Keterampilan Berbicara Bahasa Jerman sebagai Bahasa Asing
dari situasi di luar bahasa outside of language, “Speaking ability of described
as ability of express oneself in life situation, or the ability to report acts or situations in imprecise words, or the ability to converse, or to express a
sequence of ideas fluently”. Maksud dari pernyataan tersebut adalah kemampuan berbicara digambarkan sebagai kemampuan untuk mengekpresikan diri dalam
situasi yang hidup atau kemampuan untuk melaporkan kegiatan atau situasi dengan kata-kata yang tepat atau kemampuan untuk bercakap-cakap atau untuk
mengekspresikan gagasan dengan lancar. Apabila ditinjau dari elemen bahasa the elements of language sebagai berikut.
“Speaking ability as the ability to use in essentially communication situations the signaling system of pronunciation, stress, intonation,
grammatical structure, and vocabulary system of the foreign language at a normal rate of delivery for native speakers of the language
” Berdasarkan pendapat di atas, diketahui bahwa kemampuan berbicara
merupakan kemampuan untuk menggunakan sistem tanda pengucapan, tekanan, intonasi, strutur gramatikal, dan kosakata bahasa asing dalam situasi komunikasi
yang normal dengan kecepatan normal seperti penutur asli bahasa tersebut. Kemampuan berbicara bahasa Jerman merupakan kemampuan peserta
didik dalam berbahasa Jerman sesuai tema yang ditentukan berdasarkan tingkat penguasaan kosakata dan tata kebahasaan yang sesuai. Pada dasarnya berbicara
mempunyai tiga maksud umum Tarigan, 2008:16 antara lain: 1 memberitahukan dan melaporkan to inform, 2 menjamu dan menghibur to
entertain, dan 3 membujuk, mengajak, mendesak serta meyakinkan to persuade. Dari pernyataan tersebut di atas dijelaskan bahwa tujuan utama
berbicara adalah komunikasi. Komunikasi merupakan pengiriman dan
penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami atau pembicara harus memahami apa yang akan
disampaikan atau dikomunikasikan. Kondisi pembelajaran berbicara yang sering terabaikan karena guru lebih
banyak melatih peserta didik membaca dan menulis juga disebabkan oleh masih adanya anggapan sebagian besar guru bahwa kemampuan berbicara bukanlah
kemampuan yang akan diujikan secara nasional dalam ujian nasional. Anggapan ini juga tidak dapat diterima, walaupun kemampuan berbicara bukanlah sebagian
dari ujian nasional, kemampuan berbicara justru merupakan atribut peserta didik yang akan digunakan secara langsung dalam kehidupan sehari-hari. Bagaimana
kesan masyarakat jika peserta didik yang berpendidikan saja tidak terampil berbicara.
Nunan 1989: 413 menjelaskan bahwa untuk tingkat pemula kemampuan berbicara bahasa asing dikhususkan pada aktivitas 1 memahami
permintaan informasi dari seseorang, 2 memberikan keterangan tentang seseorang, seperti nama, umur, dan alamat, 3 menyatakan nama diri, dan
keluarga, 4 menanyakan perihal tentang seseorang seperti nama, umur, alamat, dan pekerjaan, 5 berpartisipasi dalam dialog pendek yang memfokuskan
tentang pertukaran informasi antar personal, 6 menyebutkan nama-nama hari, 7 menanyakan dan mengungkapkan percakapan.
Iskandarwassid dan Sunendar 2008: 286 mengutarakan bahwa tujuan keterampilan berbicara dapat dirumuskan sebagai berikut. 1 Peserta didik dapat
melafalkan bunyi bahasa. 2 Menyampaikan informasi. 3 Menyatakan setuju
atau tidak setuju. 4 Menjelaskan identitas diri. 5 Menceritakan kembali hasil simakan atau bacaan. 6 Menyatakan ungkapan rasa hormat. 7 Bermain peran.
Dengan berbicara seseorang berusaha untuk mengungkapkan pikiran dan perasaannya kepada orang lain secara lisan. Keterampilan berbicara peserta didik
dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain 1 faktor kebahasaan, meliputi faktor-faktor: a ketepatan ucapan, b penempatan tekanan, nada, dan
durasi yang sesuai, c pilihan kata. 2 faktor nonkebahasaan, meliputi faktor: a sikap yang wajar tenang, tidak kaku, b pandangan harus diarahkan pada
lawan bicara, c kesediaan menghargai pendapat orang lain, d gerak-gerik dan mimik yang tepat, e kenyaringan suara, f kelancaran, g relevansipenalaran,
h penguasaan topik Maidar, 1991: 97. Tujuan pembelajaran keterampilan berbicara bahasa asing khususnya
bahasa Jerman menurut Strauss 1988: 52-55 adalah sebagai berikut. 1
Peningkatan keterampilan mengungkapkan secara lisan, 2 keterampilan mengungkapkan dalam bahasa Jerman tinggi, tanpa
berulang-ulang membuat kesalahan besar dari segi tata bahasa dan idiomatik, 3 bahasa Jerman pengembangan keterampilan dasar
berbicara melalui latihan bercakap-cakap terpimpin, bertitik tolak dari berbagai tema, 4 peserta didik sanggup menuturkan secara lisan
tentang peristiwa sehari-hari maupun tentang tema-tema dengan memelihara konteks dan pada umumnya dengan menggunakan kata-
kata yang sesuai.
Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa keterampilan berbicara bahasa asing merupakan kegiatan untuk menyampaikan ide, pikiran,
perasaan atau pendapat secara lisan kepada orang lain dengan tujuan agar orang yang diajak berbicara mengerti maksud pembicara melalui proses latihan yang
berulang-ulang. Apabila pembicara dapat mengungkapkan informasi secara lisan
dengan lafal yang tepat, serta dapat berdialog dengan kalimat sederhana dan pendengar mengerti, maka tercapailah tujuan keterampilan berbicara bahasa
Jerman.