tersebut. Faktor eksternal dapat berupa keadaan lingkungan, kesempatan, sarana dan prasarana yang tersedia, dukungan dan
dorongan orang tua, taraf sosial ekonomi orang tua, tempat tinggal, dan sebagainya.
c. Pengembangan Bakat Keguruan
Telah disebutkan di atas bahwa bakat merupakan kemampuan bawaan sejak lahir yang berupa potensi yang masih perlu latihan dan
dikembangkan agar potensi tersebut dapat menonjol dan memberikan prestasi yang tinggi. Di sisi lain keguruan merupakan perihal yang
menyangkut pengajaran, pendidikan, dan metode pengajaran. Menurut Wasidi dan Djemari Mardapi 2016: 99 bakat keguruan adalah potensi
kemampuan individu dapat berkembang dengan pendidikan untuk melaksanakan proses pendidikan dan pembelajaran dengan baik. Bila
bakat keguruan seseorang tidak dilatih dan diasah, maka bakat tersebut bisa hilang. Bakat tersebut dapat terus terasah dengan cara menempuh
pendidikan di Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan LPTK dan memperoleh pelatihan dalam bidang keguruan.
Bakat keguruan terdiri atas kreativitas pedagogi, komitmen pedagogi, dan kecerdasan emosi Wasidi dan Mardapi, 2016. Kreativitas
pedagogi merupakan cara kreatif guru dalam merancang dan mengolah pembelajaran. Dalam hal ini kreativitas dan keahlian guru sangat
diperlukan untuk menciptakan pembelajaran yang menarik sehingga PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dapat memotivasi siswa dalam belajar. Guru yang memiliki kreativitas mempunyai rasa ingin tahu, berpikir orisinal, mandiri, berani mengambil
risiko, energik, mempunyai rasa humor, memecahkan suatu masalah yang kompleks, artistik, berpikiran terbuka, dan intuitif Wasidi dan
Mardapi, 2016: 100. Komitmen
pedagogi menekankan
pada komitmen
dan tanggungjawab guru dalam dunia pendidikan. Wasidi dan Mardapi
2016: 101 menyebutkan komitmen pedagogi terdiri atas empat faktor yaitu motivasi terhadap tugas, disiplin terhadap tugas, tanggung jawab
terhadap tugas, dan keuletan menjalankan tugas. Motivasi terhadap tugas adalah dorongan dari dalam dan luar untuk menyelesaikan tugas yang
diembannya. Disiplin terhadap pelaksanaan tugas adalah tingkat ketepatan waktu yang diperlukan untuk melaksanakan tugas yang
diembannya. Tanggungjawab terhadap tugas adalah tingkat keberanian yang diembannya. Keuletan dalam menjalankan tugas adalah tingkat
kegigihan pelaksanaan tugas yang diembannya. Kecerdasaan emosi merupakan kemampuan guru untuk mengolah
emosinya dengan baik. Hal ini sangat penting untuk menjaga hubungan baik dengan siswa, para guru, maupun orang tua siswa. Guru yang tidak
dapat mengolah emosinya dengan baik, akan gegabah dalam mengahadapi masalah. Akibatnya keputusan yang diambil dapat keliru.
Contohnya pada saat terjadi perkelahian antar siswa, jika guru terpancing amarahnya, bisa saja ia langsung mengambil tindakan dengan cara fisik.
2. Mata Kuliah Keilmuan dan Keterampilan MKK
Permendiknas No. 232 tahun 2000 pasal 9 menetapkan bahwa kelompok MKK terdiri atas mata kuliah yang relevan untuk memperkuat
penguasaan dan memperluas wawasan kompetensi keilmuan atas dasar keunggulan kompetitif serta komparatif penyelenggaraan program studi
bersangkutan. Program Studi Pendidikan Ekonomi Universitas Sanata Dharma membagi MKK ke dalam dua kelompok besar yaitu MKK Utama
dan MKK Alat. MKK utama terbagi lagi dalam MKK Kependidikan dan MKK Bidang Studi. MKK Kependidikan terdiri dari mata kuliah Pengantar
Pendidikan, Psikologi Remaja, Psikologi Belajar dan Pembelajaran, Dasar- Dasar Bimbingan dan Konseling, dan Manajemen Sekolah. MKK Bidang
Studi terdiri dari mata kuliah Pengantar Ilmu Ekonomi Makro, Pengantar Ilmu Ekonomi Mikro, Pengantar Bisnis dan Koperasi, Pengantar
Manajemen, Akuntansi Keuangan Dasar I, dan Akuntansi Keuangan Dasar II. Sedangkan untuk kelompok MKK Alat terdiri dari mata kuliah Pengantar
Aplikasi Komputer, Matematika Ekonomi, Statistika, Statistika Lanjutan, dan Pengolahan Data Elektronik PDE.
a. Mata Kuliah Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling 1 Pengertian Mata Kuliah Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling
Kata ‘bimbingan’ dan ‘konseling’ memiliki definisi yang hampir sama. Kedua kata ini sebenarnya memiliki kerterkaitan satu
dengan yang lain. Bimbingan merupakan bentuk layanan yang diberikan oleh konselor untuk membantu konseli dalam memahami
lingkungan dan kemampuan diri sendiri, sehingga konseli dapat memecahkan masalah yang dihadapi Ahmadi, 1977:5. Hal ini
sejalan dengan pendapat Djumhur dan Surya 1975:28 yang menyatakan bahwa:
“…pengertian bimbingan yaitu suatu proses pemberian bantuan yang terus menerus dan sistematis kepada individu
dalam memecahkan masalah yang dihadapinya, agar tercapai kemampuan
untuk dapat
memahami dirinya
self understanding
, kemampuan untuk menerima dirinya
self acceptance
, kemampuan untuk mengarahkan dirinya
self direction
dan kemampuan untuk merealisasikan dirinya
self realization
, sesuai dengan potensi atau kemampuannya dalam mencapai penyesuaian diri dengan lingkungan, baik
keluarga, sekolah, maupun masyarakat. Bantuan itu diberikan oleh orang-orang yang memiliki keahlian dan
pengalaman khusus dalam bidang tersebut.” Bentuk pelayanan bimbingan dapat berupa bimbingan
individu, kelompok, maupun melalui perantara orang lain. Dalam dunia pendidikan, bimbingan individu tampak pada saat guru
mewawancarai siswa tentang suatu masalah. Bimbingan kelompok diberikan saat guru mengarahkan siswa di kelas untuk memilih
program studi lanjutan. Bimbingan melalui perantara orang lain PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
diberikan pada saat guru meminta bantuan orang tua untuk memotivasi siswa agar rajin sekolah.
Di sisi lain, konseling merupakan bantuan yang diberikan konselor agar konseli dapat menemukan sendiri jalan keluar dari
permasalahan yang dihadapinya. Bantuan ini dapat berupa wawancara, atau dengan cara lain yang sesuai dengan keadaan
individu Ahmadi, 1977:8. Jika pelayanan bimbingan dapat dilaksanakan dalam bentuk kelompok, maka pelayanan konseling
hanya dilaksanakan secara individu. Oleh karena itu, konseling dapat dikatakan merupakan bagian dari bimbingan.
Dari tinjauan di atas, maka mata kuliah Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling merupakan mata kuliah yang membekali mahasiswa
dengan kemampuan untuk membantu peserta didik yang mengalami kesulitan, terutama kesulitan belajar. Kemampuan ini sangat
dibutuhkan seorang guru dalam membimbing siswa di sekolah. Contohnya pada saat siswa terlihat lesu belajar, guru hendaknya
bertanya mengenai keluhan atau masalah yang dihadapi. Selain itu, kemampuan ini juga dapat dimanfaatkan dalam bentuk pelayanan
kepada masyarakat. Contohnya mendengarkan dan membantu orang lain yang sedang memiliki masalah.