jawaban responden adalah 22 kemudian hasil total skor responden dibandingkan dengan total skor maksimum. Adapun perhitungannya adalah sebagai berikut :
Skor = 22 x100 = 55 40
Pada perhitungan di atas, setelah skor dibandingkan selanjutnya di kali 100 . Tujuannya adalah agar persentase yang dihasilkan dari perhitungan berada
pada standar yang sama, yakni dalam skala 100 persen dan juga agar dapat dibandingkan.
Pengolahan terhadap data ini akan dilakukan secara komputerisasi dengan menggunakan software excell. Hasil yang diperoleh, diantaranya berupa nilai
persentase yang menunjukkan seberapa besar nilai unsur terhadap usaha peningkatan mutu sayuran.
4.4.2. Proses Hirarki Analitik
Analisis PHA dalam penelitian ini digunakan untuk menganalisis permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh perusahaan dalam penerapan
manajemen mutu. Menurut Saaty 1993 langkah-langkah utama dalam analisis metode PHA secara umum dibagi dalam delapan langkah yaitu :
1. Mendefinisikan permasalahan dan merinci pemecahan yang diinginkan Fokus dari analisis ini adalah identifikasi permasalahan penerapan
manajemen mutu di CV Bimandiri. Untuk mengetahuinya dapat dilakukan dengan cara wawancara dengan responden. Setelah ditentukan fokus
analisis, kemudian ditentukan komponen-komponen pendukungnya. Agar terjadi persamaan persepsi antara peneliti dengan responden, dalam
menentukan komponen-komponen dilakukan pula pendefinisian masing- masing komponen.
2. Membuat struktur hirarki dari sudut pandang manajemen secara menyeluruh Setelah diketahui komponen-komponen dari fokus analisis, kemudian
dilakukan pembuatan hirarki yang ditujukan agar diperoleh tingkatan- tingkatan analisis. Pada fokus identifikasi permasalahan tersusun beberapa
tingkatan seperti tingkat 2 adalah kriteria kegiatan, tingkat 3 adalah permasalahan, tingkat 4 merupakan faktor penyebab, tingkat 5 sub faktor
penyebab dan tingkat 6 adalah jenis penyebab. Tidak ada aturan khusus dalam menyusun suatu model sistem hirarki ini, juga tidak terdapat batasan
tertentu mengenai jumlah tingkatan struktur keputusan yang terstratifikasi dan elemen pada setiap tingkat keputusan. Abstraksi struktur hirarki dari
permasalahan mutu di CV Bimandiri dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Abstraksi Struktur Hirarki Permasalahan Penerapan Manajemen Mutu Terpadu
3. Menyusun matriks banding berpasangan Matriks banding berpasangan adalah matriks yang memperbandingkan
bobot unsur dalam suatu hirarki dengan unsur-unsur dalam hirarki diatasnya. Matriks ini disusun sesuai dengan tujuan penelitian dan struktur hirarki
analisa. Matriks ini dimulai dari puncak hirarki untuk fokus identifikasi permasalahan sebagai dasar untuk melakukan perbandingan berpasangan
antar variabel yang terkait yang ada dibawahnya. 4. Mengumpulkan semua pertimbangan yang diperlukan dari hasil melakukan
pembandingan berpasangan antar variabel pada langkah 3. Permasalahan Manajemen Mutu
Tingkat 1 Fokus
Tingkat 2 Kegiatan
F
2
F
1
F
3
O
2
O
1
O
3
A
3
A
2
A
1
Tingkat 4 Faktor
Penyebab Tingkat 3
Permasalahan
O
1
O
1
Tingkat 6 Jenis
Penyebab
O
1
O
1
O
1
Tingkat 5 Sub Faktor
Penyebab
Langkah keempat adalah melakukan pembandingan berpasangan antara setiap elemen pada kolom ke-I dengan setiap elemen pada baris ke-j, yang
berhubungan dengan fokus G. Pembandingan berpasangan antar elemen tersebut dilakukan dengan dasar pertanyaan sebagai berikut : seberapa
besarkuat elemen ke-i berkontribusi, mendominasi, mempengaruhi, memenuhi, atau menguntungkan terhadap fokus G dibandingkan dengan
elemen kolom ke-j. Bila elemen-elemen yang diperbandingkan merupakan suatu sifat yang
dipengaruhi oleh fokus G, maka dasar pembandingan adalah dengan pertanyaan : Seberapa kuat elemen baris ke-i didominasi atau dipengaruhi,
dipenuhi, diuntungkan oleh fokus G, dibandingkan dengan kolom ke-j? . Bila
elemen-elemen yang diperbandingkan merupakan suatu peluang atau waktu maka dasar pertanyaan untuk pembandingannya adalah : seberapa lebih
mungkin suatu elemen baris ke-i dibandingkan dengan elemen kolom ke-j, sehubungan dengan fokus G.
Angka-angka dalam tabel 4 menggambarkan relatif pentingnya suatu elemen dibandingkan dengan elemen lainnya sehubungan dengan sifat atau kriteria
tertentu. Pengisian dilakukan diatas garis diagonal matriks dari kiri atas ke kanan bawah.
5. Memasukkan nilai-nilai kebalikannya beserta bilangan satu 1 sepanjang diagonal utama.
Angka-angka 1 sampai 9 digunakan bila F
1
lebih mendominasi atau mempengaruhi sifat G dibandingkan dengan F
2
. Sedangkan bila F
1
kurang mendominasi atau mempengaruhi identifikasi masalah dibandingkan F
2
,
maka digunakan angka kebalikannya. Matriks di bawah garis diagonal utama diisi dengan nilai kebalikannya. Contoh, bila elemen F
12
memiliki nilai 8, maka F
21
adalah 18. 6. Melakukan langkah-langkah 3, 4, dan 5 untuk semua tingkat dan gugusan
dalam hirarki tersebut. Pembandingan dilanjutkan untuk semua pada setiap tingkat keputusan yang
terbatas pada hirarki, berkenaan dengan kriteria elemen diatasnya. Matriks pembandingan dalam model PHA dibedakan menjadi Matriks Pendapat
Individu MPI dan Matriks Pendapat Gabungan MPG. MPI merupakan matriks hasil pembandingan yang dilakukan individu tentang pentingnya
suatu elemen dibanding elemen lainnya dihubungkan dengan elemen-elemen pada tingkat hirarki diatasnya dalam suatu hirarki keputusan tertentu.
Sedangkan, MPG adalah matriks bentukan baru yang elemennya merupakan rata-rata geometrik pendapat-pendapat individu.
Tabel 4. Skala Banding Berpasangan untuk Pengisian Matriks Pembanding Berpasangan.
Nilai Skala Definisi
Penjelasan
1 Kedua elemen sama
petingnya Dua elemen mempengaruhi
sama kuat pada sifat itu 3
Elemen yang satu sedikit lebih penting dari yang
lainnya Pengalaman atau pertimbangan
sedikit menyokong satu elemen atas lainnya
5 Elemen yang satu jelas
lebih pentingesensial dibandingkan elemen
lainnya Pengalaman atau pertimbangan
dengan kuat menyokong satu elemen atas elemen lainnya
7 Satu elemen sangat jelas
lebih penting dibandingkan dengan
elemen lainnya Satu elemen dengan kuat
disokong dan didominasinya terlihat dalam praktek
9 Satu elemen mutlak lebih
penting dibandingkan elemen lainnya
Sokongan elemen yang satu atas yang lain terbukti memiliki
tingkat penegasan tertinggi
2,4,6,8 Nilai-nilai diantara dua
pertimbangan diatas Kompromi diperlukan diantara
dua pertimbangan Kebalikan
nilai-nilai diatas
Bila nilai-nilai diatas dianggap membandingkan antara elemen A dan B, maka nilai-nilaik kebalikan 12, 13, 14 ,
15,…., 19 digunakan untuk membandingkan kepentinganperanan B terhadap A.
Sumber : Saaty, 1993. Intensitas pentingnya suatu elemen dibanding elemen lainnya berkenaan dengan
sifat diatasnya yang terdapat dalam MPOI dapat diubah-ubah oleh individu yang bersangkutan hingga diperoleh suatu hasil perbandingan yang memuaskan.
Kesahihan pendapat ini tergantung sepenuhnya pada pemahaman dan pengertian individu yang bersangkutan terhadap sistem secara keseluruhan untuk
menghasilkan pembandingan antar elemen yang memenuhi persyaratan rasio inkonsistensi.
Elemen MPI Aij disimbolkan dengan aij, yakni elemen pada baris ke-i dan kolom ke-j. MPI tersebut dapat diilustrasikan seperti pada Tabel 5.
Tabel 5. Ilustrasi Matriks Pendapat Individu MPI
G A
1
A
2
A
3
. .A
n
A
1
a
11
a
12
a
13 ……
a
1n
A
2
a
21
a
22
a
23 …….
a
2n
A
3
a
31
a
32
a
33 …….
a
3n
A
n
a
n1
a
n2
a
n3 ……
a
nn
Sumber : Saaty, 1993 MPG dibentuk setelah MPI-MPI terisi. Pendapat-pendapat individu yang
dijadikan sebagai elemen MPG harus memenuhi persyaratan rasio inkonsistensi kurang dari sepuluh persen RK 0,1 dan setiap elemen pada
ke-i dan kolom ke-j yang sama dari MPI yang satu dengan MPI yang lainnya tidak terjadi konflik. Apabila terdapat MPI yang tidak memenuhi
persyaratan Rasio Konsistensi ini, maka MPI tidak diikutkan dalam analisis. Demikian pula bila terdapat elemen dalam MPG yang memberikan indikasi
terjadinya konflik, maka elemen tersebut tidak diikutkan dalam analisis. Persyaratan MPG yang bebas dari konflik adalah :
1. Pendapat masing-masing individu pada baris dan kolom yang sama memiliki selisih kurang dari empat satuan antara nilai dari pendapat
individu yang tertinggi dengan nilai yang terendah; dan 2. Tidak terdapat angka kebalikan resipokal pada baris dan kolom yang
sama. Elemen MPG gij disimbolkan dengan gij, yakni elemen pada baris ke-i
dan kolom ke-j. MPG dapat dilihat pada contoh berikut Tabel 6.
Tabel 6. Ilustrasi Matriks Pendapat Gabungan MPG
G G
1
G
2
G
3
. .G
n
G
1
g
11
g
12
g
13 ……
g
1n
G
2
g
21
g
22
g
23 …….
g
2n
G
3
g
31
g
32
g
33 …….
g
3n
. . . . . . . . . .
G
n
a
n1
a
n2
a
n3 ……
a
nn
Sumber : Saaty, 1993 Rumus matematika yang digunakan untuk memperoleh rata-rata geometrik
adalah :
m m
k
aij Gij
∏
=
=
1
dimana : g
ij
= variabel MPG baris ke-i kolom ke-j a
ij
k = variabel baris ke-I kolom ke-k dari MPI ke-k k = indeks MPI dari individu ke-k yang memenuhi
persyaratan m = jumlah MPI yang memenuhi persyaratan
m m
k
∏
=1
= perkalian dari elemen ke-i sampai ke-m 7. Mensintesis prioritas untuk melakukan pembobotan vektor-vektor prioritas
Pengolahan matriks pendapat terdiri dari dua tahap yaitu : 1 pengolahan horizontal, 2 pengolahan vertikal. Kedua jenis pengolahan tersebut dapat
dilakukan untuk MPI maupun MPG. Pengolahan vertikal dilakukan setelah MPI dan MPG diolah secara horizontal, dimana MPI atau MPG harus
memenuhi persyaratan inkonsistensi. Pengolahan horizontal dapat dilakukan setelah MPI atau MPG yang akan
diolah telah siap dan lengkap dengan elemennya. Pengolahan horizontal
terdiri dari tiga bagian yaitu : 1 penentuan Vektor Eigen atau disebut Vektor Prioritas, 2 uji konsistensi, 3 revisi pendapat MPI atau MPG yang
memiliki Rasio Inkonsistensi yang tinggi. Pengolahan vertikal dilakukan untuk menyusun prioritas pengaruh setiap
elemen pada tingkat hirarki keputusan tertentu terhadap sasaran utama atau fokus. Hasil akhir dari pengolahan ini merupakan bobot prioritas pengaruh
setiap elemen pada tingkat hirarki keputusan paling bawah terhadap sasaran utama.
8. Mengevaluasi inkonsistensi untuk seluruh hirarki Langkah terakhir mengevaluasi inkonsistensi dengan mengalihkan setiap
indeks inkonsistensi dengan prioritas kriteria bersangkutan dan menjumlahkan hasil kalinya. Hasil ini dibagi pernyataan sejenis yang
menggunakan indeks inkonsistensi acak yang sesuai dengan dimensi masing-masing matriks.
Dengan cara yang sama pada setiap indeks inkonsistensi acak juga dibobot berdasarkan prioritas kriteria yang bersangkutan, dan hasilnya dijumlahkan.
Untuk memperoleh hasil yang baik, Rasio Inkonsistensi hirarki harus bernilai kurang dari atau sama dengan 10 persen.
Metode PHA dalam penelitian ini digunakan untuk menganalisis permasalahan-permasalahan di CV Bimandiri dalam penerapan manajemen mutu,
faktor-faktor yang mempengaruhi permasalahan tersebut dan jenis penyebab yang terjadi di perusahaan.
Konsep Identifikasi Permasalahan di CV Bimandiri
Penelitian ini diawali dengan melakukan studi pustaka untuk mempersiapkan kerangka awal penelitian yang berupa identifikasi permasalahan.
Pada tahap selanjutnya, hal pertama yang diidentifikasi adalah kegiatan yang menjadi sumber permasalahan tersebut. Identifikasi tersebut dilakukan dengan
cara mengumpulkan data dan informasi melalui wawancara dengan pihak perusahaan yang terkait langsung dan benar-benar mengetahui permasalahan di
perusahaan. Berdasarkan data dan informasi yang telah terkumpul selanjutnya dibuat
struktur hirarki. Dalam penyusunan hirarki ini informasi yang diperoleh dari hasil wawancara pertama perlu direvisi kembali dengan mempelajari literatur untuk
memperkaya ide atau berdiskusi dengan pihak yang paling berkompeten dan mengetahui tentang proses penyusunan hirarki dengan harapan dapat memperoleh
konsep yang relevan dengan permasalahan. Fokus dalam tahap ini adalah menentukan permasalahan dalam manajemen mutu yang dipergunakan dalam
membentuk sistem hirarki. Struktur hirarki yang telah disusun menjadi dasar untuk pembuatan
kuesioner yang diberikan kepada responden. Sebuah struktur hirarki yang telah disusun dengan elemen-elemennya menjadi tidak akan berarti tanpa nilai atau
bobot yang menyertainya. Oleh karena itu, metode PHA diperlukan untuk menentukan bobot elemen pada level dibawahnya. Pada tahap ini data hasil
kuesioner yang telah diberi pembobotan, kemudian diolah dengan menggunakan program komputer “Expert Choice Version 2000”.
Hasil Pengolahan tersebut, maka kita dapat melihat rasio konsistensinya. Apabila rasio konsistensinya tidak memenuhi syarat, yaitu kurang dari 10 persen
maka perlu dilakukan revisi pendapat. Revisi pendapat tersebut dilakukan dengan melakukan wawancara kembali kepada pihak perusahaan, sedangkan apabila rasio
konsistensinya sudah memenuhi syarat maka diperoleh prioritas permasalahan dalam penerapan manajemen mutu di CV Bimandiri. Diagram alir metode PHA
dalam menganalisis permasalahan manajemen mutu terpadu di CV Bimandiri dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Diagram Alir Metode PHA dalam Menganalisis Permasalahan Manajemen Mutu Terpadu di CV Bimandiri
Revisi Pendapat
Ya Tidak
Rasio Konsistensi CR
Memenuhi Syarat
Pengumpulan data dan informasi dari pihak perusahaan
Penyusunan Struktur Hirarki Permasalahan di CV Bimandiri
Penyususnan Pengisian Kuesioner Permasalahan di CV Bimandiri
Penyusunan Matriks Gabungan di CV Bimandiri
Diperoleh prioritas permasalahan di CV
Bimandiri
V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN