29
BAB III KERANGKA PEMIKIRAN
3.1 Kerangka Teoritis
3.1.1 Pasar Kredit
Kebutuhan akan kredit menjadi sesuatu kebutuhan bagi semua sektor di Indonesia. Rendahnya produktivitas setiap sektor Indonesia, tidak terlepas dari
kurangnya pengadaan kredit yang dilakukan pihak perbankan terhadap sektor tersebut. Sektor tersebut di antaranya sektor pertanian, perdagangan, dan industri.
Walaupun menjadi salah satu pilar strategi pembangunan, ketiga sektor tersebut tetap membutuhkan pembiayaan dari pihak perbankan.
Ketersediaan modal secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu :
1. Modal sendiri, yaitu modal yang dimiliki secara pribadi dan digunakan
untuk mengembangkan usahanya. 2.
Modal dari luar kredit, yaitu modal yang berasal dari pihak lain dan digunakan untuk mengembangkan suatu usaha.untuk memperoleh modal
ini, seluruh prosedur yang ada harus dapat dipenuhi oleh calon debitur. Modal yang dihasilkan dari dana sendiri biasanya tidak cukup untuk
memenuhi kebutuhan usaha. Oleh karena itu, dibutuhkan modal tambahan yang berasal dari pihak lain. Sumber modal yang berasal dari luar berasal dari sumber
formal dan sumber non formal. Sumber formal berasal dari pihak formal bank dan non bank pegadaian. Sumber non formal berasal dari lembaga keuangan non
formal seperti rentenir, pengijon, dan sebagainya.
i S
S
1
E
D D
1
Pada Gambar 2 dijelaskan mengenai permintaan dan penawaran modal dari luar kredit. Pada keseimbangan awal berada pada titik E
, dimana jumlah kredit yang ditawarkan sebesar Q
dan tingkat bunga i . Jika permintaan
meningkat dari D menjadi D
1
dan penawarannya tetap sebesar S , maka jumlah
kredit yang akan ditawarkan meningkat sebesar Q
2
dan tingkat bunga menjadi i
2
, tingkat keseimbangan menjadi E
1
. Dengan kenaikan suku bunga yang tinggi, maka akan memberatkan para
nasabah. Oleh karena itu, pemerintah mengeluarkan berbagai kebijakan dengan cara memberikan kemudahan untuk mendirikan lembaga keuangan seperti Bimas,
yang bertujuan untuk mengurangi kelangkaan modal. Hal tersebut diharapkan agar penawaran kredit bergeser dari S
menjadi S
1
, dengan demikian titik kesembangan menjadi E
2
dan jumlah kredit menjadi Q
2
serta tingkat bunga akan menurun i
2
Tingkat bunga
i
1
E
1
i
2
E
2
Q Q
1
Q
2
Jumlah Kredit Gambar 2. Permintaan dan penawaran kredit Nicholson, 2002
3.1.2 Analisis Penyaluran Kredit Terhadap Kinerja Debitur