6
perhatian dan bimbingan orang tua rukun atau tidaknya kedua orang tua dengan anak- anaknya, tenang atau tidaknya situasi dalam rumah, semuanya itu turut
mempengaruhi pencapaian hasil belajar anak Dalyono, 2009:59. Data yang diperoleh mengenai lingkungan keluarga adalah sebagai berikut:
Tabel 1.3 Data Pekerjaan Orang Tua Siswa Kelas X MA PPKP Darul Ma
’la Pati No
Pekerjaan Jumlah
Persentase
1 Petani
39 30
2 Buruhkaryawan
24 18.46
3 Wiraswasta
48 36.92
4 PNSGuru
19 14.61
Sumber: Data TU MA Darul Ma ’la Pati
Berdasarkan tabel 1.2 dapat diketahui bahwa sebagian besar pekerjaan orang tua siswa di MA PPKP
Darul Ma‟la Pati adalah wiraswasta artinya tingkat ekonomi orang tua siswa menengah keatas. Dengan tingkat ekonomi menengah
keatas, orang tua siswa tentu dapat memenuhi kebutuhan belajar anak sehingga anak tidak mengalami kesulitan dalam belajarnya. Hal ini berarti bahwa anak
berada pada lingkungan keluarga yang baik. Dari penjelasan diatas, hal inilah yang membuat peneliti tertarik untuk
mengadakan penelitian dengan judul
“PENGARUH MOTIVASI BELAJAR DAN LINGKUNGAN KELUARGA TERHADAP KESULITAN BELAJAR
SISWA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI KELAS X MADRASAH ALIYAH PPKP DARUL MA’LA PATI TAHUN AJARAN 20142015”
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dikemukakan perumusan
masalah dalam penelitian ini antara lain :
7
1. Adakah pengaruh motivasi belajar terhadap kesulitan belajar siswa pada
mata pelajaran ekonomi kelas X Madrasah Aliyah PPKP
Darul Ma‟la Pati?
2. Adakah pengaruh lingkungan keluarga terhadap kesulitan belajar siswa
pada mata pelajaran ekonomi kelas X Madrasah Aliyah PPKP Darul Ma‟la
Pati?
3. Adakah pengaruh motivasi belajar dan lingkungan keluarga terhadap
kesulitan belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi kelas X Madrasah Aliyah PPKP Dar
ul Ma‟la Pati? 1.3 Tujuan Penelitian
Dengan mengacu kepada rumusan masalah maka tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui adakah pengaruh motivasi belajar terhadap kesulitan
belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi kelas X Madrasah Aliyah PPKP Darul
Ma‟la Pati tahun ajaran 20142015. 2.
Untuk mengetahui adakah pengaruh lingkungan keluarga terhadap kesulitan belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi kelas X Madrasah
Aliyah PPKP Darul Ma‟la Pati tahun ajaran 20142015.
3. Untuk mengetahui adakah pengaruh motivasi belajar dan lingkungan
keluarga terhadap kesulitan belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi kelas X Madrasah Aliyah PPKP
Darul Ma‟la Pati tahun ajaran 20142015.
1.4 Kegunaan Penelitian
Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah :
1.4.1 Kegunaan Teoritis
a. Bagi pembaca
8
Menambah pengetahuan pembaca tentang faktor-faktor yang dapat menyebabkan adanya kesulitan belajar serta pengaruh motivasi belajar dan
lingkungan keluarga terhadap kesulitan belajar. b.
Bagi peneliti berikutnya Sebagai landasan bagi peneliti lain untuk mengadakan penelitian tentang
pengaruh motivasi belajar dan lingkungan keluarga terhadap kesulitan
belajar dan penelitian yang sejenisnya. 1.4.2 Kegunaan Praktis :
a. Bagi guru
Sebagai bahan masukan bagi guru agar dapat meningkatkan motivasi siswa serta mendorong guru untuk mencari tindakan alternatif dalam
mengatasi kesulitan siswa dalam belajar ekonomi. b.
Bagi siswa Sebagai bahan masukan bagi siswa agar siswa dapat meningkatkan
motivasi belajarnya serta dapat mengatasi masalah yang terkait dengan kesulitan belajar yang dihadapainya.
c. Bagi sekolah
Sebagai bahan masukan bagi sekolah dalam upaya mengatasi kesulitan belajar dengan meningkatkan motivasi belajar serta kerja sama yang baik
dengan pihak orang tua dalam rangka membina anak didik agar dapat mencapai prestasi belajar yang lebih baik.
9
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Kesulitan Belajar 2.1.1 Definisi Kesulitan Belajar
Ahmadi dan Supriyanto 2013:77 berpendapat bahwa “dalam keadaan
dimana anak didiksiswa tidak dapat belajar sebagaimana mestinya, itulah yang dinamakan kesulitan belajar”. Berdasarkan pendapat diatas dapat dikatakan bahwa
seorang siswa yang mengalami kesulitan belajar akan merasakan adanya suatu hambatan atau kendala dalam proses belajarnya.
Selanjutnya Mulyono Abdurrahman dalam bukunya pendidikan bagi anak berkesulitan belajar 2003:9 menjelaskan bahwa:
kesulitan belajar dapat berwujud sebagai suatu kekurangan dalam satu atau lebih bidang akademik, baik dalam mata pelajaran yang spesifik seperti
membaca, menulis, matematika dan mengeja atau dalam berbagai keterampilan yang bersifat lebih umum seperti mendengarkan, berbicara, dan berfikir.
Meskipun suatu kesulitan belajar mungkin terjadi bersamaan dengan adanya kondisi lain yang mengganggu atau berbagai pengaruh lingkungan, berbagai
hambatan tersebut bukan penyebab atau pengaruh langsung. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kesulitan belajar adalah
suatu kondisi dimana anak didik mengalami hambatan ataupun gangguan dalam proses belajar yang berasal dari siswa itu sendiri atau dari lingkungan sekitar
sehingga siswa tersebut tidak dapat belajar secara wajar. Terdapat bermacam-macam kesulitan belajar yang dirasakan oleh anak didik.
Menurut Dalyono 2009:230 macam-macam kesulitan belajar ini dapat dikelompokkan menjadi empat macam :
1 Dilihat dari jenis kesulitan belajar: Ada yang berat; ada yang sedang
10
2 Dilihat dari bidang studi yang dipelajari: Ada yang sebagian bidang studi;
ada yang keseluruhan bidang studi 3
Dilihat dari sifat kesulitannya: Ada yang sifatnya permanen atau menetap; ada yang sifatnya hanya sementara
4 Dilihat dari faktor penyebabnya: Ada yang karena faktor inteligensi; ada
yang karena faktor non inteligensi.
2.1.2 Faktor yang Mempengaruhi Kesulitan Belajar
Kesulitan belajar tidak hanya disebabkan oleh faktor intelegensi akan tetapi dapat juga disebabkan oleh faktor non intelegensi. Menurut Dalyono 2009:230
faktor-faktor penyebab kesulitan belajar dapat digolongkan kedalam dua golongan
yaitu :
1 Faktor intern faktor dari dalam diri manusia itu sendiri yang meliputi:
a. Faktor fisiologi
b. Faktor psikologi
2 Faktor ekstern faktor dari luar manusia meliputi :
a. Faktor-faktor non sosial
b. Faktor-faktor sosial
Dari faktor-faktor diatas, dapat dijelaskan lagi sebagai berikut : 1
Faktor intern,meliputi : a
Sebab yang bersifat fisik 1
Karena sakit Seorang yang sakit fisiknya pasti akan lemah sehingga dapat berpengaruh
terhadap saraf sensoris dan motorisnya. Hal ini berakibat pada tidak dapat diteruskannya rangsangan yang diterima melalui indranya ke otak.
Semakin lama seorang tersbut sakit maka sarafnya akan bertambah lemah. Sehingga siswa yang yang sedang sakit tentunya tidak dapat masuk
sekolah untuk beberapa hari, yang mengakibatkan siswa tertinggal jauh dalam pelajarannya. Hal ini sejalan dengan pendapat Djamarah 2008:238
11
bahwa “kesehatan yang kurang baik” juga dapat menyebabkan seorang siswa mengalami kesulitan dalam belajarnya.
2 Karena kurang sehat
Anak yang kurang sehat dapat mengalami kesulitan belajar karena mudah lelah, mengantuk, pusing, daya konsentrasinya hilang, kurang semangat
dan pikiran terganggu. Karena hal-hal ini maka penerimaan dan respon pelajaran berkurang, saraf otak tidak mampu bekerja secara optimal dan
memproses, mengelola, menginterprestasi serta mengorganisasi bahan pelajaran melalui indranya sehingga dapat mengganggu aktivitas anak
dalam belajar. Hal ini sejalan dengan pendapat Muhibbin 2010:130 bahwa “kondisi organ tubuh yang lemah apalagi jika disertai sakit kepala
misalnya, dapat menurunkan ranah cipta kognitif sehingga materi yang dipelajarinya pun kurang atau tid
ak berbekas”. Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa siswa yang berada pada kondisi yang kurang sehat
maka ia tidak bisa menerima pelajaran yang telah diajarkan oleh guru dengan baik akibatnya ia akan ketinggalan pelajaran dan kemungkinan
siswa tersebut akan mengalami kesulitan dalam belajarnya. 3
Karena cacat tubuh Rifa‟i dan Anni 2011:97 menjelaskan bahwa “peserta didik yang
mengalami kelemahan di bidang fisik, misalnya dalam membedakan warna, akan mengalami kesulitan di dalam belajar melukis, atau belajar
menggunakan bahan- bahan berwarna”. Dari pendapat diatas dapat
disimpulkan bahwa anak yang memiliki cacat tubuh misalnya kurang
12
pendengaran dan penglihatan, gangguan psikomotor, buta, tuli, bisu, hilang tangan dan kaki tentunya akan mengalami kesulitan dalam
belajarnya. b
Sebab-sebab kesulitan belajar karena rohani Belajar memerlukan kesiapan rohani, ketenangan dengan baik. Apabila
dirinci faktor rohani itu meliputi antara lain: 1
Inteligensi “semakin tinggi kemampuan inteligensi seorang siswa maka semakin besar
peluangnya untuk meraih sukses sebaliknya, semakin rendah kemampuan inteligensi seorang siswa maka semakin kecil peluangnya untuk
memperoleh sukses” Muhibbin, 2010:131. Artinya anak yang IQ nya tinggi yaitu diatas 140 dapat menyelesaikan segala persoalan yang
dihadapi. Semakin tinggi IQ seseorang akan makin cerdas pula dan mudah meraih kesuksesan. Akan tetapi anak yang mempunyai IQ kurang dari 90
tergolong lemah mental. Anak inilah yang mengalami kesulitan belajar. Anak yang tergolong lemah mental ini sangat terbatas kecakapannya.
Apabila mereka harus menyelesaikan persoalan yang melebihi potensinya jelas ia tidak mampu dan banyak mengalami kesulitan dalam belajar.
2 Bakat
Bakat adalah potensi yang dibawa sejak lahir. Setiap individu mempunyai bakat yang berbeda-beda. Seseorang akan mudah mempelajari sesuatu
yang sesuai dengan bakatnya namun apabila seseorang harus mempelajari bahan yang tidak sesuai dengan bakatnya maka ia akan cepat bosan,
13
merasa tidak senang dalam mempelajarinya dan mudah putus asa. Hal-hal tersebut akan tampak pada anak yang suka berbuat gaduh, tidak
memperhatikan pelajaran sehingga nilai yang diperolehnya rendah. Djamarah 2008:237 menjelaskan bahwa bakat yang kurang atau tidak
sesuai dengan bahan pelajaran yang dipelajari atau yang diberikan oleh guru juga dapat menyebabkan seorang siswa tersebut mengalami kesulitan
belajar. 3
Minat Djamarah 2008:191 menjelaskan bahwa “minat yang besar terhadap
sesuatu merupakan modal yang besar artinya untuk mencapaimemperoleh benda atau tujuan yang diminati itu”. Dari penjelasan tersebut dapat
disimpulkan bahwa apabila seorang siswa mempunyai minat atau ketertarikan dalam belajarnya maka ia akan memperoleh hasil yang
dikehendaki namun sebaliknya tidak adanya minat seorang anak terhadap suatu pelajaran akan timbul kesulitan belajar. Seorang anak yang belajar
tidak disertai dengan adanya minat maka pelajaran yang diperoleh tidak pernah terjadi proses dalam otak. Ada tidaknya minat terhadap sesuatu
pelajaran dapat dilihat dari cara anak mengikuti pelajaran, lengkap tidaknya catatan, memperhatikan garis miring tidaknya dalam pelajaran
itu. 4
Motivasi Djamarah 2008:238 menjelaskan bahwa “materi pelajaran sukar diterima
dan diserap bila anak didik tidak memiliki motivasi untuk belajar”.
14
Motivasi sebagai faktor inner batin berfungsi menimbulkan, mendasari, mengarahkan, perbuatan belajar. Motivasi dapat menentukan baik tidaknya
dalam mencapai tujuan sehingga semakin besar motivasi seseorang maka akan semakin besar kesuksesan belajarnya. Rifa‟i dan Anni 2011:97 juga
menjelaskan bahwa “peserta didik yang bermotivasi rendah, misalnya, akan mengalami kesulitan didalam persiapan belajar dan dalam proses
belajar”. Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa seseorang yang memiliki motivasi yang rendah maka ia akan mengalami kesulitan dalam
belajarnya. 5
Faktor kesehatan mental Dalam belajar tidak hanya menyangkut segi intelek, tetapi juga
menyangkut segi kesehatan mental dan emosional. Hubungan kesehatan mental dan ketenangan emosi akan menimbulkan hasil belajar yang baik
demikian juga belajar yang selalu sukses akan membawa harga diri seseorang. Setiap individu selalu mempunyai kebutuhan-kebutuhan dan
dorongan-dorongan. Apabila kebutuhan itu tidak terpenuhi maka akan membawa masalah-masalah emosional dan bentuk-bentuk
maladjustment. Maladjustment
sebagai manifestasi dari rasa emosional mental yang kurang sehat dapat merugikan belajarnya. Keadaan seperti ini akan
menimbulkan kesulitan belajar, sebab dirasa tidak mendatangkan kebahagiaan.
15
6 Tipe-tipe khusus seorang pelajar
Kita mengenal tipe-tipe belajar seorang anak. ada tipe visual, motoris dan campuran. Tipe-tipe khusus itu kebanyakan pada anak didik relatif sedikit,
kenyataannya banyak yang bertipe campuran. 2
Faktor ekstern, meliputi : a
Faktor keluarga Keluarga merupakan pusat pendidikan yang utama dan pertama bagi
anak, tetapi juga sebagai faktor penyebab kesulitan belajar. yang termasuk dalam faktor ini antara lain :
1 Faktor orang tua
Orang tua merupakan lingkungan keluarga yang paling dekat dengan anak dan sebagai lingkungan yang pertama dan utama dimana anak berinteraksi
sebagai lembaga pendidikan yang tertua, artinya disinilah dimulai suatu proses pendidikan. Sehingga orang tua berperan sebagai pendidik bagi anak-
anaknya. Namun disamping itu orang tua juga dapat menjadi penyebab kesulitan belajar anak. Kesulitan belajar anak yang berkaitan dengan faktor
orang tua adalah sebagai berikut: a
Cara mendidik anak Orang tua yang tidakkurang memperhatikan pendidikan anak-anaknya
bersikap acuh tak acuh dan tidak memperhatikan kemajuan belajar anak- anaknya akan menjadi penyebab kesulitan belajar bagi sang anak. Orang
tua yang bersifat kejam dan otoriter akan menimbulkan mental yang tidak sehat bagi anak akibatnya anak tidak dapat belajar dengan nyaman, tidak
16
senang di rumah untuk kemudian ia mencari dan bermain dengan teman sebayanya sehingga lupa belajar. Orang tua yang suka memanjakan anak
berakibat pada anak tidak mempunyai kemampuan dan kemauan, bahkan sangat tergantung pada orang tua, hingga malas berusaha, malas
menyelesaikan tugas-tugas sekolah, hingga prestasinya menurun. Kedua sikap tersebut menunjukkan bahwa orang tua tidak memberikan dorongan
kepada anaknya bahkan karena sikap orang tuanya yang salah, anak bisa benci belajar. Patterson dan Loeber, 1984 dalam Muhibbin 2010:135
berpendapat bahwa kebiasaan yang diterapkan orang tua siswa dalam mengelola keluarga
family management parctices
yang keliru, seperti kelalaian orang tua dalam memonitor kegiatan anak, dapat menimbulkan dampak lebih
buruk lagi. Dalam hal ini, bukan saja anak tidak mau belajar melainkan juga ia cenderung berperilaku menyimpang.
Artinya bahwa apabila cara mendidik orang tua yang keliru maka anak akan mengalami kesulitan dalam belajarnya tidak hanya ditunjukkan dengan
prestasi yang rendah namun ditunjukkan juga dengan perilaku yang tidak baik.
b Hubungan orang tua dan anak
Sifat hubungan orang tua dan anak sering dilupakan. Hubungan adalah kasih sayang penuh pengertian atau kebencian, sikap keras, acuh tak acuh,
memanjakan dan lain-lain. Faktor ini penting sekali dalam menentukan kemajuan belajar anak Kasih sayang dari orang tua, perhatian atau
penghargaan kepada anak-anak menimbulkan mental yang sehat bagi anak. kurangnya kasih sayang akan menimbulkan
emosional insecurity.
17
Demikian juga sikap keras, kejam, acuh tak acuh, akan menyebabkan hal yang serupa.
c Contoh bimbingan dari orang tua
Orang tua merupakan contoh terdekat bagi anak-anaknya. Segala perbuatan yang dilakukan oleh orang tua tanpa disadari akan ditiru oleh
sang anak. Demikian juga dengan belajar, memerlukan bimbingan dari orang tua agar sikap dewasa dan tanggung jawab belajar tumbuh pada diri
anak. Orang tua yang sibuk bekerja ataupun organisasi dan terlalu banyak anak yang diawasi berarti anak tidak mendapatkan pengawasanbimbingan
dari orang tua, sehingga akan banyak mengalami kesulitan belajar. 2
Suasana rumahkeluarga Suasana keluarga yang sangat ramai ataupun gaduh, seorang anak tidak
akan dapat belajar dengan baik. Anak akan selalu terganggu konsentrasinya, sehingga sukar untuk belajar. Demikian juga suasana rumah yang selalu tegang
maupun cekcok akan mewarnai suasana keluarga yang melahirkan anak-anak tidak sehat mentalnya. Anak akan tidak tahan dirumah, akhirnya ia lebih
memilih untuk pergi bersama teman sehingga tidak mustahil kalau prestasi belajar menurun.
3 Keadaan ekonomi keluarga
Anak yang keadaan ekonomi orang tuanya kurang atau miskin, maka ia akan mengalami kesulitan dalam belajarnya karena kurang tersedianya alat-alat
belajar, kurangnya biaya yang disediakan oleh orang tuanya serta tidak
18
mempunyai tempat belajar yang baik sehingga anak tidak dapat belajar dengan tenang dan nyaman. Menurut Djamarah 2008:242 menjelaskan bahwa
kurangnya biaya pendidikan yang disediakan orang tua sehingga anak harus ikut memikirkan bagaimana mencari uang untuk biaya sekolah
hingga tamat. anak yang belajar sambil mencari uang biaya sekolah terpaksa belajar apa adanya dengan kadar kesulitan belajar yang bervariasi.
Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa kurangnya biaya pendidikan keadaan ekonominya rendah yang disediakan oleh orang tua tidak
menutup kemungkinan menyebabkan anak untuk ikut bekerja agar bisa sekolah akibatnya belajar anak dapat terhambat. Namun sebaliknya jika anak berada
pada keluarga dimana keadaan ekonominya berlimpah ruah maka ia akan malas dan segan untuk belajar karena terlalu banyak bersenang-senang dan
terlalu dimanjakan oleh orang tuanya. Keadaan seperti ini akan dapat menghambat kemajuan belajar anak.
b Faktor sekolah
Yang dimaksud sekolah, antara lain : 1
Guru Guru dapat menjadi penyebab kesulitan belajar, apabila dalam
pengambilan metode yang digunakan kurang berkualitas misalnya metode mengajar yang hanya mendasarkan diri pada latihan mekanis, tidak
menggunakan alat peraga yang memungkinkan semua alat inderanya berfungsi serta kurang bervariasinya metode yang digunakan. Menurut Djamarah
2008:239 “hal ini bisa terjadi karena keahlian yang dipegangnya kurang sesuai, sehingga kurang menguasai atau kurang persiapan sehingga cara
19
menerangkan kurang jelas, sukar dimengerti oleh setiap anak didik”. Selain itu hubungan guru dengan murid yang kurang baik, guru-guru yang menuntut
standar pelajaran di atas kemampuan anak, guru yang tidak memiliki kecakapan dalam usaha diagnosis kesulitan belajar juga dapat menyebabkan
anak didik mengalami kesulitan dalam belajarnya. 2
Faktor alat Alat pelajaran yang kurang lengkap membuat penyajian pelajaran yang
tidak baik. Timbulnya alat-alat itu akan menentukan perubahan metode mengajar guru, segi dalamnya ilmu pengetahuan pada pikiran anak dan
memenuhi tuntutan dari bermacam-macam tipe anak. Tidak adanya alat-alat tersebut guru cenderung menggunakan metode ceramah yang menimbulkan
kepasifan bagi anak, sehingga tidak mustahil timbul kesulitan belajar. Hal ini sesuai dengan pendapat Djamarah 2008:239 yang menyatakan bahwa “alat
pelajaran yang kurang lengkap membuat penyajian pelajaran yang tidak baik terutama pelajaran yang bersfiat praktikum. Kurangnya alat laboratorium akan
banyak menimbulkan kesulitan dalam belajar” 3
Kondisi gedung Terutama ditunjukkan pada ruang kelas ruangan tempat belajar anak.
Ruangan harus memenuhi syarat kesehatan. Apabila syarat tersebut tidak terpenuhi, misalnya gedung dekat keramaian, ruangan gelap, lantai basah,
ruangan sempit, maka anak didik sukar konsentrasi dalam belajar dan memungkinkan pelajaran menjadi terhambat.
20
4 Kurikulum
Kurikulum yang kurang baik akan membawa kesulitan belajar bagi murid- murid. Sebaliknya kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan anak, akan
membawa kesuksesan dalam belajar. 5
Waktu sekolah dan disiplin kurang Apabila sekolah masuk siang, sore ataupun malam, maka kondisi anak
tidak lagi dalam keadaan yang optimal untuk menerima pelajaran. Di samping itu, pelaksanaan disiplin yang kurang misalnya murid-muridnya sering
terlambat, tidak melaksanakan tugas yang diberikan serta melalaikan kewajibannya sebagai seorang pelajar, terlebih apabila gurunya yang kurang
disiplin maka akan banyak mengalami hambatan dalam pelajaran. c
Faktor mass media dan lingkungan sosial 1
Faktor media masa Faktor media masa meliputi bioskop, TV, surat kabar, majalah dan buku-
buku komik. Apabila anak terlalu banyak menggunakan waktunya untuk menonton bioskop, tv ataupun membaca majalahkomik maka ia akan lupa
dengan tugasnya yaitu belajar sehingga hal tersebut dapat menghambat dalam belajarnya. Sejalan dengan pendapat Djamarah 2008:245 yang menjelaskan
bahwa “kesulitan belajar bagi anak didik tidak hany bersumber dari obat-obat terlarang dan lingkungan masyarakat yang buruk tetapi juga dapat bersumber
dari media cetak dan media elektronik” 2
Lingkungan sosial a
Teman bergaul.
21
Teman bergaul pengaruhnya sangat besar dan lebih cepat masuk dalam jiwa anak. Apabila anak suka bergaul dengan mereka yang tidak
sekolah, maka ia akan malas belajar, sebab cara hidup siswa yang bersekolah berlainan dengan anak yang tidak bersekolah. Kewajiban orang
tua adalah mengawasi mereka serta mencegahnya agar mengurangi pergaulan dengan anak-anak yang tidak baik.
b Lingkungan tetangga
Corak kehidupan tetangga, misalnya suka main judi minum arak, menganggur, pedagamg, tidak suka belajar, akan mempengaruhi anak-
anak yang bersekolah. Minimal tidak ada motivasi bagi anak untuk belajar. sebaliknya jika tetangga terdiri dari pelajar, mahasiswa, dokter, insinyur,
dosen, akan mendorong semangat belajar anak. c
Aktivitas dalam masyarakat Terlalu banyak berorganisasi dan mengikuti kursus akan menyebabkan
belajar anak menjadi terbengkalai. Orang tua harus mengawasi, agar kegiatan ekstra di luar belajar dapat diikuti tanpa melupakan tugas
belajarnya. Dengan kata lain belajarnya sukses dan kegiatan lain dapat berjalan.
2.1.3 Cara mengenal anak didik yang mengalami kesulitan belajar
Sebagaimana yang telah dijelaskan bahwa anak didik yang mengalami kesulitan belajar adalah anak didik yang tidak dapat belajar secara wajar
disebabkan karena adanya hambatan atau gangguan dalam belajar sehingga menanpakkan gejala-gejala yang dapat diamati oleh guru, orang tua ataupun oleh
22
orang lain. Beberapa gejala yang dapat dijadikan sebagai indikator adanya kesulitan
belajar adalah sebagai berikut Djamarah, 2008:246-247: 1.
Menunjukkan prestasi belajar yang rendah, dibawah rata-rata nilai yang dicapai oleh kelompok anak didik di kelas.
2. Hasil belajar yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukan.
Padahal anak didik sudah berusaha belajar dengan keras, tetapi nilainya selalu rendah.
3. Anak didik lambat dalam mengerjakan tugas-tugas belajar. Ia selalu
tertinggal dengan kawan-kawannya dalam segala hal. 4.
Anak didik menunjukkan sikap yang kurang wajar, seperti acuh tak acuh, berpura-pura, berdusta, mudah tersinggung, dan sebagainya.
5. Anak didik menunjukkan tingkah laku yang tidak seperti biasanya
ditunjukkan kepada orang lain. 6.
Anak didik yang tergolong memiliki IQ tinggi, yang secara potensial mereka seharusnya meraih prestasi belajar yang tinggi, tetapi
kenyataannya mereka mendapatkan prestasi belajar yang rendah. 7.
Anak didik yang selalu menunjukkan prestasi belajar yang tinggi untuk sebagian besar mata pelajaran, tetapi dilain waktu prestasi belajarnya
menurun drastis. Dalyono 2009:247-248 juga menyebutkan beberapa gejala sebagai
pertanda adanya kesulitan belajar. Diantaranya adalah sebagai berikut: 1.
Menunjukkan prestasi yang rendah dibawah rata-rata yang dicapai oleh kelompok kelas
2. Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukannya. Ia
berusaha dengan keras tetapi nilainya selalu rendah 3.
Lambat dalam melakukan tugas-tugas kegiatan belajar 4.
Menunjukkan sikap yang kurang wajar 5.
Menunjukkan tingkah laku yang berlainan
2.1.4 Indikator Kesulitan Belajar
Berdasarkan uraian mengenai gejala pertanda adanya kesulitan belajar Dalyono, 2009:247-248 dapat diperoleh indikator sebagai berikut: 1
Menunjukkan prestasi yang rendah; 2 Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukan; 3 Lambat dalam mengerjakan tugas-tugas belajar; 4
Menunjukkan sikap yang kurang wajar.
23
2.2 Motivasi Belajar 2.2.1 Definisi Motivasi Belajar
Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI menjelaskan bahwa motivasi adalah dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk
melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu. Kata “motif”, diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang
untuk melakukan sesuatu. Motif dapat di katakan sebagai daya penggerak dari dalam dan sebagai subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi
mencapai suatu tujuan. Berawal dari kata “motif” itu, maka
motivasi
dapat diartiakan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Menurut Mc Donald
dalam Sardiman, 2011:73 motivasi adalah “perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai
dengan munculnya „feeling‟ dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan”.
Djamarah 2008:148 menyatakan bahwa motivasi adalah “sebagai suatu pendorong yang mengubah energi dalam diri seseorang ke dalam bentuk aktivitas
nyata untuk mencapai tujua n tertentu”. Sardiman 2011:75 juga menjelaskan
bahwa : Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya
penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah
pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah dorongan dari dalam diri siswa untuk belajar demi mencapai suatu tujuan
yang dikehendaki.
24
2.2.2 Macam-macam Motivasi
Macam-macam atau jenis motivasi dapat dilihat dari berbagai sudut pandang. Dengan demikian motivasi sangat bervariasi. Macam-macam motivasi
menurut Sardiman 2011:86-91 yaitu :
1. Motivasi dilihat dari dasar pembentukannya
a. Motif-motif bawaan
Motif bawaan adalah motif yang dibawa sejak lahir, motif ini ada tanpa perlu dipelajari. Motif ini seringkali disebut motif-motif yang
diisyaratkan secara biologis. b.
Motif-motif yang dipelajari Motif yang dipelajari merupakan motif yang timbul karena dipelajari.
Motif ini seringkali disebut motif-motif yang diisyaratkan secara sosial. Sebab manusia hidup dalam linkungan sosial dengan sesama manusia
yang lain, sehingga motivasi ini terbentuk. 2.
Jenis motivasi menurut pembagian dari Woodworth dan Marquis a.
Motif atau kebutuhan organis, misalnya : kebutuhan untuk minum, makan, bernapas, seksual, berbuat dan kebutuhan untuk beristirahat. Ini
sesuai dengan jenis
Physiological drives
dari Frandsen. b.
Motif-motif darurat. Yang termasuk dalam jenis motif ini antara lain : dorongan untuk menyelematkan diri, dorongan untuk membalas, untuk
berusaha, untuk memburu. Jelasnya motivasi jenis ini timbul karena rangsangan dari luar.
25
c. Motif-motif objektif. Dalam hal ini menyangkut kebutuhan untuk
melakukan eksplorasi dan manipulasi serta untuk menaruh minat. Motif- motif ini muncul karena dorongan untuk dapat menghadapi dunia luar
secara efektif. 3.
Motivasi jasmaniah dan rohaniah Ada beberapa ahli yang menggolongkan jenis motivasi itu menjadi dua
jenis yakni motivasi jasmaniah dan motivasi rohaniah. Yang termasuk motivasi jasmaniah seperti misalnya reflex, insting otomatis, nafsu.
Sedangkan yang termasuk motivasi rohaniah adalah kemauan. Soal kemauan itu pada setiap diri manusia terbentuk melalui empat momen yaitu
momen timbulnya alasan, momen pilih, momen putusan dan momen terbentuknya kemauan.
4. Motivasi intrinsik dan ekstrinsik
a. Motivasi intrinsik
Motivasi intrinsik adalah motivasi yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap
individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Siswa yang memiliki motivasi intrinsik akan memiliki tujuan menjadi
orang yang terdidik, berpengetahuan dan ahli dalam bidang studi tertentu. Jadi memang motivasi itu muncul dari kesadaran diri sendiri dengan
tujuan secara esensial, tidak hanya sebagai simbol dan seremonial.
26
b. Motivasi ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang aktif dan berfungsinya karena adanya perangsang dari luar. Motivasi ekstrinsik dapat juga
dikatakan sebagai bentuk motivasi yang di dalamnya aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan dorongan dari luar yang tidak secara
mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar.
2.2.3 Fungsi Motivasi
Dalam belajar sangat diperlukan adanya motivasi. Menurut Sardiman 2011:84
Motivation is an essential condition of learning.
Hasil belajar akan menjadi optimal, kalau ada motivasi. Makin tepat motivasi yang diberikan akan
makin berhasil pula pelajaran itu.
Sehubungan dengan hal tersebut, ada tiga fungsi motivasi yaitu :
1. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang
melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.
2. Menentukan arah perbuatan, yakni kea rah tujuan yang hendak di capai.
Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.
3. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang
harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.
Motivasi juga dapat berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian
prestasi. Seseorang melakukan suatu usaha karena adanya motivasi yang dimilikinya. Selain itu, adanya motivasi yang baik dalam belajar akan
menunjukkan hasil yang baik. Dengan kata lain, dengan adanya usaha yang tekun dan terutama disadari adanya motivasi, maka seseorang yang belajar itu akan
27
dapat melahirkan prestasi yang baik. Intensitas motivasi seorang siswa akan sangat menentukan tingkat pencapaian prestasi belajarnya.
2.2.4 Ciri-ciri Motivasi
Perlu dikemukakan adanya beberapa ciri motivasi. Motivasi yang ada pada
diri seseorang memiliki ciri-ciri sebagai berikut Sardiman, 2011:83:
a. Tekun menghadapi tugas dapat bekerja terus menerus dalam waktu yang
lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai b.
Ulet menghadapi kesulitan tidak lekas putus asa. Tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin tidak cepat puas
dengan prestasi yang telah dicapainya c.
Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah untuk orang dewasa misalnya masalah pembangunan agama, politik, ekonomi,
keadilan, pemberantasan korupsi, penentangan terhadap setiap tindak kriminal, amoral, dan sebagainya
d. Lebih senang bekerja mandiri
e. Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin hal-hal yang bersifat mekanis,
berulang-ulang begitu saja, sehingga kurang kreatif f.
Dapat mempertahankan pendapatnya kalau sudah yakin akan sesuatu g.
Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu h.
Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal
2.2.5 Indikator Motivasi Belajar
Berdasarkan penjelasan diatas mengenai ciri-ciri motivasi menurut Sardiman 2011:83, maka dapat diambil indikator untuk motivasi belajar adalah
sebagai berikut: 1 Ketekunan dalam belajar; 2 Keuletan dalam menghadapi kesulitan belajar; 3 kemandirian dalam belajar; 4 Kesenangn dalam mencari
dan memecahkan masalah soal-soal.
28
2.3 Lingkungan Keluarga 2.3.1 Definisi Lingkungan Keluarga
Sartain seorang ahli psikologi Amerika dalam Dalyono, 2009:132 mengatakan, bahwa apa yang dimaksud dengan lingkungan
environment
ialah :
meliputi semua kondisi-kondisi dalam dunia ini yang dalam cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah laku kita, pertumbuhan, perkembangan atau
life processes
kita kecuali gen-gen dan bahkan gen-gen dapat pula dipandang sebagai menyiapkan lingkungan
to provide environment
bagi gen yang lain.
Hasbullah 2008:33 menyatakan bahwa:
meskipun lingkungan tidak bertanggung jawab terhadap kedewasaan anak didik, namun merupakan faktor yang sangat menentukan yaitu pengaruhnya
yang sangat besar terhadap anak didik, sebab bagaimanapun anak tinggal dalam satu lingkungan yang disadari atau tidak pasti akan mempengaruhi
anak.
Lingkungan adalah keluarga yang mengasuh dan membesarkan anak, sekolah tempat mendidik, masyarakat tempat anak bergaul juga bermain sehari-
hari dan keadaan alam sekitar dengan iklimnya, flora dan faunanya. Keluarga merupakan lembaga pendidikan tertua, bersifat informal, yang
pertama dan utama dialami oleh anak serta lembaga pendidikan yang bersifat kodrati orang tua bertanggung jawab memelihara, merawat, melindungi dan
mendidik anak agar tumbuh dan berkembang dengan baik. Dalam hal ini orang tua memiliki peranan penting dalam rangka mendidik anaknya,karena pandangan
hidup, sifat dan tabiat seorang anak, sebagian besar berasal dari kedua orang tuanya. Faktor orang tua sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan anak
dalam belajar.
29
Dalyono 2009:59 menyatakan bahwa : tinggi rendahnya pendidikan orang tua, besar kecilnya penghasilan, cukup
atau kurang perhatian dan bimbingan orang tua, rukun atau tidaknya kedua orang tua, akrab atau tidaknya hubungan orang tua dengan anak-anak,
tenang atau tidaknya situasi dalam rumah, semuanya itu turut mempengaruhi pencapaian hasil belajar anak. Disamping itu, faktor keadaan
rumah juga turut mempengaruhi keberhasilan belajar. besar kecilnya rumah tempat tinggal, ada atau tidak peralatan media belajar seperti belajar, dan
sebagainya, semuanya itu juga turut menentukan keberhasilan belajar seseorang.
2.3.2 Fungsi dan Peran Keluarga
Hasbullah 2008:39-43, dalam tulisannya tentang dasar-dasar ilmu
pendidikan menyatakan bahwa fungsi dan peranan pendidikan keluarga meliputi :
a.
Pengalaman pertama masa kanak-kanak
b.
Menjamin kehidupan emosional anak
c.
Menanamkan dasar pendidikan moral
d.
Memberikan dasar pendidikan sosial
e.
Peletakan dasar-dasar keagamaan Keluarga juga mempunyai tanggung jawab terhadap pendidikan seoarang
anak, dalam hal ini adalah orang tua. Dasar-dasar tanggung jawab orang tua terhadap pendidikan anaknya meliputi hal-hal berikut:
a. Adanya motivasi atau dorongan cinta kasih yang menjiwai hubungan
orang tua dan anak. b.
Pemberian motivasi kewajiban moral sebagai konsekuensi kedudukan orang tua terhadap keturunannya.
c. Tanggung jawab sosial adalah bagian dari keluarga yang pada gilirannya
akan menjadi tanggung jawab masyarakat, bangsa dan Negara. d.
Memelihara dan membesarkan anaknya. e.
Memberikan pendidikan dengan berbagai ilmu pengetahuan dan keterampilan yang berguna bagi kehidupan anak kelak, sehingga bila ia
telah dewasa akan mampu mandiri. Orang tua mempunyai peran yang sangat penting terhadap keberhasilan
belajar anaknya. Anak yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga
30
berupa: cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi lainnya Slameto, 2010:60-64
a Cara orang tua mendidik
Cara orang tua mendidik anaknya besar pengaruhnya terhadap belajar anaknya. Hal ini jelas dan dipertegas oleh Sutjipto Wirowidjojo dalam Slameto,
2010:60 dengan pernyataannya yang menyatakan bahwa “keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan utama. Keluarga yang sehat besar artinya
untuk pendidikan ukuran kecil, tetapi bersifat menentukan untuk pendidikan dalam ukuran besar, yaitu pendidikan bangsa, Negara dan dunia”. Melihat
pernyataan diatas dapatlah dipahami betapa pentingnya peranan keluarga didalam pendidikan anaknya. Cara orang tua mendidik anak-anaknya akan
berpengaruh terhadap belajarnya. b
Relasi antaranggota keluarga Relasi antaranggota keluarga yang terpenting adalah relasi orang tua dengan
anaknya. Selain itu relasi anak dengan saudaranya atau dengan anggota keluarga yang lain pun turut mempengaruhi belajar anak. Demi kelancaran belajar serta
keberhasilan anak, perlu diusahakan relasi yang baik di dalam keluarga anak tersebut. Hubungan yang baik adalah hubungan yang penuh pengertian dan kasih
sayang, disertai dengan bimbingan dan bila perlu hukuman-hukuman untuk mensukseskan belajar anak sendiri.
c Suasana rumah
Suasana rumah dimaksudkan sebagai situasi atau kejadian-kejadian yang sering terjadi di dalam keluarga di mana anak berada dan belajar. Suasana rumah
31
juga merupakan faktor yang penting yang tidak termasuk faktor yang di sengaja. Agar anak dapat belajar dengan baik perlulah diciptakan suasana rumah yang
tenang dan tenteram. Di dalam suasana rumah yang tenang dan tenteram selain anak kerasanbetah tinggal di rumah, anak juga dapat belajar dengan baik.
d Keadaan ekonomi keluarga
Keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya dengan belajar anak. Anak yang sedang belajar selain harus terpenuhi kebutuhan pokoknya, juga
membutuhkan fasilitas belajar. fasilitas itu hanya dapat terpenuhi jika keluarga mempunyai cukup uang.
2.3.3 Indikator Lingkungan Keluarga
Dari penjelasan diatas indikator lingkungan keluarga diambil berdasarkan teori Slameto 2010:60-64 yang meliputi: 1 Cara mendidik anak; 2 Relasi
antaranggota keluarga; 3 Suasana rumah; 4 Keadaan ekonomi keluarga.
2.4 Pengaruh Motivasi Belajar terhadap Kesulitan Belajar
Djamarah 2008:238 menjelaskan bahwa “materi pelajaran sukar diterima dan diserap bila anak didik tidak memiliki motivasi untuk belajar”. Dalam
kegiatan belajar memang perlu adanya motivasi. Hasil belajar yang diraih oleh siswa akan optimal apabila memiliki motivasi. Motivasi merupakan salah satu
faktor penyebab terjadinya kesulitan belajar. Kesulitan belajar merupakan hambatan yang dialami oleh siswa dalam proses belajar. Seorang siswa yang
memiliki motivasi dalam hal ini adalah setiap menghadapi tugas ia selalu mengerjakan dengan tekun, tidak mudah putus asa artinya ulet dalam menghadapi
kesulitan, mandiri dalam belajar serta senang memecahkan soal-soal maka apabila
32
siswa tersebut menghadapi kesulitan dalam belajarnya ia akan mampu mengatasinya. Artinya bahwa siswa yang memiliki motivasi dalam belajarnya
maka ia tidak akan mengalami kesulitan belajar. Jadi motivasi belajar yang
dimiliki oleh siswa mempunyai pengaruh terhadap kesulitan belajar. 2.5 Pengaruh Lingkungan Keluarga terhadap Kesulitan Belajar
Purwanto 2010:104 menjelaskan bahwa
suasana dan keadaan keluarga yang bermacam-macam itu mau tidak mau turut menentukan bagaimana dan sampai di mana belajar dialami oleh anak-
anak termasuk dalam keluarga ini ada atau tidaknya fasilitas-fasilitas yang diperlukan dalam belajar turut memegang peranan penting pula.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa keberhasilan anak dalam belajar tidak terlepas dari peran lingkungan keluarga. Apabila seorang anak
berada pada lingkungan keluarga yang baik dan mendukung dalam hal ini adalah bagaimana orang tua mendidik dan membimbing anak, menjalin hubungan yang
baik antara orang tua dengan anak, suasana dalam keluarga menyenangkan, damai, tenteram dan harmonis dan keadaan ekonomi keluarga yang cukup maka
akan memudahkan anak dalam proses belajar sehingga anak dapat belajar dengan nyaman. Dengan kata lain, apabila anak berada pada lingkungan keluarga yang
baik maka anak tidak mengalami kesulitan dalam belajarnya.
2.6 Pengaruh Motivasi Belajar dan Lingkungan Keluarga terhadap Kesulitan Belajar