56
disebabkan oleh sifat alamiah tanah yang memiliki kapasitas untuk menetralkan pH.
Menurut Zulkifli et al 2001 nilai keasaman dalam limbah cair sangat dipengaruhi oleh kegiatan mikroba dalam memecah bahan organik.Hasil
pengukuran terhadap suhu menunjukkan bahwa suhu limbah cair yang dibuang ke saluran pembuangan limbah adalah 45ºC, dimana deviasi suhu dari keadaan
alamiahnya ±3ºC yaitu 28-30ºC.Air buangan limbah sebaiknya tidak dibuang langsung ke saluran pembuangan limbah dengan suhu yang tinggi, sebaiknya
ditunggu dingin agar tidak mencemari air sungai. Menurut Wardhana 2004, bahwa air yang suhunya naik akan menganggu kehidupan hewan air dan
organisme air lainnya karena kadar oksigen yang terlarut dalam air akan turun bersamaan dengan kenaikan suhu. Oksigen yang terlarut dalam air berasal dari
udara yang secara lambat terdifusi ke dalam air. Makin tinggi kenaikan suhu air makin sedikt oksigen yang terlarut di dalamnya.
5.3 Hasil Pemeriksaan Parameter BOD, COD, TSS, pH dan Suhu pada Air Sungai Melati Seberang
Pemeriksaan selanjutnya dilakukan titik kedua yaitu pada jarak 50 m sebelum jatuhnya limbah cair ke badan air dan titik ketiga diambil pada jarak50 m
setelahjatuhnya limbah cair ke badan air. Jarak antara titik kedua dan ketiga adalah 100m. Dari tabel 4.3 diketahui bahwa sampel limbah cair industri tahu dari
beberapa parameter yang telah diuji belum memenuhi syarat kesehatan standar kelas II berdasarkan PP RI No. 82 Tahun 2001.Hasil pengukuran terhadap
parameter BOD dititik kedua menunjukkan bahwa sampel yang diteliti memiliki nilai BOD jauh diatas toleransi yang diperbolehkan menurut PP RI No. 82 Tahun
Universitas Sumatera Utara
57
2001 yaitu 3 mgl dan hasil yang diperoleh mencapai 13,14 mgl dan di titik ketiga juga menunjukkan hasil yg sangat jauh dari toleransi yang diperbolehkan
menurut PP RI No. 82 Tahun 2001 yaitu 25,89 mgl. Hasil BOD
5
menunjukkan bahwa air sungai Melati Seberang telah terjadi pencemaran dikarenakan adanya
hasil buangan limbah masyarakat dan juga limbah industri tahu di sekitar lokasi pengambilan sampel.Nilai BOD yang tinggi pada badan air bisa diakibatkan
banyaknya bahan organik dari hasil pengolahan tahu yang dibuang langsung kebadan air yang mengakibatkan tingginya BOD dalam air sehingga kebutuhan
oksigen yang tinggi diperlukan miroorganisme dalam air untuk memecah bahan buangan organik yang ada di dalam air menjadi karbondioksida dan air.
Menurut Warlina 2004, semakin besar kadar BOD nya, maka merupakan indikasi bahwa perairan tersebut telah tercemar, sebagai contoh kadar maksimum
BOD
5
yang diperkenankan untuk kepentingan air minum dan menopangkehidupan organisme akuatik adalah 3,0-6,0 mgl berdasarkan UNESCOWHOUNEP,
1992.Menurut Slamet 2007, bahwa zat organik merupakan indikator umum bagi pencemaran. Apabila zat organik dioksidasi BOD besar, maka ia menunjukkan
adanya pencemaran.Hasil pengukuran terhadap parameter COD di titik kedua menunjukkan bahwa sampel yang diteliti memiliki nilai COD diatas toleransi
yang diperbolehkan menurut PP RI No. 82 Tahun 2001 yaitu 25 mgl. Sedangkan hasil yang diperoleh mencapai 36,50 mgl, dan di titik ketiga hasil yang diperoleh
dari pengukuran sampel yaitu sebesar 71,91 mgl yang merupakan nilai yg sangat jauh diatas kadar yang diperbolehkan berdasarkan PP RI No. 82 Tahun 2001.
Universitas Sumatera Utara
58
Nilai COD yang tinggi di badan air atau sungai bisa disebabkan oleh bahan kimia pada proses pengolahan tahu ataupun dari pembuangan limbah
rumah tangga yang mengandung bahan kimia seperti sabun, detergen, sampo, ataupun bahan pembersih lainnya yang berasal dari limbah rumah tangga disekitar
industri tahu yang dibuang langsung ke sungai. Air sungai yang telah tercemar bahan kimia bahkan digunakan oleh salah satu industri tahu untuk bahan proses
pembuatan tahu, padahal dapat kita simpulkan hal tersebut bisa berdampak negatif terhadap orang yang mengkonsumsi tahu tersebut karena sudah tercemar air
sungai. Hasil pengukuran terhadap parameter Total Suspended Solid TSS di titik kedua menunjukkan bahwa sampel yang diteliti masih dibawah Baku Mutu yang
ditentukan PP RI No. 82 Tahun 2001 yaitu 50 mgl. Hasil yang diteliti yaitu Air Sungai Melati Seberang nilai TSS nya adalah 21 mgl, dan pada titik ketiga
hasilnya menunjukkan angka 30 mgl. Hasil ini menunjukkan bahwa TSS air Sungai Melati Seberang masih memenuhi syarat kesehatan berdasarkan PP RI
No. 82 Tahun 2001.Nilai TSS umumnya semakin rendah ke arah laut. Hal ini disebabkan padatan tersuspensi tersebut disupply oleh daratan melalui aliran
sungai. Keberadaan padatan tarsuspensi masih bias berdampak positif apabila
tidak melebihi toleransi sebaran suspensi baku mutu kualitas perairan yang ditetapkan oleh Kementrian Lingkungan Hidup, yaitu 70 mgl Helfinalis, 2005.
Ini menunjukkan bahwa air Sungai Melati Seberang telah terjadi pencemaran yang disebabkan hasil buangan limbah masyarakat dan industry tahu yang ada
disekitar lokasi penelitian. Hasil pengukuran terhadap parameter pH di titik kedua
Universitas Sumatera Utara
59
dan ketiga menunjukkan bahwa sampel masih memenuhi syarat yang ditentukan menurut PP RI No. 82 Tahun 2001 yaitu 6,0-9,0. Hasil ini menunjukkan bahwa
pH air Sungai Melati Seberang masih memenuhi syarat kesehatan. Menurut Sutrisno 2006, pengaruh yang menyangkut aspek kesehatan dari pada
penyimpangan standar kualitas air minum dalam hal pH ini yakni bahwa pH yang lebih kecil dari 6,5 dan lebih besar dari 9,2 akan dapat menyebabkan korosi pada
pipa-pipa air, dan dapat menyebabkan beberapa senyawa kimia berubah menjadi racun yang mengganggu kesehatan.
Menurut Slamet 2007, bahwa air minum sebaiknya netral, tidak asambasa, untuk mencegah terjadinya pelarutan logam berat, dan korosi jaringan
distribusi air minum. Apabila air dibawah 7 berarti air bersifat asam, sedangkan bila diatas 7 bersifat basa rasanya pahit Kusnaedi, 2004. Hasil pengukuran
terhadap parameter suhu dititik kedua menunjukkan bahwa suhu air Sungai Melati Seberang yaitu 32°C dan di titik ketiga menunjukkan angka 35°C, dimana deviasi
suhu dari keadaan alamiahnya ±3°C yaitu 28-30°C. Limbah cair yang dibuang dengan suhu tinggi langsung ke badan air bukan saja dapat menaikkan temperatur
suhu air tetapi dapat menurunkan tingkat oksigen dalam air yang dapat mengakibatkan kematian pada tumbuhan ataupun hewan air dan juga kerusakan
ekosistem. Untuk itu, pencemaran dengan suhu tinggi atau panas sebaiknya dihindari. Menurut Wardhana 2004, bahwa air yang suhunya naik akan
mengganggu kehidupan hewan air dan organisme air lainnya karena kadar oksigen yang terlarut dalam air akan turun bersamaan dengan kenaikan suhu.
Oksigen yang terlarut dalam air berasal dari udara yang secara lambat terdifusi
Universitas Sumatera Utara
60
kedalam air. Makin tinggi kenaikan suhu air maka sedikit oksigen yang terlarut di dalamnya.
5.4 Keluhan Kesehatan