Analisis manajemen mutu terpadu pada perusahaan distributor sayuran Cv Bimandiri Lembang Jawa Barat

(1)

ANALISIS MANAJEMEN MUTU TERPADU PADA

PERUSAHAAN DISTRIBUTOR SAYURAN CV BIMANDIRI

LEMBANG JAWA BARAT

Oleh :

Dian Eka Sri Sugiharti

A 14102519

PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN

AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(2)

RINGKASAN

DIAN EKA SRI SUGIHARTI. Analisis Manajemen Mutu Terpadu Pada Perusahaan Distributor Sayuran CV Bimandiri Lembang Jawa Barat. (Di bawah

bimbingan NUNUNG KUSNADI).

Tujuan pembangunan hortikultura khususnya tanaman sayuran antara lain meningkatkan produksi, meningkatkan volume dan nilai ekspor, mengurangi ketergantungan impor, penyerapan tenaga kerja di pedesaan, peningkatan gizi masyarakat serta peningkatan kesejahteraan petani.

Sebagai salah satu produk hortikultura, sayuran merupakan salah satu komoditas yang banyak mengandung vitamin dan mineral yang sangat penting bagi kesehatan tubuh. Rata-rata konsumsi masyarakat terhadap sayuran mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, hal ini seiring dengan pendidikan dan pengetahuan masyarakat akan pentingnya gizi. Kesadaran tersebut secara tidak langsung memacu persaingan antar distributor sayuran, diantaranya CV Bimandiri, sehingga menuntut setiap perusahaan untuk mencapai tujuannya dengan cara lebih unggul dari yang dilakukan oleh perusahaan lain.

Perusahaan perlu menerapkan sistem Manajemen Mutu Terpadu (MMT), penerapan MMT tersebut dalam suatu perusahaan dapat memberikan beberapa manfaat utama yang pada gilirannya akan meningkatkan laba serta daya saing perusahaan yang bersangkutan. Oleh karena itu perlu dianalisis bagaimana penerapan Manajemen Mutu Terpadu di perusahaan dan permasalahan-permasalahan apa yang berkaitan dengan penerapan MMT.

Tujuan penelitian ini adalah menganalisis penerapan MMT di perusahaan dan menganalisis permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan penerapan MMT tersebut. Penelitian ini dilakukan di CV Bimandiri Lembang Jawa Barat yang dipilih secara purposive.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh melalui pengamatan langsung di lapangan, hasil kuesioner, serta hasil wawancara dengan pihak perusahaan dan data sekunder yang diperoleh dari data yang dimiliki perusahaan, bahan pustaka serta literatur dari perusahaan, baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Data yang diperoleh diolah dengan


(3)

menggunakan alat analisis Proses Hirarki Analitik (PHA), sedangkan untuk menganalisis penerapan MMT di perusahaan dianalisis secara deskriptif dan diberikan skor terhadap unsur yang diteliti.

Teknik pengendalian mutu yang diterapkan oleh CV Bimandiri terbagi menjadi pengendalian mutu pengadaan sayuran, pengendalian mutu di bagian proses penanganan, pengendalian mutu di bagian distribusi dan pengendalian mutu di bagian keuangan. Pengendalian mutu di masing-masing bagian selanjutnya dikoordinasikan kepada direktur yang bertanggung jawab terhadap pengendalian mutu keseluruhan perusahaan.

CV Bimandiri dalam melaksanakan MMT, memiliki sejumlah unsur yang merupakan alat pelaksana. Unsur-unsur MMT tersebut diantaranya sumberdaya manusia (SDM), standar, sarana, organisasi, audit internal dan diklat. Secara keseluruhan penerapan sistem MMT di CV Bimandiri jika dilihat dari ketersediaan dan penerapan unsur-unsur MMT masih belum sempurna dan dalam tahap pengembangan. Walaupun secara keseluruhan unsur-unsur MMT tersebut sudah tersedia, namun dalam pelaksanaannya masih belum maksimal.

Dalam penerapan MMT tersebut, audit internal merupakan unsur yang mempunyai skor paling tinggi. Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan pengendalian mutu di CV Bimandiri dilakukan melalui audit internal di setiap bagian. Unsur organisasi sudah dilakukan, dimana sudah dilakukan pembagian wewenang, tugas dan tanggung jawab di perusahaan untuk setiap karyawan. Sarana merupakan unsur dengan urutan ketiga, masih terdapat kurangnya sarana dan penggunaannya yang belum optimal.

Sumberdaya manusia (SDM) merupakan urutan yang keempat, dimana sumberdaya manusia ini sebagian sudah memiliki pengalaman kerja tetapi masih kurangnya ketelitian dalam bekerja. Unsur standar belum dilaksanakan dengan baik, walaupun prosedur kerja atau standar sayuran sudah ditetapkan oleh perusahaan. Unsur MMT yang dirasa paling minim ketersediaannya adalah pengadaan kegiatan pendidikan dan pelatihan. Hal ini terjadi hampir di semua bagian perusahaan. Walaupun ada tetapi kegiatan pendidikan dan pelatihan masih sangat rendah jumlah maupun jenisnya. Keterampilan pekerja sebagian besar didapat dari pengalaman.


(4)

Permasalahan yang dihadapi oleh perusahaan dalam menerapkan MMT merupakan penjabaran dari kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan tersebut. Dimana kegiatan yang menjadi sumber permasalahan berturut-turut adalah proses penanganan, pengadaan sayuran, dan distribusi. Permasalahan yang dihadapi berturut-turut adalah sortasi (0,362), pengemasan (0176), jumlah sayuran (0,153), waktu pengadaan (0,106), pembagian (0,098), waktu distribusi (0,076) dan sarana distribusi (0,029).

Faktor penyebab dari permasalahan yang terjadi merupakan penjabaran dari tiap masalah, yaitu untuk masalah jumlah sayuran adalah sistem, budidaya petani dan faktor alam, untuk masalah waktu pengadaan adalah sistem, alat transportasi dan jarak. Masalah sortasi, pengemasan dan pembagian faktor penyebabnya adalah SDM, sistem, alat dan bahan. Untuk masalah waktu distribusi faktor penyebabnya adalah sistem, alat transportasi dan jarak, sedangkan untuk masalah sarana adalah alat transportasi dan sistem.


(5)

ANALISIS MANAJEMEN MUTU TERPADU PADA PERUSAHAAN

DISTRIBUTOR SAYURAN CV BIMANDIRI LEMBANG

JAWA BARAT

Oleh

DIAN EKA SRI SUGIHARTI

A14102519

Skripsi

Sebagai Bagian Persyaratan untuk Memperoleh Gelar

SARJANA PERTANIAN

Pada

Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor

PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2005


(6)

PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Dengan ini menyatakan skripsi yang disusun oleh: Nama : Dian Eka Sri Sugiharti

NRP : A 14102519

Program Studi : Ekstensi Manajemen Agribisnis

Judul : Analisis Manajemen Mutu Terpadu Pada Perusahaan Distributor Sayuran CV Bimandiri Lembang Jawa Barat. Dapat diterima sebagai salah satu syarat kelulusan pada Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Menyetujui Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP : 131 415 082

Mengetahui Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Supiandi Sabiham, M.Agr NIP : 130 422 698


(7)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR MERUPAKAN HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI SKRIPSI PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, Desember 2005

Dian Eka Sri Sugiharti A 14102519


(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Sumedang pada tanggal 26 Juni 1981 dari keluarga Bapak Drs. H. Nana Sukmana. A dan Ibu Hj. U. Yati Rohayati. Penulis adalah anak pertama dari dua bersaudara.

Pendidikan yang ditempuh penulis adalah lulus dari SDN Ambit Situraja, Sumedang pada tahun 1993. Pendidikan Menegah penulis ditempuh di SMPN I Situraja, Sumedang dan lulus pada tahun 1996. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di SMUN I Situraja, Sumedang dan lulus pada tahun 1999. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan ke jenjang Perguruan Tinggi pada program Diploma III Manajemen Agribisnis Universitas Padjadjaran Bandung dan lulus pada tahun 2002.

Pada tahun 2002 penulis melanjutkan studi ke jenjang S1 pada program Sarjana Ekstensi Manajemen agribisnis, Departemen Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.


(9)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis Manajemen Mutu terpadu Pada Perusahaan Distributor sayuran CV Bimandiri Lembang, Jawa Barat sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Program Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Penerapan manajemen mutu terpadu pada perusahaan perlu dilakukan agar dapat bersaing dengan perusahaan lain baik pada tingkat lokal, wilayah dan nasional tetapi juga di tingkat internasional. Sehingga perusahaan-perusahaan yang mampu bertahan adalah perusahaan yang memiliki daya saing tinggi, tidak hanya aspek harga tetapi juga aspek keunggulan mutu. Penulis harapkan skripsi ini dapat memberikan informasi dalam langkah-langkah pengambilan keputusan oleh perusahaan yang bergerak dalam distributor sayuran agar dapat bersaing di pasar.

Terima kasih penulis ucapkan bagi semua pihak atas dukungan yang telah diberikan hingga skripsi ini selesai ditulis. Akhir kata semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Bogor, Desember 2005.


(10)

UCAPAN TERIMA KASIH

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT penulis panjatkan, berkat rahmat dan karunianya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Dalam penulisan skripsi ini penulis mencoba menghasilkan sesuatu yang berguna bagi pihak-pihak yang membutuhkan. Skripsi ini dapat terselesaikan karena adanya bantuan dari berbagai pihak. Maka dari itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Orang tua tercinta yang tak henti-hentinya memberikan dukungan do’a dan materi, serta kasih sayang yang tak mungkin terbalas. Adikku terima kasih atas dukungan yang diberikan selama ini.

2. Bapak Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu, menuntun, mengarahkan dan membimbing penulis dengan sabar dalam menyelesaikan skripsi.

3. Dr. Ir. Eka Intan Kumala Putri, MS selaku dosen evaluator kolokium yang telah memberikan koreksi, masukan dan saran bagi penulis.

4. Dr. Ir. Heny K. S. Daryanto M.Ec selaku dosen penguji utama, atas masukan dan sarannya dalam perbaikan skripsi ini.

5. Ir. Murdianto, MS selaku dosen penguji komisi pendidikan atas masukan dan sarannya dalam perbaikan skripsi ini.

6. Sahabat-sahabatku Rina, Ega, Meydi, Feri, elis, Neni terima kasih atas persahabatan selama ini dan dorongannya dalam menyelesaikan skripsi ini. 7. Teman-teman terbaikku Sarah, Farid, QQ. Terima kasih atas dukungannya


(11)

8. Seluruh karyawan CV Bimandiri yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

9. Teman seperjuangan Endang dan Sari, terima kasih atas semangat dan dorongan yang selama ini kepada penulis.

10.Anak-anak kos Cidangiang C 10 A, Ria, Iena, Yaya, Vita, Abe, Ino dan Kurus Bolon yang telah memberikan semangat kepada penulis.

11.Teman-teman ekstensi Dodi, Maul, Mia, Tatik, Tina, Dona, Dwi, Yanuar, Doli, Kosim, serta teman – teman Ekstensi Angkatan 7 dan 8, terima kasih atas dukungan yang diberikan selama ini.

12.Untuk seseorang yang tak henti-hentinya memberikan semangat dan perhatian kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

13.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa hasil tulisan ini jauh dari kesempurnaan, dan masih banyak kekurangan, penulis berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan.


(12)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... ix

UCAPAN TERIMA KASIH ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian... 6

1.4 Kegunaan Penelitian ... 6

1.5 Ruang Lingkup Penelitian... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA... 8

2.1. Karakteristik Sayuran... 8

2.2. Penelitian Terdahulu Mengenai MMT... 10

III. KERANGKA PEMIKIRAN ... 16

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis... 16

3.1.1. Konsep Mutu... 16

3.1.2. Konsep Manajemen Mutu ... 19

3.2. Kerangka Pemikiran Konseptual ... 24

IV. METODE PENELITIAN... 29

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian... 29

4.2. Jenis dan Sumber Data... 29

4.3. Metode Pengumpulan Data ... 30

4.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 31

4.4.1. Analisis Deskriptif ... 31


(13)

V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... 44

5.1. Sejarah Perusahaan ... 44

5.2. Struktur Organisasi ... 45

5.3. Tenaga Kerja ... 48

5.4. Kegiatan Perusahaan... 49

5.4.1. Pengadaan Sayuran ... 49

5.4.2. Proses Penanganan (processing)... 50

5.4.3. Distribusi ... 52

VI. PENERAPAN MANAJEMEN MUTU TERPADU CV. BIMANDIRI... 54

6.1. Teknik Pengendalian Mutu ... 54

6.1.1. Pengendalian Mutu di Bagian Pengadaan Sayuran... 54

6.1.2. Pengendalian Mutu di Bagian Proses Penanganan ... 55

6.1.3. Pengendalian Mutu di Bagian Distribusi... 56

6.1.4. Pengendalian Mutu di Bagian Keuangan ... 56

6.2. Unsur-Unsur MMT ... 57

6.2.1. SDM ... 58

6.2.2. Standar... 59

6.2.3. Sarana ... 61

6.2.4. Organisasi ... 61

6.2.5. Audit Internal... 62

6.2.6. Pendidikan dan Latihan (Diklat) ... 63

VII. PERMASALAHAN PENINGKATAN MUTU SAYURAN CV. BIMANDIRI ... 67

7.1. Analisis Permasalahan ... 67

7.1.1. Pengadaan Sayuran ... 67

7.1.2. Proses Penanganan (Processing) ... 69

7.1.3. Distribusi ... 72

7.2. Struktur Hirarki, Susunan Bobot dan Prioritas Permasalahan Penerapan Manajemen Mutu Terpadu di CV Bimandiri ... 73


(14)

7.2.2. Analisis Hasil Pengolahan Horizontal ... 78

7.2.3. Analisis Hasil Pengolahan Vertikal ... 86

VIII. KESIMPULAN DAN SARAN... 90

8.1. Kesimpulan... 90

8.2. Saran ... 90

DAFTAR PUSTAKA ... 92


(15)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman Teks

1. Konsumsi Sayuran Indonesia Tahun 1993-2002 ... 2

2. Perkembangan Ekspor dan Impor Sayuran Indonesia Tahun 1999-2002 ... 3

3. Contoh Perhitungan Skor ... 32

4. Skala Banding Berpasangan untuk Pengisian Matriks Pembanding Berpasangan... 38

5. Ilustrasi Matriks Pendapat Individu (MPI)... 39

6. Ilustrasi Matriks Pendapat Gabungan (MPG) ... 40

7. Daerah Asal Sayur-Sayuran Pada CV Bimandiri ... 50

8. Sortasi Untuk Tiap Jenis Sayuran ... 51

9. Standar Sayuran di CV Bimandiri ... 60

10. Penerapan Unsur-Unsur MMT di CV Bimandiri ... 64

11. Susunan Bobot dan Prioritas Hasil Pengolahan Horizontal antar Elemen Pada Kegiatan sehubungan dengan permasalahan penerapan Manajemen Mutu Terpadu... 78

12. Susunan Bobot dan Prioritas Hasil Pengolahan Horizontal antar Elemen Permasalahan Penerapan Manajemen mutu Terpadu Berdasarkan Kegiatan ... 79

13. Susunan Bobot dan Prioritas Hasil Pengolahan Horizontal antar Elemen Faktor Penyebab Berdasarkan Permasalahan Penerapan Manajemen Mutu Terpadu ... 83

14. Susunan Bobot dan Prioritas Hasil Pengolahan Horizontal Antar Elemen-Elemen Jenis Penyebab Permasalahan Penerapan Manajemen Mutu Terpadu ... 84


(16)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman Teks

1. Penerapan Manajemen Mutu Terpadu di CV Bimandiri ... 28 2. Abstraksi Struktur Hirarki Permasalahan Penerapan

Manajemen Mutu Terpadu ... 35 3. Diagram Alir Metode PHA dalam Menganalisis Permasalahan

Penerapan Manajemen Mutu Terpadu di CV Bimandiri ... 43 4. Sistem Distribusi CV Bimandiri ... 53 5. Struktur Hirarki Permasalahan Penerapan Manajemen Mutu Terpadu di CV Bimandiri... 75 6. Struktur Hirarki Permasalahan Manajemen Mutu Terpadu


(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Struktur organisasi CV Bimandiri ... 94 2. Kuesioner Permasalahan Peningkatan Mutu Sayuran CV Bimandiri... 95 3. Kuesioner Penerapan Manajemen Mutu Terpadu ... 115


(18)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Era globalisasi yang sedang bergulir di berbagai dimensi kehidupan, tidak terkecuali di sektor pertanian mengakibatkan persaingan tidak hanya terjadi di tingkat lokal, wilayah dan nasional tetapi juga di tingkat internasional. Perusahaan-perusahaan yang mampu bertahan adalah perusahaan yang memiliki daya saing tinggi, tidak saja aspek harga tetapi juga dalam aspek-aspek keunggulan mutu dan sistem pelayanan produk kepada pelanggan atau konsumen. Sektor pertanian khususnya sub sektor hortikultura agar dapat menghadapi persaingan di era globalisasi, maka sektor tersebut harus mengarah kepada pertanian modern, efisien agar tetap mempertahankan kuantitas, kualitas serta kontinuitas. Pembangunan hortikultura merupakan salah satu pembangunan pertanian yang diusahakan oleh pemerintah yang dapat menawarkan kesempatan menarik baik di pasar lokal maupun di pasar internasional.

Dewasa ini perhatian masyarakat terhadap komoditas hortikultura semakin meningkat. Hal ini disebabkan komoditas hortikultura merupakan sumber pertumbuhan ekonomi baru, dimana meskipun volume komoditas hortikultura relatif kecil, namun memiliki nilai ekonomi yang relatif tinggi dan mempunyai peran strategis dalam memenuhi kebutuhan pokok masyarakat. Sebagai sumber pertumbuhan ekonomi baru, pengembangan komoditas hortikultura diarahkan untuk meningkatkan ekspor non-migas dimana volume yang relatif kecil tersebut komoditas hortikultura dapat menghasilkan devisa bagi negara karena memiliki nilai ekonomi yang relatif tinggi. Hal ini didukung dengan kebijakan umum Direktorat Bina Produksi Hortikultura, dimana pengembangan komoditas


(19)

hortikultura diarahkan untuk : (1) memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri, baik dalam rangka pemenuhan gizi masyarakat maupun sebagai bahan baku industri olahan, (2) mengurangi fluktuasi yang tajam dalam rangka turut serta mempertahankan stabilitas ekonomi nasional, (3) mengurangi impor dan meningkatkan ekspor non-migas, dan (4) memperluas kesempatan kerja dan meningkatkan pendapatan petani.

Sebagai salah satu produk hortikultura, sayuran merupakan salah satu komoditas yang banyak mengandung vitamin dan mineral yang sangat penting bagi kesehatan tubuh. Dalam sayuran terkandung beberapa zat penting seperti protein, karbohidrat, air, mineral, dan serat yang sangat berguna bagi tubuh. Rata-rata konsumsi penduduk Indonesia terhadap sayuran dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Konsumsi Sayuran Indonesia Pada Tahun 1993-2002 Konsumsi Tahun

Gr/kap/hr Kg/kap/thn

1993 120,40 43,95

1996 184,90 67,49

1999 111,60 40,70

2002 130,10 47,50

Sumber : Direktorat Jenderal Bina Produksi Hortikultura dalam Sekarsari 2004

Berdasarkan Tabel 1, konsumsi sayuran tahun 2002 bila dibandingkan dengan tahun 1999 mengalami peningkatan. Konsumsi sayuran tahun 2002 tersebut sebesar 130,1 gram/kapita/hari (47,5 kilogram/kapita/tahun) dibandingkan tahun 1999 yaitu sebesar 111,6 gram/kapita/hari (40,7kilogram/kapita/tahun). Jumlah ini masih berada di bawah jumlah konsumsi sayuran yang dianjurkan FAO yaitu sebesar 65,75 kilogram/kapita/tahun.


(20)

Sedangkan produksi sayuran tahun 2002 bila dibandingkan dengan tahun 1999 mengalami penurunan dari 8.077.771 menjadi 7.144.745 ton.

Peningkatan rata-rata konsumsi sayuran penduduk Indonesia menunjukkan adanya kebutuhan pasar dalam negeri yang meningkat. Hal ini disebabkan kecenderungan masyarakat untuk mengurangi konsumsi makanan berlemak tinggi terutama yang berasal dari bahan hewani. Tingginya permintaan terhadap sayuran juga dipengaruhi oleh meningkatnya jumlah penduduk, meningkatnya kesadaran gizi sejalan dengan peningkatan pendidikan dan kesejahteraan masyarakat, meningkatnya industri pengolahan dan industri pariwisata seperti hotel dan restoran.

Peningkatan permintaan sayuran dalam negeri yang tidak diimbangi dengan peningkatan produksi sayuran dalam negeri menyebabkan Indonesia melakukan impor sayuran. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Perkembangan Ekspor dan Impor Sayuran Indonesia tahun 1999- 2002

Ekspor Impor

Tahun

Volume (ton) Nilai ($) Volume (ton) Nilai ($)

1997 92.370,19 22.195,20 237.058,00 162.217,00

1998 66.497,74 12.786,43 203.646,48 67.668,82

1999 93.368,35 24.080,69 247.434,28 62.223,21

2000 93.210,96 23.651,99 261.992,05 68.675,57

2001 104.512,93 24.603,56 288.876,77 77.010,61

2002 105.243,05 28.557,87 297.032,92 76.234,62

Sumber : Statistik pertanian, Departemen Pertanian 2003.

Tabel 2 menunjukkan tingginya volume impor sayuran mengakibatkan terciptanya peluang bagi petani untuk meningkatkan produksinya. Adanya keterbatasan petani dalam proses pemasaran hasil usahatani maka diperlukannya pihak lain dalam proses pemasaran, salah satunya adalah perusahaan distributor.


(21)

Dalam pemasarannya perusahaan dihadapkan pada persaingan-persaingan yang cukup ketat, dengan demikian diperlukan suatu strategi dalam menghadapi persaingan tersebut yaitu salah satunya dengan mutu sayuran baik dan dapat diterima oleh pasar. Maka pengendalian dan peningkatan mutu terhadap sayuran harus dapat dilakukan, agar dihasilkan sayuran yang bermutu tinggi sehingga dapat bersaing di pasar.

Pengendalian dan peningkatan mutu memerlukan arahan atau panduan dalam pelaksanaannya maka oleh karena itu diperlukan penerapan suatu sistem manajemen mutu terpadu (Feigenbaum, 1995). Dari sistem pengendalian mutu diharapkan dapat menjadi dasar motivasi yang positif mengenai mutu sayuran bagi seluruh tingkatan manajemen perusahaan.

1.2 Perumusan Masalah

Meningkatnya konsumsi sayuran dari tahun ke tahun menunjukkan bahwa sayuran ini semakin diminati oleh masyarakat (Tabel 1). Faktor pendorong konsumsi sayuran diantaranya adalah gerakan kembali ke alam (back to nature) sebagai sarana menuju sehat dan berumur panjang. Hal ini berkaitan dengan fenomena sekarang yang sedang berkembang mengenai cara penyembuhan penyakit yang disebut dengan ”herbal healing”.

Seiring dengan pendidikan dan pengetahuan masyarakat, kesadaran tentang pentingnya mutu makanan termasuk sayuran semakin meningkat. Dalam menentukan mutu sayuran tersebut tidak terlepas dari peran petani sebagai produsen. Keterbatasan yang dimiliki petani antara lain adalah pendidikan atau pengetahuan yang masih rendah, pemilikan lahan yang sempit, teknologi yang digunakan masih sederhana dan permodalan yang kurang. Hal-hal tersebut dapat


(22)

menyebabkan rendahnya mutu sayuran. Seperti diketahui bahwa sayuran mempunyai sifat mudah rusak dan membusuk dalam waktu yang relatif singkat sehingga dapat menurunkan mutu bahkan tidak dapat dikonsumsi sama sekali. Apabila tidak ditunjang dengan penanganan pasca panen yang baik dapat menurunkan mutu sayuran tersebut.

CV Bimandiri merupakan perusahaan distributor sayuran pada tingkat pedagang besar (wholesale market). Perusahaan tersebut berfungsi menampung dan mendistribusikan sayuran dari petani sampai konsumen. Dengan penggunaan teknologi, permodalan dan dapat melakukan kegiatan pasca panen diharapkan perusahaan dapat menghasilkan sayuran yang bermutu dan dapat memuaskan konsumen.

CV Bimandiri memasarkan sayurannya kepada pasar swalayan, yaitu carrefour baik berada di wilayah Bandung maupun di Jakarta. Konsumennya merupakan konsumen yang sangat memperhatikan produk yang dibeli, dan pada umumnya para konsumen ini sangat memperhatikan kesegaran, daya tahan serta kesesuaian produk yang diinginkan.

Perusahaan dalam memasarkan sayuran tersebut menghadapi persaingan dengan perusahaan distributor lain yang sejenis dalam wilayah pemasaran yang sama pula. Pesaing tersebut diantaranya adalah Putri Segar, Rejeki Abadi dan Lembang Asri. Untuk dapat meningkatkan daya saing tersebut, CV Bimandiri telah mengimplementasikan sistem manajemen mutu atau pengendalian mutu untuk dapat menghasilkan sayuran yang memenuhi tuntutan mutu yang diinginkan oleh konsumen. Dengan pengendalian mutu diharapkan manajemen


(23)

perusahaan mampu meningkatkan volume pasar, keuntungan yang tinggi dan pertumbuhan perusahaan yang pesat (Feigenbaum, 1995).

Walaupun perusahaan telah melaksanakan manajemen mutu untuk menghasilkan sayuran yang bermutu, tetapi perusahaan tersebut masih menghadapi permasalahan atau kendala. Salah satu permasalahan tersebut adalah masih adanya mutu sayuran yang tidak sesuai dengan keinginan swalayan dan tidak tepatnya dalam waktu pengiriman sayuran tersebut ke swalayan. Permasalahan-permasalahan tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu SDM yang bekerja di perusahaan, alat transportasi, alat dan bahan yang digunakan. Oleh karena itu perlu dikaji bagaimana penerapan manajemen mutu di perusahaan dalam usaha peningkatan mutu sayuran. Selain itu perusahaan juga perlu memprioritaskan permasalahan-permasalahan yang terjadi dalam usaha peningkatan mutu tersebut untuk kemudian dilakukan alternatif perbaikan dalam usaha meningkatkan mutu sayuran.

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan, maka tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Menganalisis penerapan manajemen mutu terpadu di CV. Bimandiri ?

2. Menganalisis permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh perusahaan dalam penerapan manajemen mutu.

1.4. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi pihak perusahaan dalam meningkatkan mutu sayurannya dengan mengatasi masalah


(24)

atau kendala yang dihadapi dalam peningkatan dan pengembangan mutu sehingga dapat menghasilkan sayuran yang dapat memenuhi kepuasan konsumen.

Bagi pembaca dan masyarakat, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan gambaran mengenai upaya peningkatan dan pengembangan mutu sayuran melalui penerapan konsep manajemen mutu terpadu

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini mempelajari teknik dan konsep penerapan MMT yang dilakukan oleh CV Bimandiri. Pengamatan mengenai MMT di CV Bimandiri dilakukan secara menyeluruh pada semua bagian dengan responden internal yaitu direktur dan general manajer. Dalam penentuan komoditas sayuran hanya dibatasi sayuran tomat, wortel, kol, sawi putih, brokoli, dengan pertimbangan bahwa komoditas sayuran tersebut mempunyai volume penjualan yang tinggi dibandingkan dengan komoditas sayuran lainnya.


(25)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Karakteristik Sayuran

Menurut Novary dalam Febriansyah (2001), sayuran merupakan salah satu bahan makanan penting serta relatif murah dan cukup tersedia di Indonesia, yang memiliki kondisi agroklimat sesuai untuk tumbuh dan berproduksi dengan baik. Sesuai dengan pernyataan Direktorat Jenderal Bina Produksi Hortikultura, bahwa komoditas sayuran sedikitnya memiliki tiga peranan strategis dalam pembangunan dan perekonomian Indonesia, yaitu : (a) sebagai salah satu sumber pendapatan masyarakat (b) sebagai bahan makanan masyarakat khususnya sumber vitamin dan mineral, dan (c) salah satu sumber devisa negara non migas. Sehingga pengembangan produksi dan sistem pemasaran yang termasuk di dalamnya tentang bagaimana agar produk dapat sampai pada konsumen dalam keadaan yang masih layak dan baik tentunya perlu dilakukan.

Sayuran sebagai salah satu komoditas hortikultura sangat beragam, tetapi terdapat kesamaan yang mendasar pada ciri-ciri produknya antara lain:

1. Dipanen dan dimanfaatkan dalam keadaan hidup atau segar. Pada produk seperti ini proses biologi masih terus berlangsung sehingga bersifat mudah rusak (perishable).

2. Kadar air tinggi. Kadar air tinggi pada produk hortikultura berimplikasi pada mahalnya biaya transportasi dan perlu adanya pengawetan dengan teknologi khusus.

3. Meruah (voluminous). Sifat meruah berdampak pada mahalnya biaya transportasi dan perlu adanya gudang atau ruangan khusus untuk mempertahankan agar produk tetap segar dan terjaga mutunya.


(26)

4. Kualitas penting. Produk komoditi yang berkualitas harganya bisa jauh lebih tinggi. Kualitas yang dimaksud dapat dilihat dari : warna, serat rasa, kandungan gizi, bentuk cara packing dan cara penyajian.

5. Bukan sumber karbohidrat tetapi sumber vitamin, mineral.

6. Perlakuan pasca panen. Perlakuan pasca panen dapat dilakukan dengan metode pengawetan dengan teknologi khusus untuk menjaga buah dalam keadaan hidup.

7. Pengusahaan intensif. Budidaya hortikultura bersifat padat modal, padat tenaga kerja dan teknologi.

Selain ciri-ciri tersebut, sayuran juga mempunyai sifat lain yang berbeda dengan komoditi pertanian lainnya. Sifat ini menyebabkan adanya ketergantungan yang tinggi antara konsumen dan produsen. Sifat-sifat sayuran tersebut adalah :

1. Tidak tergantung musim, sifat ini menyebabkan sayuran dapat

dibudidayakan kapan saja asal syarat tumbuhnya terpenuhi.

2. Mempunyai resiko tinggi, umumnya produk sayur-sayuran sifatnya mudah busuk dan rusak sehingga umur tampilannya pendek. Seiring dengan berlalunya waktu dan kekurang hati-hatian dalam penanganan pasca panen sayuran yang dijual semakin turun harganya sampai tidak bernilai sama sekali.

3. Perputaran modalnya cepat, hal ini disebabkan umur tanaman produksi yang singkat dan permintaan pasar yang tidak pernah berhenti karena setiap hari orang membutuhkan sayuran.


(27)

4. Karena sifatnya yang mudah busuk dan berumur pendek, maka lokasi produksi sebaiknya dekat dengan konsumen. Keadaan ini sangat menguntungkan karena dapat menghemat biaya distribusi.

2.2. Penelitian Terdahulu Mengenai Manajemen Mutu Terpadu

Manajemen mutu merupakan komponen penting dalam manajemen perusahaan. Saat ini banyak perusahaan di Indonesia yang berupaya menerapkan Manajemen Mutu Terpadu (MMT), walaupun penerapannya masih jauh dari sempurna. Manajemen Mutu Terpadu diyakini sebagai cara terbaik untuk menghasilkan produk yang bermutu dalam upaya menjawab tuntutan konsumen dan memenangkan persaingan yang ketat antar perusahaan.

Terdapat beberapa penelitian yang membahas masalah manajemen mutu terpadu. Febriansyah (2001), mengkaji Manajemen Mutu Terpadu Pada Perusahaan Distributor Buah Segar di PT Moenaputra Nusantara. Berdasarkan analisis yang digunakan yaitu dengan metode PHA, diketahui bahwa permasalahan utama yang dihadapi oleh PT Moenaputra Nusantara dalam menerapkan manajemen mutu yaitu masalah biaya diikuti oleh masalah mutu serta masalah jumlah penjualan.

Berdasarkan analisis kinerja pengendalian mutu pada setiap bagian yang ditinjau dari ketersediaan dan optimalisasi penggunaan unsur-unsur MMT, diketahui bahwa di bagian keuangan pengendalian mutunya paling baik diikuti oleh bagian produksi kemudian bagian pemasaran dan bagian administrasi dan umum. Secara keseluruhan berdasarkan ketersediaan dan optimalisasi penggunaannya standar merupakan unsur terbaik diikuti oleh audit internal, sumberdaya manusia, sarana, pengorganisasian, serta pendidikan dan pelatihan.


(28)

Sitorus (2002), melakukan penelitian mengenai Kajian Manajemen Mutu Terpadu di PT Indofood Sukses Makmur Divisi Noodle Bandung. Perusahaan telah membentuk kelompok kerja mutu (KKM) yang mengikutsertakan seluruh karyawan dalam mendefinisikan masalah yang dihadapi perusahaan dan turut serta dalam memecahkan masalah tersebut

Dari data yang diperoleh diketahui bahwa PT Indofood Sukses Makmur menghadapi permasalahan utama dalam menerapkan manajemen mutu berturut-turut adalah masalah mutu, biaya, kontinuitas, jumlah dan waktu. Faktor penyebab permasalahan tersebut berturut-turut adalah material, sumber daya manusia, mesin, proses kerja, sarana, perencanaan produksi dan tarif. Berdasarkan hasil pengolahan data dengan PHA terhadap permasalahan dan penyebab masalah yang dihadapi oleh perusahaan tindakan perbaikan yang dapat dilakukan adalah peningkatan kerjasama tim di perusahaan. Alternatif tindakan perbaikan lain yang dapat dilakukan secara berturut-turut adalah inovasi produk, perbaikan sistem administrasi dan pembukuan, dan kegiatan pendidikan dan pelatihan.

Secara keseluruhan ditinjau dari tingkat ketersediaan dan optimalisasi penggunaan MMT di perusahaan, sumber daya manusia merupakan unsur dengan nilai paling tinggi. Sosialisasi visi dan misi di perusahaan telah dilaksanakan dengan baik dan menempati urutan kedua. Seluruh departemen fungsional telah melaksanakan kegiatan audit internal dengan baik dan menempati urutan ketiga. Karyawan sudah cukup baik dalam melakukan kegiatan sesuai dengan standar yang berlaku dan unsur standar menempati urutan keempat.

Pada penelitian Renggani (2002), mengenai Kajian Terhadap Penerapan Manajemen Mutu Terpadu di PT Karya Pangan Gemilang. Penerapan MMT pada


(29)

PT Karya Pangan Gemilang merupakan pengembangan kegiatan pengendalian mutu yang diterapkan pada seluruh aspek kegiatan yang berhubungan dengan pembentukan mutu produk. Pengendalian dilakukan sejak dari kegiatan pengadaan bahan baku, pengolahan, pengemasan dan pemasaran. Seluruh kegiatan pengendalian dilakukan dengan mempertimbangkan kinerja dari tiap-tiap tahapan kegiatan. Berdasarkan analisis permasalahan utama yang dihadapi oleh PT Karya Pangan Gemilang dalam menerapkan MMT berturut-turut adalah masalah mutu yaitu mutu beras kemas dan mutu bahan baku, masalah waktu yaitu waktu pengadaan, waktu pemasaran, waktu produksi dan yang terakhir adalah masalah biaya, dimana biaya tersebut adalah biaya pengadaan, biaya pemasaran dan biaya produksi.

Faktor penyebab permasalahan tersebut berturut-turut adalah faktor sistem yaitu pelaksanaan, pengawasan dan peraturan-peraturan, faktor sarana yaitu sarana transportasi, mesin dan alat serta sarana komunikasi, dan faktor yang terakhir adalah faktor keuangan yaitu sumber dana, alokasi dan distribusi dana. Peranan dan kompetensi pelaku perusahaan dalam menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan penerapan MMT berturut-turut adalah pihak manajemen, pihak operasional dan yang terakhir adalah pihak eksekutif.

Berdasarkan hasil pengolahan lebih lanjut diketahui bahwa pengendalian mutu bagian keuangan menempati posisi yang paling baik dalam hal kinerja MMT nya antara lain bagian-bagian lainnya di PT Karya Pangan Gemilang, yang diikuti oleh kepala pabrik, bagian pemasaran, bagian pengadaan, bagian produksi dan yang terakhir adalah pemilik.


(30)

Riyati (2001), melakukan penelitian mengenai Kajian Penerapan Manajemen Mutu Terpadu di PT Pupuk Kujang (Persero). Konsep-konsep MMT yang telah direalisasikan meliputi continuous improvement, fokus pada pelanggan, partisipasi seluruh jajaran perusahaan, penggunaan pendekatan ilmiah, serta orientasi terhadap mutu di segala bidang.

Unsur-unsur yang tersedia dengan baik dalam menunjang kegiatan MMT meliputi kegiatan pendidikan dan latihan, audit internal, standar serta sumberdaya manusia yang tergolong berpengalaman. Berdasarkan identifikasi yang dilakukan terhadap faktor penyebab yang ada, faktor sumberdaya manusia menempati prioritas pertama yang harus segera diselesaikan. Jumlah karyawan di PT Pupuk Kujang dinilai melebihi kebutuhan. Besarnya jumlah karyawan ini menyebabkan tingkat imbalan yang relatif lebih rendah untuk industri sejenis.

Faktor penyebab lain adalah ketersediaan sarana pabrik yang telah mendekati akhir umur ekonomis. Hal ini menyebabkan inefisiensi penggunaan energi dan bahan baku gas. Faktor penyebab lain meliputi manajemen dan tarif. Kendala dalam manajemen yang dirasakan adalah dalam proses pengambilan keputusan yang terasa lamban akibat rentang organisasi yang terlalu besar, khususnya dalam kegiatan pemeliharaan dan pengawasan proses pabrikasi. Sedangkan kendala dalam tarif yang dirasakan adalah harga bahan baku gas yang diperhitungkan mata uang asing. Sebagian besar kendala yang dihadapi berada dalam kendali perusahaan.

Manfaat yang diperoleh dari penerapan MMT sejauh ini berupa perbaikan-perbaikan prosedur kerja yang merupakan revisi standar hasil dari kegiatan GKM pada masing-masing unit kerja. Manfaat lain yaitu berupa


(31)

pencapaian sasaran mutu, peningkatan citra perusahaan, peningkatan produktivitas tenaga kerja, serta kelestarian lingkungan.

Pada penelitian Rahmawaty (2004). Analisis Manajemen Mutu Terpadu pada Perusahaan Katering Penerbangan PT Aerowisata Catering Service, Tangerang. Konsep manajemen mutu di PT ACS telah terdefinisi dengan baik, ini terlihat telah didapatnya sertifikat ISO 9001 : seri 2000 yang terintegrasi dengan konsep keamanan pangan, tetapi dalam pelaksanaannya masih ada kekurangan dalam hal kedisiplinan karyawan untuk melaksanakan sistem manajemen mutu yang telah ada.

Prioritas permasalahan yang diutamakan oleh PT ACS adalah permasalahan mutu, biaya, jumlah, kontinuitas dan waktu. Untuk sub kriteria permasalahan utama yang diprioritaskan adalah mutu main course, hal ini disebabkan mulai dari pengadaan bahan baku hingga main course siap di sajikan ke konsumen memerlukan tahapan-tahapan yang cukup panjang dan membutuhkan penanganan yang baik. Sub kriteria masalah yang berpengaruh kecil terhadap manajemen mutu adalah waktu pengangkutan.

Hasil identifikasi kinerja manajemen mutu PT ACS berdasarkan PHA, menunjukkan bahwa sosialisasi visi dan misi perusahaan terhadap karyawan cukup baik, sedangkan unsur manajemen yang masih kurang penerapannya adalah unsur diklat.

Konsep manajemen mutu terpadu mulai banyak digunakan oleh perusahaan di Indonesia sebagai hasil introduksi dari Jepang. Beberapa penelitian terdahulu yang mengkaji penerapan manajemen mutu terpadu perusahaan diawali dengan mengidentifikasi permasalahan atau kendala yang dihadapi oleh


(32)

manajemen mutu perusahaan. Untuk mengidentifikasi permasalahan ini digunakan alat analisis Proses Hirarki Analitik (PHA). PHA merupakaan alat yang cukup tepat dan akurat dimana permasalahan yang dihadapi manajemen mutu disusun dalam skala prioritas. Permasalahan yang mendapat prioritas tertinggi merupakan permasalahan yang paling penting dan memerlukan tindakan penyelesaian yang paling awal.

Dalam penelitian ini penulis akan menganalisis manajemen mutu terpadu pada perusahaan distributor sayuran di CV Bimandiri. Beberapa penelitian terdahulu mengenai manajemen mutu terpadu belum ada yang meneliti mengenai sayuran. Penelitian ini diawali dengan menganalisis manajemen mutu di perusahaan dilihat dari unsur-unsurnya. Dalam penilaian penerapan manajemen mutu memiliki perbedaan dengan penelitian terdahulu, pada penelitian ini penilaiannya dilakukan dengan penyebaran kuesioner dan dilakukan perhitungan skor.

Pengendalian mutu merupakan komponen utama dalam manajemen mutu perusahaan, karena itu dalam penelitian ini penulis akan membahas mengenai pengendalian mutu perusahaan yang meliputi pengendalian mutu pengadaan, pengendalian mutu proses penanganan, pengendalian mutu distribusi dan pengendalian mutu keuangan. Untuk menganalisis tentang permasalahan-permasalahan yang terjadi mengenai penerapan manajemen mutu, mempunyai persamaan dengan penelitian sebelumnya yaitu menggunakan alat analisis proses hirarki analitik (PHA). Penelitian terdahulu tersebut digunakan sebagai acuan dalam penelitian ini, terutama dalam penyusunan struktur hirarki.


(33)

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Mutu

Orientasi setiap perusahaan dalam menjalankan kegiatan produksinya adalah pada kepuasan konsumen. Kepuasan konsumen mempunyai hubungan erat dengan mutu barang atau jasa. Menurut Juran (1995), mutu produk adalah kecocokan penggunaan produk untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan pelanggan. Kecocokan penggunaan suatu produk adalah apabila produk mempunyai daya tahan penggunaannya lama, produk yang digunakan akan meningkatkan citra atau status konsumen yang memakainya, produknya tidak mudah rusak, adanya jaminan kualitas dan sesuai etika bila digunakan.

Kecocokan penggunaan produk seperti dikemukakan di atas memiliki dua aspek utama, yaitu :

1. Ciri-ciri produk yang memenuhi permintaan pelanggan.

Ciri-ciri produk berkualitas tinggi apabila memiliki ciri-ciri produk yang khusus atau istimewa, berbeda dari produk pesaing dan dapat memenuhi harapan atau tuntutan sehingga dapat memuaskan pelanggan. Kualitas yang lebih tinggi memungkinkan perusahaan untuk : meningkatkan kepuasan konsumen, menjadikan produk terjual, mampu menghadapi persaingan dan mampu meningkatkan pangsa pasar dan volume penjualan.


(34)

2. Bebas dari kelemahan

Suatu produk berkualitas tinggi apabila di dalam produk tidak terdapat kelemahan, tidak ada yang cacat sedikit pun. Kualitas yang tinggi memungkinkan perusahaan untuk :

a. Mengurangi tingkat kesalahan, baik pada subsistem produksi, pengolahan maupun subsistem pemasaran hasil.

b. Mengurangi pemborosan-pemborosan dalam hal penggunaan input, proses produksi dan pemasaran hasil.

c. Mengurangi kegagalan hasil

d. Memperpendek waktu penempatan produk baru di pasar e. Mengurangi ketidakpuasan pelanggan.

Sementara menurut Crosby seperti dikutip oleh Nasution (2004), menyatakan bahwa mutu adalah sesuai dengan yang disyaratkan atau distandarkan. Suatu produk memiliki kualitas atau mutu apabila sesuai dengan standar kualitas yang telah ditentukan. Standar kualitas meliputi bahan baku, proses produksi dan barang jadi. Berbeda dengan Juran dan Crosby, menurut Deming seperti dikutip oleh Nasution (2004) mendefinisikan mutu sebagai kesesuaian dengan kebutuhan pasar atau konsumen. Perusahaan harus benar-benar dapat memahami apa yang dibutuhkan konsumen atas suatu produk yang akan dihasilkan. Menurut Ishikawa dalam Natalia (2002), mutu adalah tingkat kemampuan dalam menilai produk untuk memuaskan kebutuhan dan harapan konsumen.

Harapan konsumen pada suatu produk selalu berubah, sehingga mutu produk juga harus berubah atau disesuaikan. Dengan perubahan mutu tersebut,


(35)

diperlukan perubahan atau peningkatan keterampilan tenaga kerja, perubahan proses produksi dan tugas, serta perubahan lingkungan perusahaan agar produk dapat memenuhi atau melebihi harapan konsumen.

Garvin dan Davis seperti dikutip oleh Nasution (2004), menyatakan bahwa mutu adalah suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, manusia atau tenaga kerja, proses dan tugas serta lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan pelanggan atau konsumen.

Meskipun tidak ada definisi tentang mutu yang diterima secara universal, namun dari definisi mutu diatas terdapat beberapa persamaan, yaitu mutu mencakup usaha memenuhi atau melebihi harapan pelanggan, mutu mencakup produk, jasa manusia, proses dan lingkungan, mutu merupakan kondisi yang selalu berubah.

Pentingnya mutu dapat dijelaskan dari dua sudut, yaitu sudut manajemen operasional dan manajemen pemasaran. Dilihat dari sudut manajemen operasional, kualitas produk merupakan salah satu kebijaksanaan penting dalam meningkatkan daya saing produk yang harus memberi kepuasan kepada konsumen melebihi atau paling tidak sama dengan mutu dari produk pesaing. Dilihat dari sudut manajemen pemasaran, mutu produk merupakan salah satu unsur utama dalam bauran pemasaran yaitu produk, harga, promosi dan saluran distribusi yang dapat meningkatkan volume penjualan dan memperluas pangsa pasar perusahaan.

Berdasarkan definisi-definisi tentang mutu yang telah dikemukakan, maka kesimpulan yang dapat diambil adalah bahwa mutu merupakan gabungan sifat-sifat khas dari suatu produk atau yang bisa disebut karakteristik yang dapat membedakan produk yang satu dengan yang lain, yang biasa dijadikan strategi


(36)

bagi perusahaan untuk memiliki keunggulan di pasar dan pada akhirnya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan konsumen serta memberikan keuntungan bagi perusahaan.

3.1.2. Konsep Manajemen Mutu Terpadu (MMT)

Pada awalnya manajemen mutu perusahaan berfokus pada kegiatan pemeriksaan dan inspeksi. Inspeksi dilakukan hanya pada produk akhir, untuk memeriksa apakah produk yang dihasilkan cacat atau tidak memenuhi standar. Perkembangan selanjutnya dari proses inspeksi adalah proses pengendalian mutu statistikal dan jaminan mutu. Seiring dengan perkembangan tuntutan terhadap mutu maka jaminan mutu dirasakan tidak relevan lagi, karena itu dikembangkan konsep manajemen mutu terpadu yang mempunyai ruang lingkup yang lebih luas. Manajemen mutu terpadu melibatkan partisipasi total seluruh karyawan dalam pengendalian mutu.

MMT diartikan sebagai perpaduan semua fungsi manajemen, semua bagian dari suatu perusahaan dan semua orang ke dalam falsafah holistik yang dibangun berdasarkan konsep mutu, teamwork, produktivitas, dan kepuasan pelanggan (Ishikawa seperti dikutip oleh Nasution, 2004). Definisi lainnya menyatakan bahwa manajemen mutu terpadu merupakan sistem manajemen yang mengangkat kualitas sebagai strategi usaha dan berorientasi pada kepuasan pelanggan dengan melibatkan seluruh anggota organisasi. Selain itu, manajemen mutu terpadu juga merupakan sistem manajemen yang berfokus pada orang atau karyawan dan bertujuan untuk terus-menerus meningkatkan nilai yang diberikan pada pelanggan dengan biaya penciptaan nilai yang lebih rendah tersebut.


(37)

Menurut Tjiptono dan Diana (2001), manajemen mutu terpadu merupakan suatu pendekatan dalam menjalankan usaha yang mencoba untuk memaksimumkan daya saing organisasi melalui perbaikan terus-menerus atas produk, jasa, manusia, proses dan lingkungannya.

Manajemen mutu terpadu sebagai pendekatan mutu memiliki karakteristik sebagai berikut :

a. Fokus pada pelanggan

Dalam manajemen mutu pelanggan merupakan pengarah, maksudnya pelanggan ini merupakan penentu dari mutu produk atau jasa. Untuk memuaskan konsumen dapat dilakukan : (1). Memproduksi barang sebaik mungkin sesuai dengan keinginan konsumen, (2). Menjaga kontinuitas produksi sehingga ketersediaan produk terjamin.

b. Obsesi terhadap kualitas

Dengan kualitas yang ditetapkan, organisasi harus terobsesi untuk memenuhi apa yang telah ditentukan. Hal ini berarti bahwa semua karyawan pada setiap level berusaha melaksanakan setiap aspek pekerjaannya.

c. Pendekatan ilmiah

Pendekatan ilmiah sangat diperlukan dalam penerapan MMT, terutama mendesain pekerjaan dan dalam proses pengambilan keputusan dan pemecahan masalah yang berkaitan dengan pekerjaan tersebut.

d. Komitmen jangka panjang.

MMT merupakan suatu paradigma baru dalam melaksanakan bisnis. Untuk itu dibutuhkan budaya perusahaan yang baru pula. Oleh karena itu


(38)

komitmen jangka panjang sangat penting guna mengadakan perubahan budaya agar penerapan MMT dapat berjalan dengan sukses.

e. Kerjasama tim (teamwork)

Dalam organisasi yang menerapkan MMT, kerjasama tim, kemitraan dan hubungan dijalin dan dibina, baik antar karyawan perusahaan maupun dengan pemasok, lembaga-lembaga pemerintah, dan masyarakat sekitarnya.

f. Perbaikan sistem secara berkesinambungan

Setiap produk atau jasa dihasilkan dengan memanfaatkan proses-proses tertentu di dalam suatu sistem atau lingkungan. Oleh karena itu, sistem yang ada perlu diperbaiki secara terus-menerus agar kualitas yang dihasilkan dapat semakin meningkat.

g. Pendidikan dan pelatihan

Setiap orang diharapkan dan didorong untuk terus belajar. Dalam hal ini berlaku prinsip bahwa belajar merupakan proses yang tidak ada akhirnya dan tidak mengenal batas usia. Dengan belajar, setiap orang dalam perusahaan dapat meningkatkan keterampilan teknis dan keahlian profesionalnya.

h. Kebebasan yang terkendali

Dalam MMT, keterlibatan dan pemberdayaan karyawan dalam pengambilan keputusan dan pemecahan masalah merupakan unsur yang sangat penting. Hal ini karena unsur tersebut dapat meningkatkan “rasa memiliki” dan tanggung jawab karyawan terhadap keputusan yang telah dibuat. Selain itu, unsur ini juga dapat memperkaya wawasan dan pandangan dalam suatu keputusan yang diambil, karena pihak yang terlibat lebih banyak.


(39)

Meskipun demikian, kebebasan yang timbul karena keterlibatan dan pemberdayaan tersebut merupakan hasil dari pengendalian yang terencana dengan baik. Pengendalian itu sendiri dilakukan terhadap metode-metode pelaksanaan setiap proses tertentu. Dalam hal ini karyawan yang melakukan standarisasi proses dan mereka pula yang berusaha mencari cara untuk meyakinkan setiap orang agar bersedia mengikuti prosedur standar tersebut.

i. Kesatuan tujuan

Supaya MMT dapat diterapkan dengan baik, maka perusahaan harus memiliki kesatuan tujuan. Dengan demikian, setiap usaha dapat diarahkan pada tujuan yang sama. Akan tetapi kesatuan tujuan ini tidak berarti bahwa harus selalu ada persetujuan antara pihak manajemen dan karyawan mengenai upah dan kondisi kerja.

j. Adanya keterlibatan dan pemberdayaan karyawan.

Keterlibatan dan pemberdayaan karyawan merupakan hal yang penting dalam penerapan MMT. Usaha untuk melibatkan karyawan memberikan dua manfaat utama, yaitu pertama akan meningkatkan kemungkinan dihasilkannya keputusan yang baik, rencana yang baik, atau perbaikan yang lebih efektif, karena mencakup pandangan dan pemikiran dari pihak-pihak yang langsung berhubungan dengan situasi kerja. Kedua, keterlibatan karyawan juga meningkatkan “rasa memiliki” dan tanggung jawab atas keputusan dengan melibatkan orang -orang yang harus melaksanakannya.

Pemberdayaan bukan sekadar berarti melibatkan mereka dengan memberikan pengaruh yang sungguh-sungguh berarti. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan menyusun pekerjaan yang memungkinkan para


(40)

karyawan untuk mengambil keputusan mengenai perbaikan proses pekerjaannya dalam parameter yang ditetapkan dengan jelas.

Penerapan MMT dalam suatu perusahaan dapat memberikan beberapa manfaat utama yang pada gilirannya meningkatkan keuntungan serta daya saing perusahaan yang bersangkutan. Dengan melakukan perbaikan kualitas secara terus-menerus maka perusahaan dapat meningkatkan keuntungannya melalui dua rute. Rute pertama, yaitu rute pasar, dimana perusahaan dapat memperbaiki posisi persaingannya sehingga pangsa pasarnya semakin besar dan harga jualnya dapat lebih tinggi. Kedua hal ini mengarah pada meningkatnya penghasilan sehingga keuntungan yang diperoleh juga semakin besar. Sedangkan rute kedua, perusahaan dapat meningkatkan output yang bebas dari kerusakan melalui upaya perbaikan kualitas. Hal ini menyebabkan biaya operasi perusahaan berkurang, dengan demikian keuntungan yang diperoleh meningkat

Unsur-unsur utama MMT yang dimiliki perusahaan dan sangat mempengaruhi kinerja dari pengendalian mutu adalah :

1. SDM, yaitu pihak-pihak yang berhubungan dengan kegiatan perusahaan. 2. Standar, yaitu spesifikasi produk yang dihasilkan dan acuan dalam

menjalankan semua kegiatan untuk memperoleh produk yang sesuai.

3. Sarana, yaitu peralatan yang digunakan untuk menjalankan kegiatan pengendalian mutu.

4. Pengorganisasian, yaitu pendelegasian wewenang dan tugas di perusahaan. 5. Audit Internal, yaitu kegiatan pengendalian berkala untuk mengidentifikasi


(41)

6. Pendidikan dan Latihan, yaitu kegiatan yang bertujuan untuk menyebarkan gagasan mengenai pengendalian mutu, meningkatkan pengetahuan dan kemampuan karyawan dalam memecahkan masalah, serta untuk mengembangkan sistem pengendalian mutu di perusahaan

1.2. Kerangka Pemikiran Konseptual

Meningkatnya intensitas persaingan dan jumlah pesaing menuntut setiap perusahaan untuk selalu memperhatikan kebutuhan dan keinginan konsumen serta berusaha memenuhi apa yang mereka harapkan. Mutu produk sangat berarti bagi perusahaan yang bergerak dalam bidang distributor sayuran.

CV Bimandiri sebagai distributor sayuran sangat berperan dalam peningkatan mutu sayuran. Untuk menghasilkan sayuran yang bermutu, perusahaan sudah melaksanakan kegiatan pengendalian mutu, yaitu pengendalian mutu pengadaan sayuran, pengendalian mutu proses penanganan, pengendalian mutu distribusi dan pengendalian mutu keuangan.

Untuk dapat memuaskan konsumen, perusahaan hendaknya memperhatikan tingkat kesegaran sayuran, ketepatan pengadaan sesuai dengan permintaan, penggunaan alat transportasi dalam pengangkutan, pengemasan tanpa kerusakan. Hal-hal tersebut merupakan bagian dari konsep manajemen mutu terpadu dalam perusahaan untuk dapat unggul dalam persaingan.

Manajemen mutu terpadu merupakan suatu pendekatan dalam menjalankan usaha yang bertujuan untuk memaksimumkan daya saing perusahaan melalui perbaikan secara terus-menerus atas produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan. Dalam penerapan manajemen mutu terpadu tersebut, unsur-unsur


(42)

MMT yang harus tersedia di perusahaan diantaranya SDM, standar, sarana, pengorganisasian, audit internal, dan diklat.

Unsur SDM merupakan pihak-pihak yang berhubungan dengan kegiatan perusahaan, dimana sumberdaya manusia di CV Bimandiri merupakan seluruh karyawan. Dalam meningkatkan mutu sayuran unsur SDM sangatlah penting, karena hampir seluruh kegiatan pengendalian mutu dilakukan oleh karyawan.

Unsur standar juga mempengaruhi dalam menghasilkan sayuran yang baik. Standar merupakan spesifikasi produk yang dihasilkan dan acuan dalam menjalankan semua kegiatan untuk memperoleh sayuran yang sesuai dengan keinginan konsumen. Penetapan standar tersebut disesuaikan dengan keinginan konsumen maka mutu sayuran yang dihasilkan dapat memuaskan konsumen.

Sarana merupakan peralatan yang digunakan untuk menjalankan kegiatan pengendalian mutu. Sarana disini baik sarana langsung yang mempengaruhi pengendalian mutu seperti alat transportasi, mesin maupun peralatan yang tidak langsung mempengaruhi. Apabila sarana-sarana yang mempengaruhi pengendalian mutu tersebut tersedia dan berjalan dengan baik, maka diharapkan akan menghasilkan sayuran yang bermutu.

Unsur organisasi dan audit internal juga merupakan unsur yang mempengaruhi dalam peningkatan mutu di perusahaan. Pendelegasian wewenang dan tugas di perusahaan sudah berjalan dengan baik dan apabila setiap karyawan telah melakukan wewenang dan tugas tersebut maka akan mempengaruhi kegiatan peningkatan mutu sayuran dan diharapkan dihasilkan sayuran yang dapat memuaskan konsumen. Sedangkan audit internal yaitu kegiatan pengendalian berkala untuk mengidentifikasi penyimpangan terhadap standar. Audit internal ini


(43)

maksudnya mengevaluasi terhadap penyimpangan-penyimpangan yang terjadi, misalnya mengevaluasi apakah sayuran sudah sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Maka dengan dilakukannya audit internal secara teratur akan mengurangi penyimpangan yang terjadi dan akan dihasilkan sayuran sesuai dengan standar.

Unsur pendidikan dan pelatihan merupakan salah satu unsur yang mempengaruhi dalam upaya peningkatan mutu sayuran. Pendidikan dan pelatihan akan meningkatkan kemampuan karyawan tersebut mengenai pengendalian mutu. Selain unsur-unsur yang harus tersedia di perusahaan dalam penerapan MMT, adapun karakteristik MMT yang harus ada adalah fokus pada pelanggan, obsesi terhadap kualitas, pendekatan ilmiah, komitmen jangka panjang, kerjasama tim, perbaikan sistem secara berkesinambungan, pendidikan dan pelatihan, kebebasan yang terkendali, kesatuan tujuan, serta adanya keterlibatan dan pemberdayaan karyawan.

Dalam manajemen mutu pelanggan merupakan pengarah, maksudnya pelanggan merupakan penentu dari mutu produk atau jasa. Jadi perusahaan harus berusaha untuk memenuhi apa keinginan konsumen. Dengan kualitas yang ditetapkan, perusahaan harus terobsesi untuk memenuhi apa yang telah ditentukan tersebut, maka perusahaan telah memiliki karakteristik obsesi terhadap kualitas.

Karakteristik lainnya adalah pendekatan ilmiah. Pendekatan ilmiah sangat diperlukan dalam penerapan MMT, terutama dalam mendesain pekerjaan. Dalam proses pengambilan keputusan yang berhubungan dengan peningkatan mutu sayuran harus didasarkan data-data agar didapat hasil keputusan yang baik pula.


(44)

Untuk menghasilkan sayuran, selain karakteristik yang telah dijelaskan perlunya adanya kerjasama antar karyawan dalam perusahaan. Dengan adanya kerjasama, hubungan kemitraan dijalin dan dibina, baik antar karyawan perusahaan maupun dengan pemasok maka dapat dihasilkan sayuran yang bermutu dan perusahaan pun akan berjalan dengan baik. Selain adanya kerjasama, untuk menghasilkan sayuran yang baik diperlukan perbaikan sistem secara berkesinambungan. Dimana untuk menghasilkan sayuran yang bermutu diperlukan proses-proses tertentu, maka proses tersebut harus dilakukan perbaikan secara berkesinambungan untuk menghasilkan sayuran yang baik.

Karakteristik lainnya adalah kebebasan yang terkendali, kesatuan tujuan, adanya keterlibatan dan pemberdayaan karyawan. Dalam MMT, keterlibatan dan pemberdayaan karyawan dalam pengambilan keputusan dan pemecahan masalah merupakan unsur yang sangat penting. Hal ini karena unsur tersebut dapat meningkatkan “rasa memiliki” dan tanggung jawab karyawan terhadap keputusan yang telah dibuat. Selain itu, unsur ini juga dapat memperkaya wawasan dan pandangan dalam suatu keputusan yang diambil, karena pihak yang terlibat lebih banyak. Meskipun demikian, kebebasan yang timbul karena keterlibatan dan pemberdayaan tersebut merupakan hasil dari pengendalian yang terencana dengan baik. Walaupun adanya kebebasan dan pemberdayaan karyawan tetapi harus tetap ditujukan untuk tujuan yang sama, yaitu menghasilkan sayuran yang bermutu sesuai dengan keinginan konsumen.

Apabila unsur-unsur MMT tersebut sudah terdapat dalam perusahaan dan sudah dilaksanakan dengan baik serta terdapat karakteristik MMT tersebut maka perusahaan sudah melaksanakan konsep MMT dengan baik pula, maka


(45)

diharapkan perusahaan dapat menghasilkan sayuran sesuai dengan standar yang telah ditetapkan dan dapat memuaskan konsumen. Penerapan manajemen mutu di CV Bimandiri dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Penerapan Manajemen Mutu di CV Bimandiri

Proses Pengendalian mutu

Di CV Bimandiri Unsur-unsur MMT

SDM, Standar, Sarana Organisasi, Audit Internal, Diklat

Fokus pada pelanggan, Obsesi terhadap kualitas, pendekatan ilmiah, komitmen jangka panjang, kerjasama tim, perbaikan secara

berkesinambungan,

diklat,kebebasan terkendali, kesatuan tujuan, adanya keterlibatan dan pemberdayaan karyawan.

Mutu sayuran (Kepuasan Konsumen) •Pengendalian Mutu

Pengadaan Sayuran •Pengedalian Mutu

Proses Penanganan •Pengendalian Mutu

Distribusi

•Pengendalian Mutu Keuangan


(46)

IV. METODE PENELITIAN

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di CV Bimandiri yang beralamat di jalan Panorama No 54 Haurpungkur Lembang, Bandung Jawa Barat. Penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan dasar pertimbangan bahwa CV Bimandiri merupakan salah satu distributor sayuran yang sangat memperhatikan mutu dari produknya sesuai dengan keinginan konsumen. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-Juni 2005.

4.2. Jenis dan Sumber Data

Data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder, baik yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Data primer diperoleh dari :

1. Pengamatan Langsung

Data yang dikumpulkan berdasarkan pengamatan langsung yang dilakukan oleh petugas maupun peneliti serta laporan pengawasan mutu pada setiap proses. Pengamatan langsung dilakukan untuk mengetahui kondisi fisik perusahaan, proses produksi serta teknik penerapan manajemen mutu terpadu.

2. Wawancara dan Kuesioner

Identifikasi permasalahan dilakukan dengan mengumpulkan data melalui wawancara dan pengisian kuesioner kepada pihak perusahaan.


(47)

Data sekunder diperoleh melalui : 1. Dokumen atau Arsip Perusahaan

Dokumen perusahaan yang diperlukan meliputi data sejarah perusahaan, struktur organisasi, ketenagakerjaan.

2. Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh rujukan teoritis yang yang terkait dengan penelitian. Sumber berupa buku, hasil penelitian, artikel, majalah, jurnal serta literatur yang berkaitan lainnya.

4.3. Metode Pengumpulan Data

Data sekunder mengenai gambaran umum perusahaan meliputi sejarah perusahaan, struktur organisasi, ketenagakerjaan. Data-data tersebut diambil dari data yang dimiliki oleh perusahaan.

Identifikasi permasalahan penerapan manajemen mutu sayuran di CV. Bimandiri dilakukan dengan mengumpulkan data melalui wawancara dengan pihak perusahaan, sedangkan penilaiannya dilakukan melalui penyebaran kuesioner kepada responden yang telah ditentukan.

Pemilihan responden dilakukan secara sengaja (purposive) dengan memperhatikan tingkat pendidikan, pengetahuan dan pemahaman responden terhadap pelaksanaan manajemen mutu di CV Bimandiri. Responden yang dipilih adalah : direktur, general manajer operasional, general manajer keuangan dan SDM, dimana responden yang dipilih tersebut memiliki tingkat pendidikan sarjana dan memiliki pengalaman kerja.


(48)

4.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data

Data yang telah diperoleh, baik data primer maupun data sekunder selanjutnya dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif dengan metode sebagai berikut :

4.4.1. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif merupakan suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari analisis ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki (Nazir, 1988).

Analisis deskriptif dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui bagaimana penerapan MMT di CV Bimandiri, yaitu dianalisis persentase terhadap skor maksimum. Pada penelitian manajemen mutu terpadu sayuran, analisis ini digunakan untuk mengetahui skor setiap unsur yang mempengaruhi terhadap manajemen mutu perusahaan.

Unsur-unsur manajemen mutu terpadu yang dianalisis yaitu : SDM, standar, sarana, organisasi, audit internal, diklat. Dalam penilaian unsur-unsur tersebut dilihat dari karakteristik MMT sebagai ukurannya, yaitu fokus pada pelanggan, obsesi terhadap kualitas, pendekatan ilmiah, komitmen jangka panjang, kerjasama tim, perbaikan secara berkesinambungan, diklat, kebebasan terkendali, kesatuan tujuan, keterlibatan dan pemberdayaan karyawan. Penilaiannya dilakukan dengan wawancara kepada pihak perusahaan yaitu menggunakan kuesioner.


(49)

Tahapan dalam proses pengolahan ini, terlebih dahulu dengan menginput data dari kuesioner. Adapun data berbentuk data ordinal yang bernilai 1 sampai 5 yang menunjukkan tingkat kepentingan, dimana nilai tersebut menunjukkan tingkat dari sangat penting sampai sangat tidak penting.

Semua data responden yang telah diinput ke komputer selanjutnya akan dilakukan proses perhitungan. Adapun analisis ini dilakukan dengan cara menghitung skor yang diperoleh dari semua responden yang kemudian dibandingkan dengan keseluruhan skor maksimum dari suatu unsur. Cara perhitungannya dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Contoh Perhitungan skor

Unsur Skor

Sarana 1 2 3 4 5

Apakah sarana sudah memadai bagi pelanggan

untuk menyampaikan keluhannya x

Apakah sudah tersedia gedung untuk kegiatan

pengendalian mutu di perusahaan x

Apakah gudang sudah memadai untuk penyimpanan x

Apakah alat transportasi yang digunakan untuk mendistribusikan sayuran ke konsumen sudah memadai

x Apakah sarana yang ada di perusahaan sudah

menunjang untuk pelaksanaan diklat x

Bahan atau kemasan untuk sayuran sudah sesuai

dengan keinginan konsumen x

Apakah sarana sudah memadai bagi karyawan

untuk menyampaikan pandangan atau idenya x

Sistem atau prosedur kerja mengenai sarana atau

peralatan sudah jelas x

Pada tabel di atas, skor maksimum apabila responden mengisi jawaban pada unsur sarana yang terdiri dari delapan item pertanyaan maka akan menghasilkan total skor maksimum sebesar 40. Dari tabel di atas, total skor dari


(50)

jawaban responden adalah 22 kemudian hasil total skor responden dibandingkan dengan total skor maksimum. Adapun perhitungannya adalah sebagai berikut :

Skor (%) = 22 x100 % = 55 % 40

Pada perhitungan di atas, setelah skor dibandingkan selanjutnya di kali 100 %. Tujuannya adalah agar persentase yang dihasilkan dari perhitungan berada pada standar yang sama, yakni dalam skala 100 persen dan juga agar dapat dibandingkan.

Pengolahan terhadap data ini akan dilakukan secara komputerisasi dengan menggunakan software excell. Hasil yang diperoleh, diantaranya berupa nilai persentase yang menunjukkan seberapa besar nilai unsur terhadap usaha peningkatan mutu sayuran.

4.4.2. Proses Hirarki Analitik

Analisis PHA dalam penelitian ini digunakan untuk menganalisis permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh perusahaan dalam penerapan manajemen mutu. Menurut Saaty (1993) langkah-langkah utama dalam analisis metode PHA secara umum dibagi dalam delapan langkah yaitu :

1. Mendefinisikan permasalahan dan merinci pemecahan yang diinginkan Fokus dari analisis ini adalah identifikasi permasalahan penerapan

manajemen mutu di CV Bimandiri. Untuk mengetahuinya dapat dilakukan dengan cara wawancara dengan responden. Setelah ditentukan fokus analisis, kemudian ditentukan komponen-komponen pendukungnya. Agar terjadi persamaan persepsi antara peneliti dengan responden, dalam


(51)

menentukan komponen-komponen dilakukan pula pendefinisian masing-masing komponen.

2. Membuat struktur hirarki dari sudut pandang manajemen secara menyeluruh Setelah diketahui komponen-komponen dari fokus analisis, kemudian dilakukan pembuatan hirarki yang ditujukan agar diperoleh tingkatan-tingkatan analisis. Pada fokus identifikasi permasalahan tersusun beberapa tingkatan seperti tingkat 2 adalah kriteria kegiatan, tingkat 3 adalah permasalahan, tingkat 4 merupakan faktor penyebab, tingkat 5 sub faktor penyebab dan tingkat 6 adalah jenis penyebab. Tidak ada aturan khusus dalam menyusun suatu model sistem hirarki ini, juga tidak terdapat batasan tertentu mengenai jumlah tingkatan struktur keputusan yang terstratifikasi dan elemen pada setiap tingkat keputusan. Abstraksi struktur hirarki dari permasalahan mutu di CV Bimandiri dapat dilihat pada Gambar 2.


(52)

Gambar 2. Abstraksi Struktur Hirarki Permasalahan Penerapan Manajemen Mutu Terpadu

3. Menyusun matriks banding berpasangan

Matriks banding berpasangan adalah matriks yang memperbandingkan bobot unsur dalam suatu hirarki dengan unsur-unsur dalam hirarki diatasnya. Matriks ini disusun sesuai dengan tujuan penelitian dan struktur hirarki analisa. Matriks ini dimulai dari puncak hirarki untuk fokus identifikasi permasalahan sebagai dasar untuk melakukan perbandingan berpasangan antar variabel yang terkait yang ada dibawahnya.

4. Mengumpulkan semua pertimbangan yang diperlukan dari hasil melakukan pembandingan berpasangan antar variabel pada langkah 3.

Permasalahan Manajemen Mutu

Tingkat 1 Fokus

Tingkat 2 Kegiatan

F2

F1 F3

O2

O1 O3

A3 A2 A1 Tingkat 4 Faktor Penyebab Tingkat 3 Permasalahan

O1 O1

Tingkat 6 Jenis Penyebab

O1 O1

O1

Tingkat 5 Sub Faktor Penyebab


(53)

Langkah keempat adalah melakukan pembandingan berpasangan antara setiap elemen pada kolom ke-I dengan setiap elemen pada baris ke-j, yang berhubungan dengan fokus G. Pembandingan berpasangan antar elemen tersebut dilakukan dengan dasar pertanyaan sebagai berikut : seberapa besar/kuat elemen ke-i berkontribusi, mendominasi, mempengaruhi, memenuhi, atau menguntungkan terhadap fokus G dibandingkan dengan elemen kolom ke-j.

Bila elemen-elemen yang diperbandingkan merupakan suatu sifat yang dipengaruhi oleh fokus G, maka dasar pembandingan adalah dengan pertanyaan : Seberapa kuat elemen baris ke-i didominasi atau dipengaruhi,

dipenuhi, diuntungkan oleh fokus G, dibandingkan dengan kolom ke-j?. Bila

elemen-elemen yang diperbandingkan merupakan suatu peluang atau waktu maka dasar pertanyaan untuk pembandingannya adalah : seberapa lebih mungkin suatu elemen baris ke-i dibandingkan dengan elemen kolom ke-j, sehubungan dengan fokus G.

Angka-angka dalam tabel 4 menggambarkan relatif pentingnya suatu elemen dibandingkan dengan elemen lainnya sehubungan dengan sifat atau kriteria tertentu. Pengisian dilakukan diatas garis diagonal matriks dari kiri atas ke kanan bawah.

5. Memasukkan nilai-nilai kebalikannya beserta bilangan satu (1) sepanjang diagonal utama.

Angka-angka 1 sampai 9 digunakan bila F1 lebih mendominasi atau mempengaruhi sifat G dibandingkan dengan F2. Sedangkan bila F1 kurang mendominasi atau mempengaruhi identifikasi masalah dibandingkan F2,


(54)

maka digunakan angka kebalikannya. Matriks di bawah garis diagonal utama diisi dengan nilai kebalikannya. Contoh, bila elemen F12 memiliki nilai 8, maka F21 adalah 1/8.

6. Melakukan langkah-langkah 3, 4, dan 5 untuk semua tingkat dan gugusan dalam hirarki tersebut.

Pembandingan dilanjutkan untuk semua pada setiap tingkat keputusan yang terbatas pada hirarki, berkenaan dengan kriteria elemen diatasnya. Matriks pembandingan dalam model PHA dibedakan menjadi Matriks Pendapat Individu (MPI) dan Matriks Pendapat Gabungan (MPG). MPI merupakan matriks hasil pembandingan yang dilakukan individu tentang pentingnya suatu elemen dibanding elemen lainnya dihubungkan dengan elemen-elemen pada tingkat hirarki diatasnya dalam suatu hirarki keputusan tertentu. Sedangkan, MPG adalah matriks bentukan baru yang elemennya merupakan rata-rata geometrik pendapat-pendapat individu.


(55)

Tabel 4. Skala Banding Berpasangan untuk Pengisian Matriks Pembanding Berpasangan.

Nilai Skala Definisi Penjelasan

1 Kedua elemen sama

petingnya

Dua elemen mempengaruhi sama kuat pada sifat itu

3 Elemen yang satu sedikit

lebih penting dari yang lainnya

Pengalaman atau pertimbangan sedikit menyokong satu elemen atas lainnya

5 Elemen yang satu jelas

lebih penting/esensial dibandingkan elemen lainnya

Pengalaman atau pertimbangan dengan kuat menyokong satu elemen atas elemen lainnya

7 Satu elemen sangat jelas

lebih penting dibandingkan dengan elemen lainnya

Satu elemen dengan kuat disokong dan didominasinya terlihat dalam praktek

9 Satu elemen mutlak lebih

penting dibandingkan elemen lainnya

Sokongan elemen yang satu atas yang lain terbukti memiliki tingkat penegasan tertinggi 2,4,6,8 Nilai-nilai diantara dua

pertimbangan diatas

Kompromi diperlukan diantara dua pertimbangan

Kebalikan nilai-nilai diatas

Bila nilai-nilai diatas dianggap membandingkan antara elemen A dan B, maka nilai-nilaik kebalikan (1/2, 1/3, 1/4 , 1/5,…., 1/9) digunakan untuk membandingkan kepentingan/peranan B terhadap A.

Sumber : Saaty, 1993.

Intensitas pentingnya suatu elemen dibanding elemen lainnya berkenaan dengan sifat diatasnya yang terdapat dalam MPOI dapat diubah-ubah oleh individu yang bersangkutan hingga diperoleh suatu hasil perbandingan yang memuaskan. Kesahihan pendapat ini tergantung sepenuhnya pada pemahaman dan pengertian individu yang bersangkutan terhadap sistem secara keseluruhan untuk menghasilkan pembandingan antar elemen yang memenuhi persyaratan rasio inkonsistensi.


(56)

Elemen MPI (Aij) disimbolkan dengan aij, yakni elemen pada baris ke-i dan kolom ke-j. MPI tersebut dapat diilustrasikan seperti pada Tabel 5.

Tabel 5. Ilustrasi Matriks Pendapat Individu (MPI)

G A1 A2 A3. .An A1 a11 a12 a13 …… a1n A2 a21 a22 a23 ……. a2n A3 a31 a32 a33 ……. a3n An an1 an2 a n3 …… ann Sumber : Saaty, 1993

MPG dibentuk setelah MPI-MPI terisi. Pendapat-pendapat individu yang dijadikan sebagai elemen MPG harus memenuhi persyaratan rasio inkonsistensi kurang dari sepuluh persen (RK < 0,1) dan setiap elemen pada ke-i dan kolom ke-j yang sama dari MPI yang satu dengan MPI yang lainnya tidak terjadi konflik. Apabila terdapat MPI yang tidak memenuhi persyaratan Rasio Konsistensi ini, maka MPI tidak diikutkan dalam analisis. Demikian pula bila terdapat elemen dalam MPG yang memberikan indikasi terjadinya konflik, maka elemen tersebut tidak diikutkan dalam analisis. Persyaratan MPG yang bebas dari konflik adalah :

1. Pendapat masing-masing individu pada baris dan kolom yang sama memiliki selisih kurang dari empat satuan antara nilai dari pendapat individu yang tertinggi dengan nilai yang terendah; dan

2. Tidak terdapat angka kebalikan (resipokal) pada baris dan kolom yang sama.

Elemen MPG (gij) disimbolkan dengan gij, yakni elemen pada baris ke-i dan kolom ke-j. MPG dapat dilihat pada contoh berikut (Tabel 6).


(57)

Tabel 6. Ilustrasi Matriks Pendapat Gabungan (MPG)

G G1 G2 G3. .Gn G1 g11 g12 g13 …… g1n G2 g21 g22 g23 ……. g2n G3 g 31 g32 g33 ……. g3n . . . . . . . . . . Gn a n1 an2 a n3 …… ann Sumber : Saaty, 1993

Rumus matematika yang digunakan untuk memperoleh rata-rata geometrik adalah :

( )

m m k aij Gij

= = 1

dimana : gij = variabel MPG baris ke-i kolom ke-j

(aij)k = variabel baris ke-I kolom ke-k dari MPI ke-k

k = indeks MPI dari individu ke-k yang memenuhi persyaratan

m = jumlah MPI yang memenuhi persyaratan

m

m k

=1

= perkalian dari elemen ke-i sampai ke-m

7. Mensintesis prioritas untuk melakukan pembobotan vektor-vektor prioritas Pengolahan matriks pendapat terdiri dari dua tahap yaitu : (1) pengolahan horizontal, (2) pengolahan vertikal. Kedua jenis pengolahan tersebut dapat dilakukan untuk MPI maupun MPG. Pengolahan vertikal dilakukan setelah MPI dan MPG diolah secara horizontal, dimana MPI atau MPG harus memenuhi persyaratan inkonsistensi.

Pengolahan horizontal dapat dilakukan setelah MPI atau MPG yang akan diolah telah siap dan lengkap dengan elemennya. Pengolahan horizontal


(58)

terdiri dari tiga bagian yaitu : (1) penentuan Vektor Eigen atau disebut Vektor Prioritas, (2) uji konsistensi, (3) revisi pendapat MPI atau MPG yang memiliki Rasio Inkonsistensi yang tinggi.

Pengolahan vertikal dilakukan untuk menyusun prioritas pengaruh setiap elemen pada tingkat hirarki keputusan tertentu terhadap sasaran utama atau fokus. Hasil akhir dari pengolahan ini merupakan bobot prioritas pengaruh setiap elemen pada tingkat hirarki keputusan paling bawah terhadap sasaran utama.

8. Mengevaluasi inkonsistensi untuk seluruh hirarki

Langkah terakhir mengevaluasi inkonsistensi dengan mengalihkan setiap indeks inkonsistensi dengan prioritas kriteria bersangkutan dan menjumlahkan hasil kalinya. Hasil ini dibagi pernyataan sejenis yang menggunakan indeks inkonsistensi acak yang sesuai dengan dimensi masing-masing matriks.

Dengan cara yang sama pada setiap indeks inkonsistensi acak juga dibobot berdasarkan prioritas kriteria yang bersangkutan, dan hasilnya dijumlahkan. Untuk memperoleh hasil yang baik, Rasio Inkonsistensi hirarki harus bernilai kurang dari atau sama dengan 10 persen.

Metode PHA dalam penelitian ini digunakan untuk menganalisis permasalahan-permasalahan di CV Bimandiri dalam penerapan manajemen mutu, faktor-faktor yang mempengaruhi permasalahan tersebut dan jenis penyebab yang terjadi di perusahaan.


(59)

Konsep Identifikasi Permasalahan di CV Bimandiri

Penelitian ini diawali dengan melakukan studi pustaka untuk mempersiapkan kerangka awal penelitian yang berupa identifikasi permasalahan. Pada tahap selanjutnya, hal pertama yang diidentifikasi adalah kegiatan yang menjadi sumber permasalahan tersebut. Identifikasi tersebut dilakukan dengan cara mengumpulkan data dan informasi melalui wawancara dengan pihak perusahaan yang terkait langsung dan benar-benar mengetahui permasalahan di perusahaan.

Berdasarkan data dan informasi yang telah terkumpul selanjutnya dibuat struktur hirarki. Dalam penyusunan hirarki ini informasi yang diperoleh dari hasil wawancara pertama perlu direvisi kembali dengan mempelajari literatur untuk memperkaya ide atau berdiskusi dengan pihak yang paling berkompeten dan mengetahui tentang proses penyusunan hirarki dengan harapan dapat memperoleh konsep yang relevan dengan permasalahan. Fokus dalam tahap ini adalah menentukan permasalahan dalam manajemen mutu yang dipergunakan dalam membentuk sistem hirarki.

Struktur hirarki yang telah disusun menjadi dasar untuk pembuatan kuesioner yang diberikan kepada responden. Sebuah struktur hirarki yang telah disusun dengan elemen-elemennya menjadi tidak akan berarti tanpa nilai atau bobot yang menyertainya. Oleh karena itu, metode PHA diperlukan untuk menentukan bobot elemen pada level dibawahnya. Pada tahap ini data hasil (kuesioner) yang telah diberi pembobotan, kemudian diolah dengan menggunakan program komputer “Expert Choice Version 2000”.


(60)

Hasil Pengolahan tersebut, maka kita dapat melihat rasio konsistensinya. Apabila rasio konsistensinya tidak memenuhi syarat, yaitu kurang dari 10 persen maka perlu dilakukan revisi pendapat. Revisi pendapat tersebut dilakukan dengan melakukan wawancara kembali kepada pihak perusahaan, sedangkan apabila rasio konsistensinya sudah memenuhi syarat maka diperoleh prioritas permasalahan dalam penerapan manajemen mutu di CV Bimandiri. Diagram alir metode PHA dalam menganalisis permasalahan manajemen mutu terpadu di CV Bimandiri dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Diagram Alir Metode PHA dalam Menganalisis Permasalahan Manajemen Mutu Terpadu di CV Bimandiri

Revisi Pendapat

Ya

Tidak Rasio

Konsistensi (CR) Memenuhi

Syarat

Pengumpulan data dan informasi dari pihak perusahaan

Penyusunan Struktur Hirarki Permasalahan di CV Bimandiri

Penyususnan & Pengisian Kuesioner Permasalahan di CV Bimandiri

Penyusunan Matriks Gabungan di CV Bimandiri

Diperoleh prioritas permasalahan di CV


(61)

V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

5.1. Sejarah Perusahaan

CV Bimandiri merupakan sebuah perusahaan berbentuk Commanditer Venootschap (CV) yang bergerak dalam bidang supplier sayuran. CV Bimandiri ini awalnya didirikan oleh lima orang alumnus Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran (UNPAD) pada bulan Maret 1993, yang berkantor di Jalan Batik Unit no 15 Bandung. Kegiatan awal yaitu melakukan pengiriman sayuran ke kafe kintamani.

Pada tahun 1997 CV Bimandiri menjalin hubungan mitra bisnis dengan supermarket Matahari Cirebon, Cilegon, Tasikmalaya dan beberapa tempat di Jakarta seperti Pondok Gede, Arion Plaza, Cipulir, King Harco, dan Pasar Baru. Pada Tahun yang sama CV Bimandiri bergabung dengan Triple A selama satu tahun dan berhasil mendapat proyek di walmart, yaitu perusahaan Amerika yang memesan sayuran dalam kapasitas yang cukup besar. Terjadinya kerusuhan di Jakarta pada tahun 1998 mengakibatkan terbakarnya walmart, membuat CV Bimandiri goyah dan sempat bangkrut. Akhirnya CV Bimandiri tidak menjalin mitra lagi dengan Triple A.

Pada tahun 1998, CV Bimandiri dinyatakan resmi menjalin hubungan dengan Carrefour Hypermart Indonesia yang merupakan perusahaan Perancis, sedangkan untuk pengiriman ke supermarket Cirebon dan Jakarta ditangani oleh Bina Cipta.

Seiring dengan perkembangan Carrefour di Indonesia pada tahun 2000 CV Bimandiri berhasil mengembangkan pasar di lingkungan Carrefour, yaitu seperti


(62)

di Mega Mall Pluit, Cempaka Mas, Festival Kuningan, Duta Merlin, MT Haryono, Ratu Plaza, Ambassador, Puri Indah, dan Lebak Bulus.

5.2. Struktur Organisasi

Sruktur organisasi merujuk kepada cara dimana kegiatan sebuah organisasi dibagi, diorganisasikan dan dikoordinasikan yang digambarkan dengan bagan organisasi CV Bimandiri. Hubungan kerja antara pimpinan dan karyawan lebih cenderung ke arah hubungan yang informal sehingga terjalin hubungan kekeluargaan diantara keduanya.

Pada Lampiran 1 disajikan bagan struktur organisasi CV Bimandiri. Dalam pelaksanaan kegiatannya, CV Bimandiri dipimpin oleh seorang Direktur. Direktur ini merupakan pimpinan tunggal yang bertanggung jawab terhadap seluruh pelaksanaan kegiatan dan menjadi pengambil keputusan. Direktur ini membawahi karyawan dari tiga bagian, yaitu bagian operasional, bagian keuangan dan administrasi dan bagian research dan project coord. Bagian operasional membawahi purchasing, processing dan distribusi, sedangkan bagian keuangan membawahi bagian keuangan dan akuntansi, serta SDM. Tugas dan wewenang masing-masing bagian pada perusahaan ini adalah sebagai berikut :

1. General Manajer Operasional

GM Operasional ini mempunyai tugas :

a. Mengkoordinasikan seluruh kegiatan purchasing, processing,

distribution.

b. Memelihara pasar untuk menjaga omzet penjualan.


(63)

d. Bertanggung jawab dalam pencapaian target yang telah ditetapkan perusahaan dalam bidang operasional

e. Analisa data dari kegiatan operasional purchasing, processing,

distribution, dan marketing.

f. Bertanggung jawab kepada Direktur dan menerima tanggung jawab dari manajer purchasing, processing dan distribusi, dan administrasi operasional.

General manajer operasional dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh manajer bagian purchasing dan manajer processing serta distribusi.

Manajer purchasing, memiliki tugas : 1. Membuat perencanaan pembelian 2. Membuat prediksi order ke supplier 3. Membuat analisa pembelian

4. Melakukan analisa harga bahan baku

Manajer prochasing dan distribusi, memiliki tugas :

1. Membuat perencanaan dan anggaran dalam bidang processing dan distribusi

2. Membuat standarisasi dan kontrol kualitas 3. Bertanggung jawab terhadap pencapaian target

4. Membuat analisa : westage, tenaga kerja, pemakaian bahan kemas. 2. General Manajer Keuangan dan Administrasi Umum

GM Keuangan dan Administrasi Umum mempunyai tugas :

a. Mengkoordinasikan seluruh kegiatan keuangan, akunting, personalia dan administrasi umum.


(1)

ANALISIS MANAJEMEN MUTU TERPADU PADA PERUSAHAAN

DISTRIBUTOR SAYURAN CV BIMANDIRI LEMBANG

JAWA BARAT

Oleh

DIAN EKA SRI SUGIHARTI

A14102519

Skripsi

Sebagai Bagian Persyaratan untuk Memperoleh Gelar

SARJANA PERTANIAN

Pada

Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor

PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2005


(2)

PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Dengan ini menyatakan skripsi yang disusun oleh: Nama : Dian Eka Sri Sugiharti

NRP : A 14102519

Program Studi : Ekstensi Manajemen Agribisnis

Judul : Analisis Manajemen Mutu Terpadu Pada Perusahaan Distributor Sayuran CV Bimandiri Lembang Jawa Barat. Dapat diterima sebagai salah satu syarat kelulusan pada Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Menyetujui

Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP : 131 415 082

Mengetahui

Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Supiandi Sabiham, M.Agr NIP : 130 422 698


(3)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR MERUPAKAN HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI SKRIPSI PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, Desember 2005

Dian Eka Sri Sugiharti A 14102519


(4)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Sumedang pada tanggal 26 Juni 1981 dari keluarga Bapak Drs. H. Nana Sukmana. A dan Ibu Hj. U. Yati Rohayati. Penulis adalah anak pertama dari dua bersaudara.

Pendidikan yang ditempuh penulis adalah lulus dari SDN Ambit Situraja, Sumedang pada tahun 1993. Pendidikan Menegah penulis ditempuh di SMPN I Situraja, Sumedang dan lulus pada tahun 1996. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di SMUN I Situraja, Sumedang dan lulus pada tahun 1999. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan ke jenjang Perguruan Tinggi pada program Diploma III Manajemen Agribisnis Universitas Padjadjaran Bandung dan lulus pada tahun 2002.

Pada tahun 2002 penulis melanjutkan studi ke jenjang S1 pada program Sarjana Ekstensi Manajemen agribisnis, Departemen Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.


(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis

Manajemen Mutu terpadu Pada Perusahaan Distributor sayuran CV Bimandiri Lembang, Jawa Barat sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Pertanian pada Program Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas

Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Penerapan manajemen mutu terpadu pada perusahaan perlu dilakukan agar

dapat bersaing dengan perusahaan lain baik pada tingkat lokal, wilayah dan

nasional tetapi juga di tingkat internasional. Sehingga perusahaan-perusahaan

yang mampu bertahan adalah perusahaan yang memiliki daya saing tinggi, tidak

hanya aspek harga tetapi juga aspek keunggulan mutu. Penulis harapkan skripsi

ini dapat memberikan informasi dalam langkah-langkah pengambilan keputusan oleh perusahaan yang bergerak dalam distributor sayuran agar dapat bersaing di

pasar.

Terima kasih penulis ucapkan bagi semua pihak atas dukungan yang telah

diberikan hingga skripsi ini selesai ditulis. Akhir kata semoga skripsi ini

bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Bogor, Desember 2005.


(6)

UCAPAN TERIMA KASIH

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT penulis panjatkan, berkat rahmat dan karunianya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Dalam penulisan

skripsi ini penulis mencoba menghasilkan sesuatu yang berguna bagi pihak-pihak yang membutuhkan. Skripsi ini dapat terselesaikan karena adanya bantuan dari

berbagai pihak. Maka dari itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada :

1. Orang tua tercinta yang tak henti-hentinya memberikan dukungan do’a dan

materi, serta kasih sayang yang tak mungkin terbalas. Adikku terima kasih

atas dukungan yang diberikan selama ini.

2. Bapak Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS selaku dosen pembimbing yang telah

meluangkan waktu, menuntun, mengarahkan dan membimbing penulis

dengan sabar dalam menyelesaikan skripsi.

3. Dr. Ir. Eka Intan Kumala Putri, MS selaku dosen evaluator kolokium yang

telah memberikan koreksi, masukan dan saran bagi penulis.

4. Dr. Ir. Heny K. S. Daryanto M.Ec selaku dosen penguji utama, atas masukan

dan sarannya dalam perbaikan skripsi ini.

5. Ir. Murdianto, MS selaku dosen penguji komisi pendidikan atas masukan dan

sarannya dalam perbaikan skripsi ini.

6. Sahabat-sahabatku Rina, Ega, Meydi, Feri, elis, Neni terima kasih atas

persahabatan selama ini dan dorongannya dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Teman-teman terbaikku Sarah, Farid, QQ. Terima kasih atas dukungannya