Tahap-tahap Menyimak Hakikat Menyimak
dapat diartikan sebuah narasi berbagai kejadian yang sengaja disusun berdasarkan urutan waktu.
Kaitannya dengan sebuah teks cerita, alur berhubungan dengan berbagai hal seperti peristiwa, konflik yang terjadi dan akhirnya mencapai klimaks, serta
bagaimana masalah itu diselesaikan. Alur berkaitan dengan masalah bagaimana peristiwa, tokoh, dan segala sesuatu itu dikisahkan sehingga menjadi sebuah
rangkaian cerita yang padu dan menarik. Berdasarkan pendapat beberapa ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa
sebuah alur cerita terkandung unsur apa yang dikisahkan dan bagaimana urutan pengisahan itu saling berhubungan dan bersama-sama menentukan derajat
kemenarikan bagi pembaca. c. Penokohan
Istilah penokohan dapat menunjuk pada tokoh dan perwatakan tokoh. Penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang
ditampilkan dalam sebuah cerita Jones via Nurgiyantoro, 2000:165 kata penokohan berasal dari kata dasar ‘tokoh’, yang berarti individu rekaan yang
mengalami peristiwa atau perlakuan di dalam berbagai peristiwa dalam cerita. Penokohan berarti penciptaan citra tokoh dalam karya sastra.
d. Setting atau latar Sebuah cerita memerlukan kejelasan kegiatan mengenai dimana terjadi
dan kapan waktu kejadiannya untuk memudahkan pengimajian dan pemahaman pembaca.
Abrams via Nurgiyantoro, 2000:216, latar atau setting disebut juga sebagai landas tumpu, menyaran pada pentingnya tempat, hubungan waktu, dan
lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa diceritakan. Berdasarkan pernyataan tersebut, latar menunjuk pada tempat lokasi
dimana cerita itu terjadi, waktu kapan cerita itu terjadi, dan lingkungan sosial budaya keadaan kehidupan bermasyarakat tempat tokoh dan peristiwa terjadi.
e. Amanat Secara umum moral menyaran pada pengertian atau ajaran tentang baik
buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, budi pekerti dan susila KBBI, 1999: 665. Moral dalam karya sastra biasanya mencerminkan
pandangan hidup pengarang yang bersangkutan, pandangan tentang nilai-nilai kebenaran, dan hal itulah yang ingin disampaikan kepada pembaca Nurgiyantoro,
2000:321.