78
keefektifan adalah 17,3 . Dengan demikian hipotesis nol Ho yang menyatakan bahwa “Pembelajaran keterampilan berbicara bahasa Jerman peserta didik kelas XI
IPS SMA N 2 Wates Kulonprogo antara yang diajar dengan teknik Rollenspiel sama
efektifnya dengan yang diajar menggunakan teknik konvensional ditolak. Adapun
hipotesis menyatakan bahwa pembelajaran keterampilan berbicara bahasa Jerman peserta didik kelas XI SMA N 2 Wates Kulonprogo antara yang diajar dengan teknik
Rollenspiel lebih efektif daripada yang diajar menggunakan teknik konvensional
diterima. Dengan demikian, hipotesis II dalam penelitian ini diterima dengan bobot
keefektifan sebesar 17,3 .
D. Pembahasan
1. Terdapat perbedaan yang signifikan prestasi belajar keterampilan berbicara
bahasa Jerman peserta didik kelas XI IPS SMA N 2 Wates Kulonprogo anatara yang diajar dengan teknik Rollenspiel dan yang diajar menggunakan
teknik konvensional
Berdasarkan hasil pengujian pengujian hipotesis dapat diketahui bahwa tedapat perbedaan hasil prestasi belajar keterampilan berbicara bahasa Jerman peserta didik
kelas XI IPS SMAA N 2 Wates Kulonprogo antara yang diajar dengan teknik Rollenspiel dan yang diajar menggunakan teknik konvensional. Hal tersebut dapat
dibuktikan melalui hasil penghitungan uji-t dimana harga t
hitung
lebih besar dari t
tabel.
Dari kedua kelas, baik eksperimen maupun kontrol mempunyai tingkat kemampuan yang setara sebelum diberi perlakuan treatment dengan menggunakan
teknik Rollenspiel. Hal tersebut dapat diketahui dari hasil rata-rata pre-test yang menyatakan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara kelas eksperimen dan
79
kelas kontrol. Oleh sebab itu, kedua kelas tersebut layak untuk dilakukan penelitian eksperimen.
Meningkatnya nilai peserta didik kelas eksperimen menunjukkan bahwa peserta didik lebih terkesan terhadap teknik Rollenspiel dalan proses pembelajaran
keterampilan berbicara bahasa Jerman karena secara teknis Rollenspiel merupakan kegiatan yang secara langsung dilakukan atau dipraktikan mulai dari ucapan dan
perilaku sikap yang menunjang terciptanya imajinasi dan ingatan yang dapat menciptakan suasana dalam kehidupan nyata.
Dalam prosesnya teknik Rollenspiel memberikan kesempatan pada peserta didik untuk berlatih memahami kalimat-kalimat dan mengucapkannya dengan intonasi dan
artikulasi yang baik serta belajar menunjukkan ekspresi yang tepat dengan situasi peran yang dimainkannya sehingga menumbuhkan sikap empati, simpati selama
berinteraksi dalam bermain peran. Proses pemahaman kalimat-kalimat dalam dialog, pemahaman karakter dan emosi membuat para pelaku peran dan penonton Rollenspiel
menjadi lebih bisa mengingat apa yang terjadi dalam permainan peran tersebut. Dengan kata lain, memori para pelaku peran dan penontonnya akan menjadi lebih
tajam karena pengalam pribadi mereka sendiri. Pada saat memberi perlakuan, terlebih dahulu guru dan peserta didik menyusun
skenario yang akan ditampilkan. Peserta didik mendapat tugas berkelompok dalam beberapa menit mereka membuat tugas dalam bentuk dialog. Dalam proses tersebut
guru sekaligus mengawasi peserta didiknya apabila adan yang kesulitan dalam mengerjakan tugas tersebut. Setelah tugas selasai, peserta didik berlatih membaca