3. Anak yang kelahirannya tidak direncanakan atau tidak diingankan oleh kedua orang tuanya atau keluarga besarnya, sehingga cenderung rawan
diperlakukan salah. 4. Meski kemiskinan bukan satu
–satunya penyebab anak ditelantarkan dan tidak pula keluarga miskin akan menelantarkan anaknya. Tetapi,
bagaimanapun harus diakui bahwa tekanan kemiskian dan kerentanan ekonomi keluarga akan menyebabkan kemampuan mereka memberikan
fasilitas dan memenuhi hak anaknya menjadi terbatas.
5. Anak yang berasal dari keluarga yang broken home, korban perceraian
orang tuanya, anak yang hidup ditengah kondisi keluarga yang bermasalah
–pemabuk, kasar, korban PHK, terlibat Narkotika dan
sebagainya. 2.3.3.2 Anak Putus Sekolah
Dalam Konvensi Hak Anak yang telah di ratisifikasi oleh Pemerintah Indonesia sebenarnya telah disebutkan dan diakui bahwa anak
–anak pada hakekatnya berhak untuk memperoleh pendidikan yang layak dan mereka
seyogyanya tidak terlibat dalam aktivitas ekonomi secara dini. Namun demikan, akibat tekanan kemiskinan, kurangnya animo orang tua terhadap arti penting
pendidikan, dan sejumlah faktor lain , maka secara sukarela maupun terpaksa anak menjadi salah satu sumber pendapatan keluarga yang penting.
Universitas Sumatera Utara
Menurut hasil kajian Sukamdinata dalam Suyanto, 2010:342 faktor utama penyebab anak putus sekolah adalah kesulitan ekonomi atau karena orang
tua tidak mampu menyediakan biaya bagi sekolah anak –anaknya. Disamping itu,
tidak jarang terjadi orang tua meminta anaknya berhenti sekolah karena mereka membutuhkan tenaga anaknya untuk membantu pekerjaan orang tua.
Secara garis besar, karakteristik anak yang putus sekolah adalah: 1. Berawal dari tidak tertib mengikuti pelajaran disekolah, terkesan
memahami belajar hanya sekedar kewajiban masuk kelas, dan mendengarkan guru berbicara tanpa dibarengi dengan kesungguhan untuk
mencerna pelajaran secara baik. 2. Akibat prestasi yang rendah, pengaruh keluarga, atau karena pengaruh
teman sebaya, kebanyakan anak yang putus sekolah selalu ketinggalan pelajaran dibanding teman
–teman sekelasnya.
3. Kegiatan belajar dirumah tidak tertib, dan tidak disiplin, terutama karena tidak didukung oleh upaya pengawasan dari pihak orang tua.
4. Perhatian terhadap pelajaran kurang dan mulai didominasi oleh kegiatan lain yang tidak ada hubungannya dengan pelajaran.
5. Kegiatan bermain dengan teman-teman sebayanya meningkat pesat. 6. Mereka yang putus sekolah kebanyakan berasal dari keluarga ekonomi
lemah, dan berasal dari keluarga yang tidak teratur .
Universitas Sumatera Utara
Sebagian Anak terlantar dan Anak putus sekolah yang kurang mampu, terutama anak yatim atau yatim piatu, umumnya tinggal di panti dan hidup
dibawah asuhan pengelola panti. Di dalam panti mereka diberikan perawatan dan penjagaan oleh pekerja sosial baik panti milik pemerintah Indonesia UPT Dinas
Kesejahteraan dan Sosial serta lembaga swasta lainnya.
2.3.4 Warga Binaan Anak