Makna Denotatif dan Konotatif

46 mengenakan baju dengan lubang kancing berwarna kuning kemerahan, maka jenggot dan lubang kancing kuning kemerahan itu menjadi indeks saya. Dalam Fiske 2004: 69. Sebuah simbol adalah tanda yang memiliki hubungan dengan objeknya berdasarkan konvensi, kesepakatan, atau aturan. Kata-kata, umumnya, adalah simbol. Palang Merah adalah simbol. Angka adalah simbol. Berdasarkan pengelompokan tanda menjadi tiga jenis oleh Charles Sanders Pierce, yaitu indeks, ikon, dan simbol. Indeks index adalah tanda yang hubungan antara penanda dan petanda di dalamnya bersifat kausal, misalnya: hubungan antara asap dan api. Ikon icon adalah tanda yang hubungan antara penanda dan petandanya bersifat keserupaan similitude. Sementara, simbol adalah tanda yang hubungan penanda dan petandanya bersifat arbiter Piliang, 2003: 271. Sedangkan dalam kaitannya dengan penelitian ini, telah terdapat tanda- tanda pada sampul majalah Tempo edisi edisi 22 Maret - 28 Maret 2010 yang berjudul Angkatan Baru Penebar Teror yang dapat dijadikan sebagai bahan acuan dalam melakukan penelitian dengan menggunakan pendekatan semiotik.

2.1.15 Makna Denotatif dan Konotatif

Salah satu cara yang digunakan para ahli untuk membahas lingkup makna yang lebih besar ini adalah dengan membedakan antara makna denotatif dengan makna konotatif. Makna denotatif pada dasarnya meliputi hal-hal yang ditunjuk oleh kata-kata yang disebut sebagai makna referensial. 47 Makna denotatif suatu kata ialah makna yang biasa kita temukan dalam kamus. Sebagai contoh, di dalam kamus, kata mawar berarti ‘sejenis bunga’. Makna konotatif ialah makna denotatif ditambah dengan segala gambaran, ingatan, dan perasaan yang ditimbulkan oleh kata mawar itu. Kata konotasi itu sendiri berasal dari dari bahasa Latin connotare, “menjadi tanda” dan mengarah kepada makna-makna kultural yang terpisahberbeda dengan kata dan bentuk- bentuk lain dari komunikasi. Denotasi adalah hubungan yang digunakan di dalam tingkat pertama pada sebuah kata yang secara bebas memegang peranan penting di dalam ujaran. Lyons, dalam Pateda, 2001:98. Makna denotasi bersifat langsung, yaitu makna khusus yang terdapat dalam sebuah tanda, dan pada intinya dapat disebut sebagai gambaran sebuah petanda Berger, 2000b:55. Harimurti Kridalaksana 2001:40 mendefinisikan denotasi denotation sebagai “makna kata atau kelompok kata yang didasarkan atas penunjukkan yang lugas pada sesuatu di luar bahasa atau yang didasarkan atas konvensi tertentu; sifatnya objektif.” Sedangkan konotasi connotation, evertone, evocatory diartikan sebagai “aspek makna sebuah atau sekelompok kata yang didasarkan atas perasaan atau pikiran yang timbul atau ditimbulkan pada pembicara penulis dan pendengar pembaca” hlm. 117. Dengan kata lain, “makna konotatif merupakan makna leksikal. Jika denotasi sebuah kata adalah definisi objektif kata tersebut, maka konotasi sebuah kata adalah makna subjektif atau emosionalnya DeVito, 1997:125. Ini sejalan dengan pendapat Arthur Asa Berger yang menyatakan bahwa kata konotasi melibatkan simbol-simbol, historis, dan hal-hal yang 48 berhubungan dengan emosional Berger, 2000a:15. Dikatakan objektif sebab makna denotatif ini berlaku umum. Sebaliknya, makna konotatif bersifat subjektif dalam pengertian bahwa ada pergeseran dari makna umum denotatif karena sudah ada penambahan rasa dan nilai tertentu. Kalau makna denotatif hampir bisa dimengerti banyak orang, maka makna konotatif ini hanya bisa dicerna oleh mereka yang jumlahnya relatif lebih kecil. Jadi, sebuah kata disebut mempunyai makna konotatif apabila kata itu mempimyai “nilai rasa”, baik positif maupun negatif. Jika tidak mempunyai nilai rasa, maka dikatakan tidak memiliki konotasi. Tetapi dapat juga disebut berkonotasi netral Chaer, 1995:65. Ketika kita berbicara tentang denotasi, kita merujuk pada asosiasi primer yang dimiliki sebuah hata bagi kebanyakan anggota masyarakat linguistik tertentu, sedangkan konotasi merujuk pada asosiasi sehunder yang dimilihi sebuah kata bagi seorang atau lebih anggota masyarahat itu. Menurut Tubbs Moss 1994:68, kadang- kadang konotasi suatu kata sama bagi hampir setiap orang, kadang-kadang hanya berkaitan dengan pengalaman satu individu saja, atau lelrih sering, dengan pengalaman sekelompok kecil individu tertentu. Barthes menggunakan konsep connotation-nya Hjemslev untuk menyingkap makna-makna yang tersembunyi Dahana, 2001:23. Konsep ini menetapkan dua cara pemunculan makna yang bersifat promotif, yakni denotatif dan konotatif. Pada tingkat denotatif, tanda-tanda itu rnencuat terutama sebagai makna primer yang “alamiah”. Namun pada tingkat konotatif, di tahap sekunder, muncullah makna yang ideologis. 49 Konotasi atau makna honotatif disebut juga makna konotasional, makna emotif, atau makna evaluatif Keraf, 1994:29. Makna konotatif, seperti sudah disinggung, adalah suatu jenis makna di mana stimulus dan respons mengandung nilai-nilai emosional. Makna konotatif sebagian terjadi karena pembicara ingin menimbulkan perasaan setuju-tidak setuju, senang-tidak senang, dan sebagainya pada pihak pendengar; di pihak lain, kata yang dipilih itu memperlihatkan bahwa pembicaranya juga memendam perasaan yang sama. Makna konotatif sebuah kata dipengaruhi dan ditentukan oleh dua lingkungan, yaitu lingkungan tehstual dan lingkungan budaya Sumardjo Saini, 1994:126. Yang dimaksud dengan lingkungan tekstual ialah semua kata di dalam paragraf dan karangan yang menentukan makna konotatif itu. Pengaruh lingkungan budaya menjadi jelas kalau kita meletakkan kata tertentu di dalam lingkungan budaya yang berbeda. Pada dasarnya, konotasi timbul disebabkan masalah hubungan sosial atau hubungan interpersonal, yang mempertalikan kita dengan orang lain. Karena itu, bahasa manusia tidak sekadar menyangkut masalah makna denotatif atau ideasional dan sebagainya. Ada beberapa cara yang memperlihatkan bahwa bahasa bukan semata-mata menjadi alat untuk menyampaikan informasi faktual Palmer, 1977:35-36; Keraf, 1994:30-31. Banyak hal yang kita katakan sebenarnya bukan menyangkut fakta tetapi menyangkut evaluasi, sehingga dapat mempengaruhi sikap orang. Ada kata yang memantulkan nilai rasa menyenangkan dan ada yang memantulkan nilai rasa tidak menyenangkan atau kebencian. Kata gagah berani, berani, masyhur, mulai, 50 harapan, berharga, kemerdekaan mengandung konotasi atau nilai evaluatif yang baik. Tetapi kata-kata seperti penakut, pengecut, hina, putus asa, keji, penjajahan, gelap, kejam, tebal muka, tolok, pengkhianat, durhaka, dan sebagainya. Mengandung konotasi yang kurang menyenangkan. Banyak penutur membedakan nilai emotif antara kata politikus dan negarawan antara kata menyembunyikan atau menutup-nutupi, antara kemerdekaan dan kebebasan, dan sebagainya. Kata- kata dapat mempunyai nilai atau makna emotif yang berbeda dari satu daerah ke daerah lain.

2.1.16 Model Semiotik Charles Sanders Pierce

Dokumen yang terkait

Perbandingan Makna Korupsi pada Ilustrasi Sampul antara Majalah Gatra dan Tempo Tahun 2013

0 6 119

Analisis Semiotik Korupsi Terhadap Sampul Majalah Tempo pada Kasus Simulator Sim

1 12 113

PEMAKNAAN ILUSTRASI SAMPUL DEPAN VERSI MATA “CIA KUASAI RI” (Studi Semiotik Terhadap Pemaknaan Ilustrasi Versi Mata “CIA kuasai RI” Pada Sampul Depan Majalah Intelijen Edisi September 2011).

0 0 110

PEMAKNAAN KARIKATUR COVER MAJALAH TEMPO YANG BERJUDUL “BAHASYIM SALABIM” ( Studi Semiotik Pemaknaan Cover Majalah Tempo Edisi 31 Januari – 6 Februari 2011 ).

0 1 95

PEMAKNAAN ILUSTRASI COVER MAJALAH GATRA ( Analisis Semiotik Ilustrasi Cover Majalah Gatra Yang Berjudul ”Menepis Serangan Wikileaks” Edisi 17 – 23 Maret 2011 ).

2 5 84

Pemaknaan Cover Majalah TEMPO (Studi Semiotik Pemaknaan Redenominasi Pada Cover Majalah TEMPO Edisi 9 – 15 Agustus 2010).

2 4 79

PEMAKNAAN ILUSTRASI COVER MAJALAH GATRA ( Analisis Semiotik Ilustrasi Cover Majalah Gatra Yang Berjudul ”Menepis Serangan Wikileaks” Edisi 17 – 23 Maret 2011 )

0 0 18

PEMAKNAAN KARIKATUR COVER MAJALAH TEMPO YANG BERJUDUL “BAHASYIM SALABIM” ( Studi Semiotik Pemaknaan Cover Majalah Tempo Edisi 31 Januari – 6 Februari 2011 )

0 0 16

PEMAKNAAN ILUSTRASI SAMPUL DEPAN MAJALAH TEMPO (Analisis Semiotik Ilustrasi Sampul Depan Majalah Tempo Edisi 22 Maret Sampai 28 Maret 2010 Yang Berjudul Angkatan Baru Penebar Teror)

0 0 19

Pemaknaan Cover Majalah TEMPO (Studi Semiotik Pemaknaan Redenominasi Pada Cover Majalah TEMPO Edisi 9 – 15 Agustus 2010).

0 1 19