kualitas hubungan antara pemimpin dengan karyawan yang akan mampu meningkatkan kerja keduanya Robbins, 2006.
Graenn dan Cashman 1975 berpendapat bahwa LMX adalah hubungan dua arah yang dinamis antara pemimpin dan karyawan dimana pemimpin akan
memperlakukan karyawan secara berbeda sesuai dengan waktu dan kemauan yang dimiliki atasan tersebut. Jika seorang bawahan masuk ke dalam kategori in-group
maka interaksi yang terjadi akan berkualitas tinggi, namun jika seorang bawahan masuk ke dalam kategori out-group maka interaksi yang terjadi akan berkualitas
rendah Landy, 1989. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa persepsi terhadap
kualitas interaksi atasan-bawahan merupakan penilaian karyawan terhadap hubungannya dengan atasan dalam suatu dyad kelompok yang terdiri dari dua
orang yang saling mempengaruhi satu sama lain.
3. Tahap dalam Interaksi Atasan-Bawahan
Sparrowe dan Liden 1997 menjelaskan bahwa terdapat beberapa tahap dalam proses hubungan antara atasan dan bawahan, yaitu :
a. Menilai Bawahan Testing and Assessment Pada tahap ini masih belum ada hubungan diantara atasan dan
bawahannya. Atasan masih menimbang mana yang dapat masuk ke dalam kategori in-group maupun out-group berdasarkan pada kriteria subjektif
maupun objektif.
Universitas Sumatera Utara
b. Pengembangan Kepercayaan Development of Trust Tahapan ini atasan memberikan kesempatan dan tantangan yang baru
untuk menumbuhkan rasa percaya diantara mereka. Sebagai timbal baliknya, maka para bawahan yang termasuk ke dalam kategori in-group akan
memperlihatkan loyalitas kepada atasannya. c. Tercipta Ikatan Emosional Creation of Emotional Bond
Seorang bawahan yang memiliki hubungan yang baik dengan pemimpinnya dapat masuk ke dalam tahapan ini, dimana hubungan dan juga
ikatan diantara keduanya menjadi kuat secara emosional. Pada tahap ini, seorang bawahan memiliki komitmen yang tinggi terhadap atasan.
4. Dimensi Persepsi terhadap Kualitas Interaksi Atasan-Bawahan
Liden dan Maslyn 1998 mengatakan bahwa dimensi persepsi terhadap kualitas interaksi atasan-bawahan dapat dilihat dari dimensi Leader Member
Exchange LMX, yaitu: a. Contribution
Kontribusi merupakan persepsi karyawan terhadap arahan dan kualitas tugas yang mempengaruhi pencapaian tujuan. Karyawan dengan
kontribusi yang baik bersedia bekerja keras demi atasan karena sang atasan menyediakan sumber daya dan kesempatan pada karyawannya.
b. Loyalty Loyalty merupakan ungkapan dukungan terhadap tujuan dan karakteristik
personal dari bawahan terhadap atasan. Dimensi ini berhubungan dengan kesetiaan penuh terhadap seseorang yang konsisten dari waktu ke waktu.
Universitas Sumatera Utara
c. Affect Affect merupakan hubungan dekat antara atasan dan bawahan yang
berdasarkan pada daya tarik individual dan bukan hanya pada pekerjaan atau profesionalitas saja. Bentuk kedekatan ini dapat ditunjukkan melalui
keinginan untuk melakukan hubungan yang menguntungkan dan bermanfaat, seperti antar sahabat.
d. Proffessional respect Dimensi ini merujuk pada persepsi tentang reputasi antara atasan dan
bawahan yang terjalin baik di dalam maupun di luar organisasi yang dapat meningkatkan kinerja mereka. Persepsi ini bisa saja berdasarkan pada
riwayat hidup seseorang, seperti pengalaman pribadi seseorang, pendapat- pendapat orang lain di dalam dan di luar organisasi, serta keberhasilan atau
penghargaan profesional lainnya yang telah diraih seseorang. Dimensi persepsi terhadap kualitas interkasi atasan-bawahan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah affect, loyaliity, contribution, dan professional respect. Aspek-aspek tersebut termasuk dalam LMX-MDM Leader
Meber Exchange-Multidimensional Measures dari Liden dan Maslyn 1998 yang akan digunakan dalam penelitian ini.
5. Dampak Persepsi Kualitas Interaksi Atasan-Bawahan