Mata Kuliah Keilmuan dan Keterampilan MKK
c Kesehatan mental yang positif
Selama melaksanakan pelayanan bimbingan, konselor mengarahkan konseli untuk mampu mengubah pola pikirnya yang
lama. Jika pola pikir konseli sudah berubah, maka konseli dapat belajar menerima tanggungjawab, berdiri sendiri, dan memperoleh
integrasi perilaku. Konseli diajak untuk berpikir positif agar konseli dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang yang
berbeda. Lebih jauh lagi, mental yang positif ini dapat membuat konseli membangun hubungan yang baik dengan sesama.
Contohnya seorang konseli sedang dalam masalah besar, kemudian ia menemui konselor untuk membantunya menemukan
solusi dari masalah tersebut. Sebelum ia menemui konselor, hubungan sosial dengan sesamanya tidak baik. Ia terlihat murung
dan mudah marah. Setelah melaksanakan bimbingan dengan konselor, kesehatan mentalnya menjadi baik dan ia dapat mulai
membangun hubungan yang harmonis dengan sesama. d
Pemecahan masalah Tujuan konseli melakukan bimbingan dengan konselor
adalah untuk membantu konseli memecahkan masalah yang sedang dihadapi. Hal yang perlu diingat bahwa bukan konselor
yang memecahkan masalah tersebut, tetapi konseli lah yang akan menemukan solusi atas permasalahannya. Konselor hanya
berperan membantu konseli dalam memahami kemampuan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dirinya, membuka pikiran konseli sehingga konseli sadar dan mampu menemukan sendiri solusi atas permasalahan tersebut.
Mencari solusi memang tidak mudah. Oleh karena itu, dibutuhkan kerjasama antara konseli dan konselor dalam mewujudkan
pelayanan bimbingan yang efektif. e
Pengambilan keputusan Setelah
konseli dapat
menemukan solusi
atas permasalahannya,
selanjutnya konseli
diharapkan dapat
mengambil keputusan yang tepat. Konseli juga diharapkan dapat bertanggungjawab atas keputusan yang diambilnya. Oleh karena
itu, konseli diharapkan sadar akan konsekuensi atas tindakan yang akan dilakukannya itu. Hal ini untuk mengantisipasi kemungkinan
masalah baru yang timbul akibat keputusan tersebut.
3 Fungsi Bimbingan di Sekolah
Banyak teori yang mengungkapkan fungsi bimbingan. Fungsi bimbingan tersebut dirangkum menjadi tujuh fungsi sebagai berikut:
a Fungsi pemahaman, yaitu membantu konseli untuk memahami
potensi dan kemampuan dirinya sendiri serta memahami lingkungan sekitarnya. Hal ini bertujuan agar konseli mampu
mengembangkan potensi dirinya secara optimal, dan mampu menyesuaikan dirinya dengan lingkungan Yusuf dan Nurihsan,
2010:16. Contohnya guru memberikan bimbingan kepada siswa PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
untuk mengenali bakat dan potensi yang dimiliki sehingga siswa dapat memilih kegiatan ekstrakurikuler yang sesuai. Dilihat dari
sisi konselor, fungsi pemahaman ini terdiri dari pemahaman konselor tentang konseli, pemahaman tentang masalah konseli, dan
pemahaman tentang lingkungan konseli Prayitno dan Amti, 2004:197.
b Fungsi preventif pencegahan, yaitu usaha konselor untuk
mencegah terjadinya gangguan atau masalah yang mungkin akan dihadapi konseli. Dalam dunia pendidikan, fungsi ini tampak pada
saat konselor guru memberikan arahan kepada konseli siswa untuk menghindari diri dari perbuatan yang membahayakan
dirinya sendiri Yusuf dan Nurihsan, 2010:16. Pencegahan tersebut dapat diberikan melalui program bimbingan yang
sistematis seperti layanan orientasi, informasi, dan bimbingan kelompok Surya, 1988:38. Bentuk layanan yang diberikan berupa
sosialisasi, wawancara dengan para ahli, berbagi pengalaman, dan sebagainya.
c Fungsi pengembangan, yaitu usaha konselor untuk membantu
konseli dalam mengembangkan keseluruhan kepribadiannya secara lebih terarah Surya, 1988:41. Dalam dunia pendidikan,
usaha ini dapat diwujudkan dengan menciptakan lingkungan belajar yang kondusif dan memfasilitasi perkembangan siswa.
Guru dan staf sekolah bekerjasama menciptakan lingkungan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
belajar yang kondusif dan memberikan fasilitas belajar yang menunjang perkembangan belajar siswa. Bentuk bimbingan yang
diberikan dapat berupa layanan informasi, tutorial, diskusi kelompok,
sharing
, dan karyawisata Yusuf dan Nurihsan, 2010:16.
d Fungsi perbaikan kuratif, yaitu bantuan yang diberikan konselor
kepada konseli yang sedang menghadapi masalah. Meskipun usaha pencegahan telah dilakukan, seorang konseli tetap saja dapat
mengalami gangguan atau masalah tertentu Surya, 1988:41. Pada saat inilah konselor diharapkan dapat memberikan bimbingan
untuk membantu konseli memecahkan masalahnya. Bentuk bimbingan yang diberikan tergantung pada jenis, sifat, maupun
bentuk masalahnya. Pendekatannya dapat berupa wawancara individu atau kelompok, melalui perantara orang lain, maupun
melalui pengubahan lingkungan Surya, 1988:41. e
Fungsi penyaluran, yaitu usaha konselor untuk memberikan bimbingan kepada konseli dalam memilih diantara alternatif yang
tersedia
decision making
Winkel, 1991:86. Konselor membimbing konseli agar dapat memilih pilihan yang paling tepat
dan paling sesuai dengan kepribadian konseli. Dalam dunia pendidikan, hal ini tampak pada saat guru membantu siswa dalam
menyalurkan minat dan bakatnya, membantu dalam memilih ekstrakurikuler yang sesuai, memilih program studi yang
diinginkan, dan sebagainya Yusuf dan Nurihsan, 2010:17. Sebelum siswa memilih diantara alternatif tersebut, hendaknya
siswa dibimbing untuk memahami bakat dan potensinya terlebih dahulu.
f Fungsi adaptasi, yaitu bentuk layanan konselor kepada tenaga-
tenaga kependidikan khususnya pemimpin dan staf sekolah agar mengadaptasikan program pendidikan terhadap kebutuhan siswa
Winkel, 1991:86. Konselor memberikan informasi tentang latar belakang siswa, gaya belajar siswa secara umum, dan informasi
lainnya yang berguna untuk membuat perangkat pembelajaran yang sesuai. Dalam hal ini, konselor tidak langsung memberikan
pelayanan kepada konseli, namun melalui perantara orang lain, yaitu guru dan staf sekolah. Guru dapat meminta bantuan dari
konselor mengenai latar belakang siswa secara mendalam agar dapat merancang pembelajaran yang tepat.
g Fungsi penyesuaian, yaitu bantuan yang diberikan konselor kepada
konseli dalam menemukan cara menempatkan diri secara tepat dalam berbagai keadaan dan situasi yang dihadapi Winkel,
1991:86. Contohnya seorang konseli yang baru pindah ke suatu daerah merasa kesulitan untuk beradaptasi dengan lingkungannya.
Ia dapat menghubungi konselor untuk meminta bantuan. Dalam dunia pendidikan, guru dapat membantu siswa dalam beradaptasi
dengan lingkungan sekolah, peraturan sekolah, atau norma agama. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Jika dalam fungsi adaptasi konselor membantu guru dan staf sekolah merancang program pembelajaran, maka pada fungsi
penyesuaian konselor membantu siswa untuk menyesuaikan diri dengan program pembelajaran tersebut.
4 Prinsip Bimbingan
Setiap ahli menyebutkan fungsi bimbingan yang berbeda-beda. Sukardi 1988:12 berpendapat bahwa prinsip bimbingan terdiri dari
lima prinsip, yaitu: a
“Bimbingan, terutama dan secara sistematis bersangkut- paut dengan perkembangan pribadi individu.
b Bimbingan diadakan terutama terletak pada proses yang
berhubungan dengan perilaku individu. c
Bimbingan adalah dilaksanakan berorientasi pada bentuk- bentuk kerjasama, tetapi bukan dengan bentuk paksaan.
d Bimbingan didasarkan pada penghargaan atas harkat dan
martabat serta nilai-nilai individual. e
Bimbingan adalah suatu proses yang berkesinambungan, dan menyatu dengan semua kegiatan pendidikan.”
Yusuf dan Nurihsan 2010:17 menambahkan beberapa poin dalam prinsip bimbingan, yaitu:
a “Bimbingan diperuntukan bagi semua individu.
b Bimbingan bersifat individualisasi.
c Bimbingan menekankan hal yang positif.
d Bimbingan merupakan usaha bersama.
e Pengambilan keputusan merupakan hal yang esensial
dalam bimbingan. f
Bimbingan berlangsung dalam berbagai setting adegan.”
Hal yang berbeda diungkapkan oleh Prayitno dan Amti 2004:218. Beliau menggolongkan prinsip bimbingan ke dalam
lima bagian, yaitu: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
a “Prinsip-prinsip berkenaan dengan sasaran pelayanan.
b Prinsip-prinsip berkenaan dengan masalah klien.
c Prinsip-prinsip berkenaan dengan tujuan dan proses
penanganan masalah. d
Prinsip-prinsip berkenaan dengan program pelayananan. e
Prinsip-prinsip berkenaan
dengan penyelenggaan
pelayanan.” Meskipun secara umum berbeda, inti pokok prinsip bimbingan
masih sama. Di bawah ini dijelaskan beberapa prinsip bimbingan yang bersumber dari Prayitno dan Amti 2004; Fullmer dan
Bernard 1964; Crow dan Crow 1960. a
Bimbingan diberikan kepada setiap individu yang memerlukan bimbingan. Konselor tidak boleh bersikap subjektif dalam
melayani konseli hanya dengan memandang latar belakang, status sosial, hubungan kekerabatan, dan lain-lain.
b Konselor harus memahami secara mendalam tentang kondisi
konseli. Hal-hal yang perlu dipahami konselor adalah kepribadian konseli, masalah yang dihadapi konseli, dan lingkungan sekitar
konseli. Selama melaksanakan bimbingan, konselor diharapkan mampu menciptakan suasana nyaman, salah satu caranya dengan
memberikan penguatan positif. c
Bimbingan adalah suatu proses yang kontinu. Bimbingan tidak hanya berhenti saat konseli berhasil memecahkan masalahnya,
namun harus berlanjut sampai konseli benar-benar mandiri dan mampu menyesuaikan diri dengan berbagai kondisi. Hal ini
didasarkan atas tujuan bimbingan yang mengharapkan perubahan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
sikap konseli agar dapat mandiri dalam menghadapi setiap permasalahan.
d Bimbingan harus dilaksanakan atas dasar kemauan konseli, bukan
karena paksaan konselor. e
Diperlukan kerjasama yang baik antara konselor dengan guru atau orang tua. Hal ini dikarenakan mereka yang bertanggungjawab atas
perkembangan konseli. f
Bimbingan dan konseling merupakan pekerjaan profesional. Oleh karena itu, kegiatan ini harus dilaksanakan oleh tenaga ahli yang
telah diberikan latihan khusus dalam bidang ini. g
Bimbingan tidak hanya berlangsung di sekolah tetapi juga di masyarakat dan lingkungan sosial lainnya. Oleh karena itu,
program layanan harus dibuat fleksibel. Dari penjelasan di atas terlihat jelas bahwa guru memegang tugas
penting dalam memberikan bimbingan kepada peserta didik. Dalam hal ini guru berperan sebagai konselor. Guru harus memahami karakteristik
para peserta didik dan membuat rancangan pembelajaran yang bersifat preventif. Hal ini bertujuan untuk meminimalisir penyimpangan perilaku
yang dilakukan oleh peserta didik. Semua kompetensi tersebut bisa didapatkan seseorang dengan
belajar atau kuliah di FKIP. Melalui berbagai macam mata kuliah yang ditawarkan, FKIP berusaha untuk menghasilkan mahasiswa keguruan
yang handal. Seseorang yang terlahir dengan bakat keguruan, akan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
semakin menonjol dan terampil dalam hal keguruan bila ia mendapatkan kompetensi dan latihan di FKIP. Dengan demikian, mata kuliah yang
ditawarkan FKIP dapat membantu menumbuhkan dan mengembangkan bakat keguruan mahasiswa.
b. Mata Kuliah Psikologi Belajar dan Pembelajaran 1 Pengertian Mata Kuliah Psikologi Belajar dan Pembelajaran
Setiap orang memiliki definisi sendiri tentang belajar. Hal ini dikarenakan setiap orang memiliki pengalaman belajar yang berbeda-
beda. Soemanto 1984:99 berpendapat bahwa belajar merupakan proses dasar dari perkembangan hidup manusia. Belajar berlangsung
secara aktif dan integratif dengan menggunakan berbagai bentuk perbuatan untuk mencapai suatu tujuan. Dengan belajar, manusia
melakukan perubahan-perubahan kualitatif individu sehingga tingkah lakunya berkembang Ahmadi dan Supriyono, 1991:120.
2 Faktor yang mempengaruhi belajar
Belajar merupakan proses yang berlangsung sepanjang hidup manusia. Salah satu cara manusia belajar adalah dengan cara mencoba
atau melalui pengalaman. Selama belajar ini, tentu saja seseorang berinteraksi dengan orang lain untuk mendapatkan informasi. Oleh
karena itu, proses belajar seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut adalah:
a Faktor eksternal
Faktor eksternal merupakan faktor yang mempengaruhi belajar seseorang yang berasal dari luar dirinya. Hal ini berarti
bahwa orang tersebut tidak dapat mengendalikan faktor ekternal ini. Faktor ini dapat berupa faktor manusia, lingkungan alam, atau
lingkungan sosial. Faktor eksternal ini dibagi lagi ke dalam dua jenis yaitu faktor eksternal sosial dan faktor eksternal non-sosial
Suryabrata, 1984:253. Faktor eksternal sosial maksudnya adalah orang lain yang
hadir pada saat seseorang belajar. Kehadiran ini dapat diartikan secara nyata atau tidak nyata. Kehadiran yang nyata dapat terlihat
pada saat seseorang belajar, kemudian orang lain datang untuk membantu atau malah mengganggu. Kehadiran yang tidak nyata
dapat terjadi pada saat seseorang mendengarkan radio selama ia belajar.
Faktor eksternal non-sosial maksudnya adalah hal-hal yang dapat mempengaruhi belajar seseorang di luar faktor manusia.
Contohnya adalah suhu udara, kebisingan lingkungan, alat tulis yang dipakai, waktu belajar, perangkat pembelajaran, dan lain-lain.
Mengapa hal tersebut dapat mempengaruhi belajar? Berikut akan diberikan ilustrasi sederhana. Siswa yang belajar di sekolah yang
tenang, aman, dan bersih pasti akan lebih nyaman dalam belajar. Sebaliknya siswa yang belajar di sekolah yang bising, tidak aman,
dan kotor akan merasa tidak nyaman dalam belajar. Hal ini dapat mempengaruhi konsentrasi belajar siswa dan dapat berimbas pada
hasil belajarnya. b
Faktor internal Faktor internal merupakan hal-hal yang mempengaruhi
belajar seseorang yang berasal dari dalam dirinya sendiri. Hal ini berarti bahwa seseorang dapat mengendalikan faktor internal
tersebut. Faktor internal dapat berupa faktor jasmanifisik, dan faktor rohanipsikologis.
Faktor jasmanifisik adalah faktor yang berkaitan dengan fisik seseorang. Contohnya adalah seseorang yang sedang sakit
pasti tidak akan bisa berkonsentrasi dengan baik selama belajar. Oleh karena itu, guru juga perlu memperhatikan faktor fisik peserta
didik agar mereka dapat mengikuti pembelajaran dengan baik. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan pelayanan kesehatan di
sekolah, seperti periksa mata, imunisasi, pemberian makanan sehat, dan lain-lain.
Faktor rohanipsikologis merupakan faktor yang berkaitan dengan psikologiskejiwaan. Seseorang yang dalam keadaan marah
atau banyak masalah, tidak dapat berpikir dengan baik dalam belajar. Konsentrasinya akan terpecah-pecah. Hal ini harus cepat
disadari oleh guru dan harus segera diberikan penanganan yang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
tepat. Bila hal ini dibiarkan berlarut-larut, maka hasil belajar siswa tersebut dapat menurun.
3 Kesulitan belajar
Dalam proses belajar, tidak semua prosenya dapat berjalan dengan lancar. Seseorang dapat mengalami gangguan atau kesulitan
dalam belajar. Faktor intelegensi yang rendah tidak serta merta menjadi faktor utama yang menyebabkan kesulitan belajar Ahmadi
dan Supriyono, 1991:74. Jadi seseorang dengan intelegensi tinggi belum tentu berhasil dalam belajar.
Seorang guru dituntut untuk cakap dalam menangani siswa yang mengalami kesulitam belajar. Hal ini dimulai dari mengenali dahulu
siswa yang mengalami kesulitan belajar. Setelah itu dilakukan pendekatan untuk mengetahui penyebab siswa mengalami kesulitan
belajar. Langkah terakhir adalah dengan memberikan layanan atau penanganan yang tepat.
Ada banyak faktor yang membuat siswa mengalami kesulitan belajar. Faktor-faktor tersebut terdiri dari faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor internal meliputi faktor fisiologis dan faktor psikologis. Faktor eksternal meliputi faktor sosial dan faktor non-
sosial. Faktor fisiologis antara lain karena siswa sedang sakit, karena
cacat tubuh, atau kurang sehat karena kurang vitamin dan nutrisi. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Faktor psikologis meliputi intelegensi, bakat, minat, motivasi, kesehatan mental, dan gaya belajar. Faktor sosial dapat berupa
hubungan orang tua, suasana rumah, hubungan guru dengan siswa, dan lingkungan sosial. Faktor non-sosial dapat berupa kondisi
ekonomi keluarga, kurikulum, perangkat pembelajaran, kondisi gedung sekolah, dan media massa.
Dalam perkuliahan mata kuliah Psikologi Belajar dan Pembelajaran, mahasiswa dikenalkan tentang seluk beluk belajar siswa.
Mahasiswa dikenalkan dengan berbagai macam gaya belajar, menemukan cara belajar yang tepat bagi dirinya, masalah kesulitan
belajar, cara mengatasi kesulitan belajar, menganalisis gaya belajar siswa, dan merancang pembelajaran yang sesuai dengan gaya belajar
siswa. Semua kompetensi ini bertujuan untuk meningkatkan kompetensi keguruan mahasiswa. Oleh karena itu, seseorang yang telah memiliki
bakat keguruan, dapat mengasah bakat keguruannya melalui perkuliahan di FKIP.