Perkembangan Seni Rupa Anak

c. Masa Bagan Schematic usia 7-9 tahun Masa bagan ditandai dengan kematangan berfikir general, oleh sebagaian anak laki-laki menggambar dijadikan sarana bermain dan bercerita tentang kephlawanan. Pada masa ini anak sudah mulai masuk kejenjang SD sehingga sisi perspektif gambar juga sudah mulai tampak.perspektif gambar anak mulai tampak ketika anak mulai belajar matematika, dimana bentuk tiga dimensi sudah menjadi dasar pandangnya. Beberapa sifat dasar yang sering muncul pada masa ini adalah 1 stressing point,karena pada masa ini sifat egoisentris anak. 2 stereotype, karena keasikan mengamati bentuk-bentuk yang menarik perhatianya,anak lupa mengamati kondisi nyata, akhirnya secara tidak sadar anak menggambar dengan mengulang-ulang bentuk. Gambar 4: Perspektif rumah Sumber: Hajar Pamadhi 2012:189 d. Masa Realisme Awal Dwaning Realism Usia 9- 11 tahun Perkembangan mental anak pada periode ini adalah kemampuan pengindraan bentuk yang detail mampu diungkapkan terutama hal-hal yang berada dilingkungan sekitar. Pemahaman tentang postur tubuh manusia telah dipahami secara nyata, namun hambatan dalam menggambar adalah mengkoordinasikan tekanan-tekanan objek. Pada umumnya anak pada periode ini cenderung menggambar cerita secara lengkap, misalnya: belajar naik sepeda, atau gambar yang diambil dari hasil pengamatanya melihat film seri di televisi. e. Masa Realisme Semu Pseudo Realism Usia 11-14 tahun Seiring dengan perkembangan biologi, anak usia 11 – 15 tahun sudah membedakan dengan jelas kedudukan dirinya dan fungsi masing-masing organ tubuh. Gambar anak pada usia ini sudah tampak detail, namun mengalami kesulitan mengungkapkan bentuk-bentuk visual. Pikiran anak telah detail, rasional dan realitik, pengalaman melihat dan mengamati bentuk sudah cukup detail akan tetapi koordinasi tangan belum sesuai sehingga karya-karya rupa dikatakan setengah jadi. Perkembangan ekspresi seni rupa anak dapat dilihat dengan dua cara. Pertama dengan mengkaji teori yang berhubungan dengan seni rupa anak; yang kedua dengan mengumpulkan karya seni rupa anak secara langsung dengan demikian diharapkan dapat memahami seni rupa anak secara komperhensif. Dalam proses berkarya, anak dikoordinasikan oleh otak dan otak sendiri akan bekerja karena dorongan dari mata. Mata mencari bentuk yang mungkin bisa diserahkan kepada otak untuk diubah, dari bentuk menuju memori dan diungkapkan menjadi gambar. Gambar 5: Koordinasi kerja otak dan tangan Sumber: Hajar Pamadhi 2012:164 Pada gambar di atas fungsi mata adalah mencari dan mengangkat objek yang mungkin dapat menyentuh hati dan pikiran. Hasil pengamatan terhdap objek diserahkan kepada otak untuk diramu dan dimasak menjadi pengetahuan baru dan setelah itu meminta tangan menangani kebutuhan otak dalam mengungkapkan ide dan gagasan. Selanjutnya, gerakan diatas dikaitkan dengan fungsi kerja otak menjadi seperti berikut Gambar 6: Posisi Otak Kanan dan Otak Kiri Sumber: Hajar Pamadhi 2012:164 Pada saat ini fungsi otak bergerak, diantaranya otak kiri bertugas mengkoordinasikan kerja tekstur dan rasional, untuk menungkap permasalahan dan mengurai secara porposional. Otak kanan bertugas mengkoordinasikan tugas yang bersifat emosional: artistik, intuitif, mapun yang lain sehingga anak berani mengemukakan tanggapanya. Anak yang mempunyai kecerdasaan emosional kinerja tangan lebih terampil dan tanpa takut mengembangkan ke dalam bentuk tugas sehari-hari yang rutin dengan demikian proses menggambar merupakan kinerja bersama dari otak kanan maupun kiri. Kecerdasaan visual yang ada dalam pelajaran seni rupa sebenarnya dibutuhkan oleh anak dalam menanggapi lingkungan. Belajar seni rupa adalah upaya untuk memahami sekeliling melalui latihan daya ingat. Proses memahami lingkungan yang berkaitan dengan otak melalui citra-citra asosiatif dilakukan komunikasi secara metamorfosis-simbolis, sebab di dalam otak terdapat beberapa pikiran yang dikelilingi asosiasi. Menurut Dilts 1983;dalam DePorter et al, 1999:68, gerakan mata selama belajar dan berfikir terikat pada modalitas visual, auditonal, dan kinestetik. Dengan kata lain, mata bergerak menurut cara otak mengakses informasi.

C. Lukisan Anak Sekolah Dasar

1. Seni Lukis

Seni lukis merupakan cabang seni yang tertua usianya. Sampai saat ini mengalami banyak perkembangan. Seni merupakan hasil atau proses kerja dan gagasan manusia yang melibatkan kemampuan trampil, kreatif, kepekaan indra, kepekaan hati, dan pikiran untuk menghasilkan suatu karya yang memiliki kesan inda, selaras, bernilai seni. Seni lukis merupakan bagian dari bidang seni rupa murni yang berwujud dua dimensi, sehingga seni lukis merupakan karya yang terlepas dari unsur-unsur kegunaan praktis. Lukisan merupakan hasil pengungkapan ide-ide atau daya cipta dari perasaan dan pikiran anak yang diwujudkan dalam suatu bentuk gambar melalui garis dan bidang dengan percampuran warna sehingga mewujudkansuatu bentuk yang indah dan menarik.

2. Seni Lukis Anak

Pengalaman berseni rupa anak merupakan bagian dari kehidupanya. Melalui kegiatan berseni rupa anak mengenal olah pikir, olah rasa, dan olah tangan sebagi lahan bermain yang harmonis Affandi, 2004: 2. Dalam bermain anak menemukan kebebasan dan kegembiraan. Salah satu kegiatan berseni rupa yang disukai anak adalah melukis atau menggambar. Melukis adalah media yang paling ekspresif yang dapat langsung mengekspresikan gagasan dalam diri seorang anak. Secara umum dapat dikatakan bahwa karya seni rupa anak bersifat ekspresif dan dinamis Kamaril, dkk. 1999. Apa yang digambarkan anak mencerminkan pribadinya, mengungkapkan apa yang diketahuinya dan tidak menggambar sesuai dengan kenyataan. Kesukaan akan gerak digambarkan dengan warna tajam mencolok serta objek-objek penuh gerak seperti binatang, orang, kendaraan. Tetapi, jika dikaji ternyata bahwa secara umum terjadi pentahapan periodisasi dalam perkembangan dunia kesenirupaan anak. Menurut Soesatyo 1994 dalam Peranan Orang tua Dalam Pembinaan Emosional Estetik Anak, anak melukis adalah menceritakan atau mengungkap mengekspresikan sesuatu yang ada pada dirinya secara intuitif dan spontan lewat media seni lukis. Maka karya seni lukis anak-anak adalah seni meskipun tidak dapat disamakan dengan karya lukis orang dewasa. Seni lukis anak pada umumnya menampilkan bentuk karya dengan ciri bebas, unik, dan kreatif, goresan spontanitas, ekspresif sejalan dengan tipologi gaya gambar, periodisasi masa perkembangan menggambar dan kesan ruang gambar yang dibuatnya. Dalam proses berkarya seni, pikiran dan perasaan anak aktif bahkan pikiran anak bercampur perasaan anak. Proses komunikasi yang terjdi ketika anak menggmbar sebenarnya adalah komunikasi interpersonl yang egois. Mencermati lukisan anak dan cara mereka menggambarkan lingkungannya, dapat memberikan suatu pandangan tingkah laku dan apresiasi pertumbuhan dan perkembangan bervariasi yang dialami anak. Lukisan anak dapat dibaca jiwa dan kehidupan anak-anak yang bersifat polos. Penggunaan warna sesuai dengan suasana hatinya, sangat berani: merah kuning, biru, hitam dan seterusnya. Apa yang dituangkan dalam tema lukisannya adalah apa yang dilihatnya sesuai dengan lingkungan hidup yang nyata dan khayalnya, sesuai dengan “kacamata” anak kedalam bentuk visual. Goresan atau corengan pada dasarnya merupakan suatu aktifitas yang relatif mudah dan dapat dilakukan oleh setiap anak. Seorang anak yang belum mengenal tulisan atau aksara dapat membuat atau menggores bentuk-bentuk tertentu sesuai dengan ungkapan keinginanya. Kegiatan seni disamping penting bagi perkembangan kognitif juga memberikan rangsangan bagi pertumbuhan persepsi, emosional, sosial, dan krativitas anak. Kegiatan anak ini perlu diketahui apa yang dapat dikembangkan pada diri anak secara maksimal, karena lukisan anak itu sendiri mencerminkan segi kejiwaan anak, dengan demikian anak menggambar mulai yang paling sederhana yaitu dengan garis-garis dan berkembang menjadi bentuk-bentuk yang representasional dan detail sesuai dengan perkembangan usia sesuai dengan pengetahuannya sendiri bukan menurut penampakan visual. Banyak sedikitnya unsur pada lukisan sangat tergantung pada keasyikan pemikiran dan fantasinya, lebih banyak yang akan mereka ceritakan maka lebih banyak pula bentuk yang akan dimunculkannya. Ungkapan pribadinya muncul melalui bentuk-bentuk dengan makna simbolik tertentu, intuitif, dan lebih dekat pada sifat bermain.

3. Sifat Lukisan Anak

Menurut Salam 2001: 33-35 gambar anak dari seluruh dunia menunjukan kesamaan, kesamaan tersebut tercermin pada sifat-sifat antara lain: ekspresif, melebih-lebihkan, dan naratif. Sifat ekspresif gambar anak tercermin pada kejujuran anak untuk menggambarkan ide atau hasil pengamatanya berdasarkan sudut pandang anak