 1983 Unit Kerja : PT. PLN (Persero) P3B JB Region Jawa Barat Jabatan : Terampil PDKB TT/TET

Nama : Andri Yunianto

Tempat dan Tanggal Lahir : Semarang, 14 Juni 1985 Unit Kerja : PT. PLN (Persero) P3B JB Region Jawa Tengah & DIY

Jabatan : Terampil PDKB TT/TET Nama : Yudha Hardiyantoro

Tempat dan Tanggal Lahir : Sidoarjo, 2 Mei 1984

Unit Kerja : PT. PLN (Persero) P3B JB Region Jawa Timur & Bali