menghabiskan hampir semua bagian kertas, sementara anak yang rapuh akan sering menjatuhkan atau membuang pensilnya Davido, 2012. Menurut
Marthe Bernson dalam Mengenal Anak Melalui Gambar Davido, 2012:10, anak yang menghabiskan satu halaman penuh dengan coretanya adalah anak
yang hatinya sedang meluap-luap. Lukisan anak lebih menjelaskan segi psikologis anak daripada segifisiknya. Segi fisik lebih menunjukan kreasi
imajinatif dari pada penggambaran yang sebenarnya.hal tersebut adalah realitas yang berasal dari jiwa kekanak-kanakan dari sering diiringi dengan perasaan.
Banyak khayalan yang muncul pada karya anak.
G. Kajian Mengenai Gejala Stereotype pada Lukisan Anak SD
Menurut Kamus Besar Bahasa indonesia Stereotype adalah konsepsi mengenai sifat suatu golongan berdasarkan prasangka subjektif dan tidak tepat.
Menurut Sherif dalam Sobur, 2009: 390 “Psikologi Umum” Stereotype adalah kecenderungan seseorang atau kelompok untuk menampilkan gambar atau
gagasan yang keliru. Sedangkan Miller dalam Haslm, et.al.,1994: th menyatakan bahwa Stereotype mempunyai dua makna konotasi: rigiditas dan
duplikasi atau kesamaan. Broom dalam Silvagama 2010 menyatakan bahwa pengulangan secara relatif kelangsungan gerakan tidak bervariasi dan tidak
punya tujuan yang jelas. Dalam kajian Seni Rupa stereotype memiliki arti pengulangan. Dalam arti yang lebih sempit stereotype merupakan perulangan
dalam kajian gambar anak. Gambar stereotype ialah gambar ungkapan ingatan secara berulang-ulang.
Gejala stereotype pada lukisan anak sering disebut juga gejala otomatisme. Gejala stereotype ini merupakan gejala dimana anak mengulan-
ulang bentuk yang sama dalam setiap kali melukis. Gejala Stereotype ini bisa dikatakan sebagai gejala anak tidak kreatif dalam melukis, karena anak hanya
mengandalkan pada satu bentuk lukisan yang dibuatnya secara berulang-ulang. Hal inilah yang menjadikan anak tidak kreatif dalam melukis.
Komposisi stereotype adalah susunan elemen bentuk yang diulang- ulang, pada gambar atau lukisan anak. Biasanya lukisan anak yang sering
dijumpai kedapatan gejala stereotype adalah lukisan anak dua gunung kembar dengan matahari di tengah, kemudian pengulangan yang paling nampak adalah
pengulangan padi pada kotak sawah. Pengulangan lukisan ini bisa terjadi secara berulang-ulang bahkan ada anak yang mempunyai gejala streotype
dengan mengulang-ulang bentuk sampai dia dewasa, misalnya anak yang jika disuruh seorang guru untuk melukiskan pemandangan ia selalu melukis dua
gunung kembar dengan matahari burung terbang dan hamparan sawah. Gaya lukisan seperti itu diulang-ulang dari anak masih kecil sampai anak menginjak
usia dewasa. Hal ini jika terjadi ssecara terus menerus dapat menghambat kreativitas anak dalam memunculkan ide-ide yang lain dalam lukisannya.
Pengulangan pada hasil karya anak muncul secara bertahap, yaitu perulangan total, perulangan objek dan perulangan unsur.
1. Perulangan total
Setiap kali anak menggambar atau mlukis, maka gambar yang muncul adalah sama atau tidak bervariasi. Anak merasa bangga dengan karya yang
telah berhasil dibuatnya sehingga akan dibuatnya berulang-ulang. Hal ini disebabkan karena anak belum mampu membuat bentuk lain kecuali yang
sudah mereka hafal, misalnya gambar mobil atau pemandangan dua gunung dan matahari ditengahnya. Salah satu faktor yang menyebabkan pengulangan
bentuk ini adalah dimana anak merasa bangga dengan lukisannya mungkin karena mendapatkan sanjungan dari orang dewasa atau karena memang anak
melihat karyanya indah untuk dirinya sendiri sehingga anak menciptakan hasil karya lukis yang sama secara berulang-ulang. Hal inilah yang menyebabkan
munculah gejala stereotype pengulangan totol.
2. Pengulangan objek
Bentuk perulangan ini akan muncul ketika anak harus melukis atau menggambarkan objek yang banyak pada suatu gambar, misalnya sekumpulan
orang, pohon-pohon, kendaraan,atau rumah. Bentuk yang digambar hampir sama baik bentuk maupun ukuranya. Kemampuan anak masih kurang ketika
harus memberi variasi bentuk. Pengulangan objek pada lukisan anak ini biasanya muncul ketika anak melukiskan pemandangan sawah yang biasanya
anak menggunakan simbol huruf “v” secara berulang-ulang dengan bentuk yang sama untuk memberikan kesan sawah seperti apa yang dia harapkan.
3. Perulangan unsur
Melalui bentuk perulangan unsur, anak cukup kreatif, hanya keberhasilanya dalam menemukan bentuk tertentu memaksakanya mengulang