32
3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh waega yang tinggal disekitar industri tahu di Kelurahan Ujung Padang Kecamatan Padangsidimpuan Selatan
yang berjumlah 30 Kepala Keluarga. 3.3.2 Sampel
a. Sampel Orang
Seluruh warga yang berada di sekitar industri tahu yang berjumah 30 Kepala Keluarga. Alasan pengambilan sampel adalah karena jarak tempat tinggal
masyarakat dengan industri tahu yang berdekatan.
b. Sampel Air
Sampel diambil pada empat lokasi titik pengambilan sampel yaitu titik pertama pada jarak 50 m sebelum jatuhnya limbah cair tahu pada badan air, titik
kedua pada saluran pembuangan limbah cair sebelum masuk ke badan air,dan titik ketiga 50 m setelah titik pencampuran limbah cair dengan air sungai. Setelah itu
sampel dilakukan pemeriksaan di Laboratorium BTKL PP Medan.
3.4 Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah: 1. Limbah cair tahu pada saluran pembuangan sebelum masuk ke badan air dan
dilakukan pemeriksaan terhadap kandungan BOD, COD, TSS, pH, dan Suhu. 2. Air sungai di titik 50m sebelum jatuhnya limbah cair tahu dan dilakukan
pemeriksaan terhadap kandungan BOD, COD, TSS, pH dan Suhu.
Universitas Sumatera Utara
33
3. Air sungai di titik 50m setelah jatuhnya limbah cair dan dilakukan pemeriksaan terhadap kandungan BOD, COD, TSS, pH, dan Suhu.
3.5 Metode Pengumpulan data 3.5.1 Data Primer
Data primer diperoleh melalui hasil pemeriksaan laboratorium di BTKL PP Medan untuk memeriksa sampel limbah cair industri tahu dan air sungai, yang
meliputi BOD, COD, TSS dan pH dan lembar observasi pada masyarakat yaitu data keluhan kesehatan masyarakat sekitar industri tahu.
3.5.2 Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari Kantor Kelurahan Ujung Padang Kecamatan Padangsidimpuan Selatan Kota Padangsidimpuan.
3.6 Metode Pengumpulan Objek 3.6.1 Alat dan Bahan
a. Peralatan yang digunakan 1. Botol
2. Erlenmeyer 3. Gelas Ukur
4. Kertas Saring 5. Pipet Volumetri
6. Timbangan 7. Alat
–alat untuk pengukuran TSS - Desikator yang berisi silika gel
- Oven, untuk pengoperasian pada suhu 103°C sd 105°C
Universitas Sumatera Utara
34
- Neraca analitik dengan ketelitian 0,1 mg - Corong Penyaring
- Botol semprot - Pengaduk magnetik
- Penjepit 8. Alat pengukuran COD
- Spektofotometer NOVA 60 - COD reaktor
9. Alat pengukuran BOD - Botol winkler 250 mL atau 300 mL
- Buret 25 mL - Pipet volume 5 mL, 10 mL, dan 50 mL
- Pipet ukur 5 mL - Erlenmeyer 125mL
- Gelas piala 400 mL - Labu ukur 1000 mL
10. Alat untuk pengukuran pH - pH meter
- Tisu - Gelas ukur
b. Bahan yang digunakan 1. Air Limbah Cair Tahu
2. Bahan untuk COD
Universitas Sumatera Utara
35
- Reagen COD A - Reagen COD B
3. Bahan untuk BOD - Air suling
- Larutan Buffer Fosfat - Larutan Magnesium Sulfat, MgSO
4
- Larutan Kalsium Klorida, CaCl
2
- Larutan Besi III Klorida, FeCl
3
- Larutan H
2
SO
4
N dan NaOH 1 N 4. Bahan untuk pH
- Larutan penyangga pH 4, 7, dan 10 - Air suling
3.6.2 Prosedur Kerja
1. Ambil Air Limbah sebanyak 1.500 ml pada masing-masing titik pengambilan sampel.
2. Lakukan pengukuran sampel di laboratorium 3. Catat hasil pengukuran masing-masing titik pengambilan sampel.
3.6.3 Pengukuran TSS
a. Penimbangan Kertas Saring kosong - Letakkan kertas saring di atas corong penyaring. Sebagai
penampung gunakan Erlenmeyer. - Bilas kertas saring dengan air suling sebanyak 20 ml
Universitas Sumatera Utara
36
- Keringkan kertas saring tersebut dalam oven pada suhu 103°C sd 105°C selama 1 jam, dinginkan dalam desikator selama 10 menit,
kemudian ditimbang. - Ulangi langkah pada butir 3 sampai diperoeh berat konstan atau
sampai perubahan lebih kecil dari 4 terhadap penimbangan sebelumnya atau lebih kecil dari 0,5 mg.
b. Penimbangan Residu Tersuspensi - Siapkan kertas saring yang sudah ditimbang tadi di atas corong
penyaring. Sebagai penampung gunakan erlenmeyer. - Pipet 100 mL sampel, masukkan ke dalam gelas ukur, lakukan
pengadukan untuk mendapatkan sampel yang lebih homogen. - Saring sampel, dan lakukan pembilasan denganair suling sebanyak
19 mL dan dilakukan 3 kali pembilasan. - Keringkan kertas saring tersebut dalam oven pada suhu 103°C sd
105°C selama 1 jam, dinginkan dalam desikator selama 10 menit, kemudian ditimbang.
- Ulangi langkah pada ke-3 sampai diperoleh berat konstan atau sampai perubahan lebih kecil dari 4 terhadap penimbangan
sebelumnya atau lebih kecil dari 0,5 mg. TSS mgL =
Dimana : A adalah berat kertas saring + residu kering mg
B adalah berat kertas saring kosong mg
Universitas Sumatera Utara
37
Catatan : a. Jika penyaringan sempurna membutuhkan waktu lebih dari 10
menit, perbesar diameter kertas saring atau kurangi volume sampel.
b. Jika berat kering residu kurang dari 2,5 mg, perbesar volume sampel sampai 1000 mL.
3.6.4 Pengukuran BOD
Dilakukan pengukuran Oksigen Terlarut DO terlebih dahulu a. Standarisasi Larutan Natrium Tiosulfat
- Sebanyak 10 ml larutan standar primer K
2
Cr
2
O
7
0,05 N dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer.
- Selanjutnya di dalamnya ditambahkan 5 ml 10 dan 1 ml HCl pekat.
- Dengan segera titrasi I
2
yang terbentuk dalam larutan dengan Na
2
S
2
O
3
sampai warnanya berubah menjadi kuning pucat. - Tambahkan 1 ml larutan amilum 1 hingga warnanya berubah
menjadi biru. - Lakukan terus titrasi sehingga warna biru hilang dan normalitas
larutan Na
2
S
2
O
3
dihitung. Na
2
S
2
O
3 =
x 0,05
Universitas Sumatera Utara
38
b. Pengukuran Oksigen Terlarut - Contoh air sebanyak 100 ml dimasukkan dalam labu erlenmeyer
250 ml dan ditambahkan dengan 1 ml MnSO
4
.5H
2
O dan 1 ml alkali iodine.
- Dikocok-kocoksampai homogen dan tampak lapisan atasnya bening.
- Tambahkan 3 ml H
3
PO
4
pekat. - Titrasi larutan itu dengan larutan Na
2
S
2
O
3
sampai warna kuning pucat.
- Berikutnya tambahkan 1 ml larutan amilum 1 dan warnanya akan menjadi biru.
- Seterusnya titrasi sampai warna hilang. - Kadar oksigen terlarut dalam contoh air yang diperiksa dapat
dihitung dengan rumus Kadar O
2
ppm = ml Na
2
S
2
O
3
x Na
2
S
2
O
3
x 8 x 1000 ml sample
c. Pengukuran BOD Untuk BOD, setelah pengukuran sampel disimpan selama 5 hari.
Kadar BOD = DO hari
– DO
5
hari
Universitas Sumatera Utara
39
3.6.5 Pengukuran COD a. Standarisasi larutan Natrium tiosulfat
b. Pengukuran COD
- Ke dalam tabung reaksi kuvet dicampurkan 0,3 mL reagent COD
A dan 2,3 mL reagent COD B. Biarkan bercampur sempurna. - Tambahkan 3 mL sampel
- Panaskan di COD reaktor selama 2 jam pada suhu 140°C
- Setelah 2 jam, keluarkan dan biarkan sampai mencapai suhu
kamar.
- Tempatkan kuvet ke dalam ruang sel, dan konsentrasi COD akan
terbaca di layar. 3.6.6 Pengukuran pH
a. pH meter dibilas dengan air suling. b. pH meter dibilas dengan sampel.
c. Hidupkan pH meter, dan celupkan ke dalam gelas ukur yang telah berisi sampel. Pastikan bagian elektroda dari pH meter terendam
sampel. d. Tunggu sampai pembacaan pada pH meter menunjukkan angka yang
stabil. e. Catat hasil pembacaan, matikan alat pH meter
f. Bilas pH meter dengan air suling dan keringkan dengan kertas tisu.
Universitas Sumatera Utara
40
3.6.7 Pengukuran Suhu
a. Rendam termometer dalam air dingin selama beberapa waktu sebelum melakukan pengukuran. Ini akan membuat air raksa pada termometer
yang menunjukkan suhu ruangan segera turun. b. Masukkan termometer kedalam sampel air yang akan diukur sedalam
10 cm selama 3 menit. c. Catat hasil pembacaan skala
d. Bilas termometer dengan air bersih e. Lap dengan tisu bersih.
3.7 Cara Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan disetiap titik pengambilan sampel kemudian sampel air diambil dan dimasukkan kedalam botol air mineral yang
sudah dibersihkan terlebih dahulu, selanjutnya sampel ditutup hingga tidak ada lagi gelembung udara yang terlihat dan segera dimasukkan kedalam kotak es yang
telah diberi pendingin sebelumnya untuk mengatur suhu didalam kotak es tersebut.
Parameter suhu diukur langsung di setiap lokasi titik pengambilan sampel dengan menggunakan termometer air raksa berskala 0-100°C, kemudian sampel
air diukur pada kedalaman 10cm selama 3 menit dan setelah itu dibaca hasil skalanya.
Universitas Sumatera Utara
41
3.8 Definisi Operasional
1. Proses Pengolahan Tahu adalah suatu cara yang dilakukan untuk mengetahui tahap-tahap pembuatan tahu dari awal hingga akhir terbentuknya tahu yang
siap untuk dikonsumsi. 2. Limbah cair industri tahu adalah limbah cair proses pembuatan tahu yang
keluar dari outlet pembuangan dan belum mendapatkan pengolahan. 3. BOD Biochemical Oxygen Demand adalah jumlah oksigen terlarut yang
dibutuhkan oleh organisme hidup untuk memecah atau mengoksidasi bahan organik dalam limbah cair tahu.
4. COD Chemical Oxygen Demand adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh bahan oksidan misalnya kalium dikromat untuk mengoksidasi bahan-
bahan organik yang terdapat dalam air limbah tahu. 5. TSS Total Suspended Solid adalah total padatan tersuspensi yang terdapat
dalam limbah cair tahuyang menyebabkan kekeruhan air. 6. pH adalah derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan tingkat
keasaman atau kebasaan yang dimilik oleh suatu larutan. 7. Suhu adalah temperatur air yang diukur dengan menggunakan termometer,
memenuhu syarat bila suhu air ± 3°C. 8. Baku Mutu Limbah Cair Industri Tahu adalah Standarbatas yang
diperbolehkan bagi limbahcair dari kegiatan industri sebelum dibuang ke badan air menurut PerMenLH No. 05 Tahun 2014.
9. Kriteria Mutu Air adalah Tolak ukur mutu air kelas II yaitu limbah cair setelah masuk ke badan air penerima menurut PP No.82 Tahun 2001.
Universitas Sumatera Utara
42
3.9 Aspek Pengukuran 3.9.1 Pengukuran Limbah Industri Tahu