ekstensif terdiri atas menyimak pasif, menyimak estetik, menyimak sekunder, dan menyimak sosial.
Menurut Sutari, dkk 1997: 35 ragam menyimak terjadi disebabkan oleh adanya berbagai titik pandang yang kemudian dijadikan landasan
pengklasifikasian menyimak. Titik pandang yang dimaksud adalah berdasarkan sumber suara, berdasarkan taraf aktivitas menyimak, berdasarkan hasil simakan,
berdasarkan cara penyimakan, berdasarkan tujuan menyimak, berdasarkan tujuan khusus.
Berdasarkan kedua pendapat tersebut, maka dapat diambil kesimpulan tentang ragam menyimak. Ragam menyimak dapat berbentuk menyimak intensif,
ekstensif, serta sesuai dengan tujuan dari apa yang disimak.
5. Tahap-tahap Menyimak
Pembelajaran menyimak di dalam kelas sangat berguna bagi siswa. Menurut Brown 2001: 247, di dalam kelas siswa lebih banyak menyimak
daripada berbicara in classrooms, students always do more listening than speaking. Siswa tidak hanya mendengar ketika pembelajaran berlangsung, akan
tetapi mereka harus menyimak apa yang dibelajarkan guru. Menurut Ruth G. Strickland melalui Tarigan, 2008: 29 tahap menyimak dapat diklasifikasikan
sebagai berikut. a. Menyimak berkala
b. Menyimak dengan perhatian dangkal c. Setengah menyimak
d. Menyimak serapan
e. Menyimak sekali-sekali f. Menyimak asosiatif
g. Menyimak dengan reaksi berkala h. Menyimak secara berkala
i. Menyimak secara seksama j. Menyimak secara aktif
Dengan demikian, tahap-tahap menyimak perlu diperhatikan. Hal itu karena menyimak merupakan proses mendengarkan dengan sungguh-sungguh dan
memahami apa yang di dengar.
D. Legenda
1. Pengertian Legenda
Legenda bahasa Latin: legere adalah cerita prosa rakyat yang dianggap oleh yang mempunyai cerita sebagai sesuatu yang benar-benar terjadi. Menurut
Bascom dalam James Danandjaja, 2007:50 legenda yaitu cerita prosa rakyat yang dianggap pernah terjadi akan tetapi tidak dianggap suci, tempat kejadian
legenda di dunia, tokohnya manusia, yang terkadang memiliki sifat yang tidak semestinya dan sering dibantu oleh makhluk ghaib.
. Berdasarkan penjelasan mengenai legenda dapat ditarik kesimpulan bahwa legenda adalah cerita prosa rakyat yang dianggap pernah terjadi dalam
kenyataan yang mengisahkan tentang terjadinya suatu tempat.
2. Jenis Legenda
Menurut Brunvand via James Danandjaja, 2007: 67-68 jenis legenda yaitu: a legenda keagamaan religious legends contohnya legenda “Wali Sanga”,
Legenda Ki Pandan Arang, b legenda alam gaib supernatural legends yaitu legenda tentang kisah seseorang yang berhubungan dengan alam gaib, fungsinya
untuk meneguhkan kebenaran takhayul atau kepercayaan rakyat contohnya legenda tentang sundhel bolong, legenda tentang genderuwo, c legenda
perseorangan yaitu legenda tentang tokoh perseorangan, contohnya legenda Si Pitung Jakarta, legenda tokoh Panji Jawa Timur, d legenda setempat yaitu
legenda yang berhubungan suatu tempat atau nama tempat atau daerah tertentu, contohnya legenda Banyuwangi.
Jenis legenda dalam penelitian ini termasuk legenda setempat. Menurut Harold dalam James Danandjaja, 2007: 75-83 legenda setempat adalah cerita
yang berhubungan dengan salah satu daerah, nama daerah, bentuk topografi bentuk alam suatu daerah. Contoh legenda setempat yang terdapat dalam media
pembelajaran interaktif menyimak legenda bahasa Jawa adalah Legenda Rawa Pening.
3. Unsur Intrinsik Legenda
a. Tema Tema dalam sebuah cerita dapat dipahami sebagai sebuah makna, makna
yang mengikat keseluruhan unsur cerita sehingga cerita itu hadir sebagai sebuah kesatuan yang padu. Istilah tema menurut Scarbach via Aminuddin, 2002:91,