Skala engagement Metode Pengumpulan Data

a. Stimulus berupa pertanyaan atau pernyataan yang tidak langsung mengungkap atribut yang akan diukur melainkan dengan mengungkap indikator perilaku dari atribut tersebut. b. Indikator perilaku diterjemahkan dalam bentuk aitem-aitem sehingga skala psikologi selalu berisi banyak aitem dan kesimpulan hanya akan didapat jika semua aitem direspon. c. Respon subjek tidak diklasifikasikan sebagai jawaban benar atau salah. Skala yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua skala yaitu skala engagement dan skala persepsi terhadap program K3.

1. Skala engagement

Skala engagement bertujuan untuk mengukur tingkat engagement karyawan. Skala ini disusun berdasarkan aspek-aspek engagement yang dikemukakan oleh Schaufeli et al 2002 yaitu: a. Kekuatan Dikarakteristikkan dengan tingkat energi dan resiliensi mental yang tinggi ketika sedang bekerja, kemauan berusaha sunguh-sunguh dalam pekerjaan dan gigih dalam menghadapi kesulitan. Individu yang memiliki skor tinggi pada kekuatan biasanya memiliki energi dan stamina tinggi, semangat yang bergelora ketika bekerja sedangkan yang memiliki skor rendah pada kekuatan memiliki tingkat energi, semangat dan stamina yang rendah saat bekerja. b. Dedikasi Universitas Sumatera Utara Mengacu pada perasaan yang penuh makna, antusias, inspirasi, kebanggan dan tantangan. Individu yang memiliki skor tinggi pada dedikasi secara kuat mengidentifikasikan diri dengan pekerjaan karena adanya pengalaman bermakna, menginspirasi dan menantang. Selain itu mereka selalu antusiass dan bangga dengan pekerjaan mereka. Sedangkan individu dengna skor rendah tidak mengidentifikasikan diri dengan pekerjaan mereka karena mereka tidak memiliki pengalaman yang bermakna, menginspirasi dan menantang. Selain itu, mereka tidak antusias dan bangga dengan pekerjaan mereka. c. Absorpsi Dikarakteristikkan dengan konsentrasi penuh, minat yang mendalam terhadap pekerjaan dimana waktu terasa berlalu begitu cepat dan sulit melepaskan diri dari pekerjaan. Individu yang memiliki skor tinggi pada absorpsi biasanya merasa tertarik dengan pekerjaannya, tenggelam dalam pekerjaannya dan sulit untuk melepaskan diri dari pekerjaannya. Akibatnya, lupa akan sekelilingnya dan waktu berlalu begitu cepat. Sedangkan individu dengan skor rendah pada absorpsi tidak tertarik dan tidak tenggelam dalam pekerjaannya, mereka tidak punya kesulitan untuk melepaskan diri dari pekerjaan ataupun lupa akan sekeliling dan waktu. Model Skala Engagement dibuat berdasarkan model skala Likert dimana setiap aitem terdiri dari pernyataan dengan tujuh pilihan jawaban, yaitu Tidak Pernah TP, Hampir Tidak pernah HTP, Jarang J, Kadang-kadang K, Sering S, Sangat Sering SS, dan Selalu SL. Model skala Likert dengan 7 pilihan Universitas Sumatera Utara jawaban dipilih karena disesuaikan dengan skala engagement yang diadopsi oleh peneliti yakni Uterecht Work Engagement Scale UWES yang dibuat oleh Schaufeli Bakker 2003. Skala yang disajikan dalam bentuk pernyataan yang mendukung favorable dan tidak mendukung unfavorable. Nilai setiap pilihan bergerak dari 1-7. Bobot penilaian untuk pernyataan favorable yaitu: SL=7, SS=6, S=5, K=4, J=3, HTP=2, dan TP=1 sedangkan bobot penilaian untuk pernyataan unfavorable yaitu: TP=7, HTP=6, J=5, K=4, S=4, SS=2, SL=1. Skor total engagement karyawan akan dibagi dalam 3 kategori yaitu rendah, sedang dan tinggi. Rancangan jumlah aitem skala engagement yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara Tabel 1 Blue Print Skala Engagement No Aspek Indikator Perilaku Aitem JLH Bobot F UF 1. Kekuatan - Memiliki tingkat energi yang tinggi untuk bekerja menghadapi kesulitan - Memiliki tingkat resiliensi yang tinggi dan gigih - Kemauan untuk menginvestasikan usaha 1,4,7,10, 16,19,22, 25,33, 13,27,29, 35 13 37,14 2. Dedikasi - Perasaan bermakna dari pekerjaan yang dilakukan - Bangga dan antusias terhadap pekerjaan - Merasa tertantang dengan pekerjaan 2,5,11,14, 17,20,23, 26,28,30, 32 8,34 13 37,14 3 Absorpsi - Konsentrasi penuh pada pekerjaan - Tenggelam dalam pekerjaan yang dilakukan 3,6,12,15, 18,21,24, 31 9 9 25,72 TOTAL 35 100

2. Skala Persepsi terhadap Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja K3

Dokumen yang terkait

Pengaruh Tingkat Pemahaman Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Manajer Konstruksi Terhadap Keberhasilan Pelaksanaan suatu Proyek Dilihat dari Sisi Peningkatan Kinerja Waktu dan Biaya Pelaksanaan Proyek di PT. Waskita Karya (Persero) Medan

7 42 200

Analisis Penerapan Program Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) Dengan Pendekatan SMK3 dan Risk Assessment Di PT. Kreasi Kotak Megah.

11 166 139

Hubungan Persepsi terhadap Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) dengan Produktivitas.

14 71 130

Pelaksanaan Keselamatan, Kesehatan Kerja (K3) Dan Sistem Manajemen K3 (Smk3) Dalam Memberikan Perlindungan Dan Meningkatkan Produktivitas Pekerja (Studi Pada Pt.Telkom Divre I Sumatra Dan Pt.Coca-Cola Bottling Indonesia)

18 134 183

Analisis Tingkat Penerapan Program Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dan Pengendalian Hazards dengan Pendekatan Risk Assessment pada PKS Torgamba PT. Perkebunan Nusantara III

5 84 153

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KARYAWAN TERHADAP PELAKSANAAN PROGRAM KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA DENGAN STRES KERJA.

0 0 47

Hubungan antara persepsi terhadap dukungan organisasi dan employee engagement.

0 0 134

Hubungan antara Persepsi terhadap Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) dengan Employee Engagement

1 1 7

BAB II LANDASAN TEORI A. Employee Engagement 1. Definisi Employee Engagement - Hubungan antara Persepsi terhadap Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) dengan Employee Engagement

0 1 20

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PROGRAM KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) DENGAN EMPLOYEE ENGAGEMENT

0 0 12