Mata Kuliah Keilmuan dan Keterampilan MKK

c Kesehatan mental yang positif Selama melaksanakan pelayanan bimbingan, konselor mengarahkan konseli untuk mampu mengubah pola pikirnya yang lama. Jika pola pikir konseli sudah berubah, maka konseli dapat belajar menerima tanggungjawab, berdiri sendiri, dan memperoleh integrasi perilaku. Konseli diajak untuk berpikir positif agar konseli dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda. Lebih jauh lagi, mental yang positif ini dapat membuat konseli membangun hubungan yang baik dengan sesama. Contohnya seorang konseli sedang dalam masalah besar, kemudian ia menemui konselor untuk membantunya menemukan solusi dari masalah tersebut. Sebelum ia menemui konselor, hubungan sosial dengan sesamanya tidak baik. Ia terlihat murung dan mudah marah. Setelah melaksanakan bimbingan dengan konselor, kesehatan mentalnya menjadi baik dan ia dapat mulai membangun hubungan yang harmonis dengan sesama. d Pemecahan masalah Tujuan konseli melakukan bimbingan dengan konselor adalah untuk membantu konseli memecahkan masalah yang sedang dihadapi. Hal yang perlu diingat bahwa bukan konselor yang memecahkan masalah tersebut, tetapi konseli lah yang akan menemukan solusi atas permasalahannya. Konselor hanya berperan membantu konseli dalam memahami kemampuan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI dirinya, membuka pikiran konseli sehingga konseli sadar dan mampu menemukan sendiri solusi atas permasalahan tersebut. Mencari solusi memang tidak mudah. Oleh karena itu, dibutuhkan kerjasama antara konseli dan konselor dalam mewujudkan pelayanan bimbingan yang efektif. e Pengambilan keputusan Setelah konseli dapat menemukan solusi atas permasalahannya, selanjutnya konseli diharapkan dapat mengambil keputusan yang tepat. Konseli juga diharapkan dapat bertanggungjawab atas keputusan yang diambilnya. Oleh karena itu, konseli diharapkan sadar akan konsekuensi atas tindakan yang akan dilakukannya itu. Hal ini untuk mengantisipasi kemungkinan masalah baru yang timbul akibat keputusan tersebut. 3 Fungsi Bimbingan di Sekolah Banyak teori yang mengungkapkan fungsi bimbingan. Fungsi bimbingan tersebut dirangkum menjadi tujuh fungsi sebagai berikut: a Fungsi pemahaman, yaitu membantu konseli untuk memahami potensi dan kemampuan dirinya sendiri serta memahami lingkungan sekitarnya. Hal ini bertujuan agar konseli mampu mengembangkan potensi dirinya secara optimal, dan mampu menyesuaikan dirinya dengan lingkungan Yusuf dan Nurihsan, 2010:16. Contohnya guru memberikan bimbingan kepada siswa PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI untuk mengenali bakat dan potensi yang dimiliki sehingga siswa dapat memilih kegiatan ekstrakurikuler yang sesuai. Dilihat dari sisi konselor, fungsi pemahaman ini terdiri dari pemahaman konselor tentang konseli, pemahaman tentang masalah konseli, dan pemahaman tentang lingkungan konseli Prayitno dan Amti, 2004:197. b Fungsi preventif pencegahan, yaitu usaha konselor untuk mencegah terjadinya gangguan atau masalah yang mungkin akan dihadapi konseli. Dalam dunia pendidikan, fungsi ini tampak pada saat konselor guru memberikan arahan kepada konseli siswa untuk menghindari diri dari perbuatan yang membahayakan dirinya sendiri Yusuf dan Nurihsan, 2010:16. Pencegahan tersebut dapat diberikan melalui program bimbingan yang sistematis seperti layanan orientasi, informasi, dan bimbingan kelompok Surya, 1988:38. Bentuk layanan yang diberikan berupa sosialisasi, wawancara dengan para ahli, berbagi pengalaman, dan sebagainya. c Fungsi pengembangan, yaitu usaha konselor untuk membantu konseli dalam mengembangkan keseluruhan kepribadiannya secara lebih terarah Surya, 1988:41. Dalam dunia pendidikan, usaha ini dapat diwujudkan dengan menciptakan lingkungan belajar yang kondusif dan memfasilitasi perkembangan siswa. Guru dan staf sekolah bekerjasama menciptakan lingkungan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI belajar yang kondusif dan memberikan fasilitas belajar yang menunjang perkembangan belajar siswa. Bentuk bimbingan yang diberikan dapat berupa layanan informasi, tutorial, diskusi kelompok, sharing , dan karyawisata Yusuf dan Nurihsan, 2010:16. d Fungsi perbaikan kuratif, yaitu bantuan yang diberikan konselor kepada konseli yang sedang menghadapi masalah. Meskipun usaha pencegahan telah dilakukan, seorang konseli tetap saja dapat mengalami gangguan atau masalah tertentu Surya, 1988:41. Pada saat inilah konselor diharapkan dapat memberikan bimbingan untuk membantu konseli memecahkan masalahnya. Bentuk bimbingan yang diberikan tergantung pada jenis, sifat, maupun bentuk masalahnya. Pendekatannya dapat berupa wawancara individu atau kelompok, melalui perantara orang lain, maupun melalui pengubahan lingkungan Surya, 1988:41. e Fungsi penyaluran, yaitu usaha konselor untuk memberikan bimbingan kepada konseli dalam memilih diantara alternatif yang tersedia decision making Winkel, 1991:86. Konselor membimbing konseli agar dapat memilih pilihan yang paling tepat dan paling sesuai dengan kepribadian konseli. Dalam dunia pendidikan, hal ini tampak pada saat guru membantu siswa dalam menyalurkan minat dan bakatnya, membantu dalam memilih ekstrakurikuler yang sesuai, memilih program studi yang diinginkan, dan sebagainya Yusuf dan Nurihsan, 2010:17. Sebelum siswa memilih diantara alternatif tersebut, hendaknya siswa dibimbing untuk memahami bakat dan potensinya terlebih dahulu. f Fungsi adaptasi, yaitu bentuk layanan konselor kepada tenaga- tenaga kependidikan khususnya pemimpin dan staf sekolah agar mengadaptasikan program pendidikan terhadap kebutuhan siswa Winkel, 1991:86. Konselor memberikan informasi tentang latar belakang siswa, gaya belajar siswa secara umum, dan informasi lainnya yang berguna untuk membuat perangkat pembelajaran yang sesuai. Dalam hal ini, konselor tidak langsung memberikan pelayanan kepada konseli, namun melalui perantara orang lain, yaitu guru dan staf sekolah. Guru dapat meminta bantuan dari konselor mengenai latar belakang siswa secara mendalam agar dapat merancang pembelajaran yang tepat. g Fungsi penyesuaian, yaitu bantuan yang diberikan konselor kepada konseli dalam menemukan cara menempatkan diri secara tepat dalam berbagai keadaan dan situasi yang dihadapi Winkel, 1991:86. Contohnya seorang konseli yang baru pindah ke suatu daerah merasa kesulitan untuk beradaptasi dengan lingkungannya. Ia dapat menghubungi konselor untuk meminta bantuan. Dalam dunia pendidikan, guru dapat membantu siswa dalam beradaptasi dengan lingkungan sekolah, peraturan sekolah, atau norma agama. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Jika dalam fungsi adaptasi konselor membantu guru dan staf sekolah merancang program pembelajaran, maka pada fungsi penyesuaian konselor membantu siswa untuk menyesuaikan diri dengan program pembelajaran tersebut. 4 Prinsip Bimbingan Setiap ahli menyebutkan fungsi bimbingan yang berbeda-beda. Sukardi 1988:12 berpendapat bahwa prinsip bimbingan terdiri dari lima prinsip, yaitu: a “Bimbingan, terutama dan secara sistematis bersangkut- paut dengan perkembangan pribadi individu. b Bimbingan diadakan terutama terletak pada proses yang berhubungan dengan perilaku individu. c Bimbingan adalah dilaksanakan berorientasi pada bentuk- bentuk kerjasama, tetapi bukan dengan bentuk paksaan. d Bimbingan didasarkan pada penghargaan atas harkat dan martabat serta nilai-nilai individual. e Bimbingan adalah suatu proses yang berkesinambungan, dan menyatu dengan semua kegiatan pendidikan.” Yusuf dan Nurihsan 2010:17 menambahkan beberapa poin dalam prinsip bimbingan, yaitu: a “Bimbingan diperuntukan bagi semua individu. b Bimbingan bersifat individualisasi. c Bimbingan menekankan hal yang positif. d Bimbingan merupakan usaha bersama. e Pengambilan keputusan merupakan hal yang esensial dalam bimbingan. f Bimbingan berlangsung dalam berbagai setting adegan.” Hal yang berbeda diungkapkan oleh Prayitno dan Amti 2004:218. Beliau menggolongkan prinsip bimbingan ke dalam lima bagian, yaitu: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI a “Prinsip-prinsip berkenaan dengan sasaran pelayanan. b Prinsip-prinsip berkenaan dengan masalah klien. c Prinsip-prinsip berkenaan dengan tujuan dan proses penanganan masalah. d Prinsip-prinsip berkenaan dengan program pelayananan. e Prinsip-prinsip berkenaan dengan penyelenggaan pelayanan.” Meskipun secara umum berbeda, inti pokok prinsip bimbingan masih sama. Di bawah ini dijelaskan beberapa prinsip bimbingan yang bersumber dari Prayitno dan Amti 2004; Fullmer dan Bernard 1964; Crow dan Crow 1960. a Bimbingan diberikan kepada setiap individu yang memerlukan bimbingan. Konselor tidak boleh bersikap subjektif dalam melayani konseli hanya dengan memandang latar belakang, status sosial, hubungan kekerabatan, dan lain-lain. b Konselor harus memahami secara mendalam tentang kondisi konseli. Hal-hal yang perlu dipahami konselor adalah kepribadian konseli, masalah yang dihadapi konseli, dan lingkungan sekitar konseli. Selama melaksanakan bimbingan, konselor diharapkan mampu menciptakan suasana nyaman, salah satu caranya dengan memberikan penguatan positif. c Bimbingan adalah suatu proses yang kontinu. Bimbingan tidak hanya berhenti saat konseli berhasil memecahkan masalahnya, namun harus berlanjut sampai konseli benar-benar mandiri dan mampu menyesuaikan diri dengan berbagai kondisi. Hal ini didasarkan atas tujuan bimbingan yang mengharapkan perubahan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI sikap konseli agar dapat mandiri dalam menghadapi setiap permasalahan. d Bimbingan harus dilaksanakan atas dasar kemauan konseli, bukan karena paksaan konselor. e Diperlukan kerjasama yang baik antara konselor dengan guru atau orang tua. Hal ini dikarenakan mereka yang bertanggungjawab atas perkembangan konseli. f Bimbingan dan konseling merupakan pekerjaan profesional. Oleh karena itu, kegiatan ini harus dilaksanakan oleh tenaga ahli yang telah diberikan latihan khusus dalam bidang ini. g Bimbingan tidak hanya berlangsung di sekolah tetapi juga di masyarakat dan lingkungan sosial lainnya. Oleh karena itu, program layanan harus dibuat fleksibel. Dari penjelasan di atas terlihat jelas bahwa guru memegang tugas penting dalam memberikan bimbingan kepada peserta didik. Dalam hal ini guru berperan sebagai konselor. Guru harus memahami karakteristik para peserta didik dan membuat rancangan pembelajaran yang bersifat preventif. Hal ini bertujuan untuk meminimalisir penyimpangan perilaku yang dilakukan oleh peserta didik. Semua kompetensi tersebut bisa didapatkan seseorang dengan belajar atau kuliah di FKIP. Melalui berbagai macam mata kuliah yang ditawarkan, FKIP berusaha untuk menghasilkan mahasiswa keguruan yang handal. Seseorang yang terlahir dengan bakat keguruan, akan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI semakin menonjol dan terampil dalam hal keguruan bila ia mendapatkan kompetensi dan latihan di FKIP. Dengan demikian, mata kuliah yang ditawarkan FKIP dapat membantu menumbuhkan dan mengembangkan bakat keguruan mahasiswa. b. Mata Kuliah Psikologi Belajar dan Pembelajaran 1 Pengertian Mata Kuliah Psikologi Belajar dan Pembelajaran Setiap orang memiliki definisi sendiri tentang belajar. Hal ini dikarenakan setiap orang memiliki pengalaman belajar yang berbeda- beda. Soemanto 1984:99 berpendapat bahwa belajar merupakan proses dasar dari perkembangan hidup manusia. Belajar berlangsung secara aktif dan integratif dengan menggunakan berbagai bentuk perbuatan untuk mencapai suatu tujuan. Dengan belajar, manusia melakukan perubahan-perubahan kualitatif individu sehingga tingkah lakunya berkembang Ahmadi dan Supriyono, 1991:120. 2 Faktor yang mempengaruhi belajar Belajar merupakan proses yang berlangsung sepanjang hidup manusia. Salah satu cara manusia belajar adalah dengan cara mencoba atau melalui pengalaman. Selama belajar ini, tentu saja seseorang berinteraksi dengan orang lain untuk mendapatkan informasi. Oleh karena itu, proses belajar seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut adalah: a Faktor eksternal Faktor eksternal merupakan faktor yang mempengaruhi belajar seseorang yang berasal dari luar dirinya. Hal ini berarti bahwa orang tersebut tidak dapat mengendalikan faktor ekternal ini. Faktor ini dapat berupa faktor manusia, lingkungan alam, atau lingkungan sosial. Faktor eksternal ini dibagi lagi ke dalam dua jenis yaitu faktor eksternal sosial dan faktor eksternal non-sosial Suryabrata, 1984:253. Faktor eksternal sosial maksudnya adalah orang lain yang hadir pada saat seseorang belajar. Kehadiran ini dapat diartikan secara nyata atau tidak nyata. Kehadiran yang nyata dapat terlihat pada saat seseorang belajar, kemudian orang lain datang untuk membantu atau malah mengganggu. Kehadiran yang tidak nyata dapat terjadi pada saat seseorang mendengarkan radio selama ia belajar. Faktor eksternal non-sosial maksudnya adalah hal-hal yang dapat mempengaruhi belajar seseorang di luar faktor manusia. Contohnya adalah suhu udara, kebisingan lingkungan, alat tulis yang dipakai, waktu belajar, perangkat pembelajaran, dan lain-lain. Mengapa hal tersebut dapat mempengaruhi belajar? Berikut akan diberikan ilustrasi sederhana. Siswa yang belajar di sekolah yang tenang, aman, dan bersih pasti akan lebih nyaman dalam belajar. Sebaliknya siswa yang belajar di sekolah yang bising, tidak aman, dan kotor akan merasa tidak nyaman dalam belajar. Hal ini dapat mempengaruhi konsentrasi belajar siswa dan dapat berimbas pada hasil belajarnya. b Faktor internal Faktor internal merupakan hal-hal yang mempengaruhi belajar seseorang yang berasal dari dalam dirinya sendiri. Hal ini berarti bahwa seseorang dapat mengendalikan faktor internal tersebut. Faktor internal dapat berupa faktor jasmanifisik, dan faktor rohanipsikologis. Faktor jasmanifisik adalah faktor yang berkaitan dengan fisik seseorang. Contohnya adalah seseorang yang sedang sakit pasti tidak akan bisa berkonsentrasi dengan baik selama belajar. Oleh karena itu, guru juga perlu memperhatikan faktor fisik peserta didik agar mereka dapat mengikuti pembelajaran dengan baik. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan pelayanan kesehatan di sekolah, seperti periksa mata, imunisasi, pemberian makanan sehat, dan lain-lain. Faktor rohanipsikologis merupakan faktor yang berkaitan dengan psikologiskejiwaan. Seseorang yang dalam keadaan marah atau banyak masalah, tidak dapat berpikir dengan baik dalam belajar. Konsentrasinya akan terpecah-pecah. Hal ini harus cepat disadari oleh guru dan harus segera diberikan penanganan yang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI tepat. Bila hal ini dibiarkan berlarut-larut, maka hasil belajar siswa tersebut dapat menurun. 3 Kesulitan belajar Dalam proses belajar, tidak semua prosenya dapat berjalan dengan lancar. Seseorang dapat mengalami gangguan atau kesulitan dalam belajar. Faktor intelegensi yang rendah tidak serta merta menjadi faktor utama yang menyebabkan kesulitan belajar Ahmadi dan Supriyono, 1991:74. Jadi seseorang dengan intelegensi tinggi belum tentu berhasil dalam belajar. Seorang guru dituntut untuk cakap dalam menangani siswa yang mengalami kesulitam belajar. Hal ini dimulai dari mengenali dahulu siswa yang mengalami kesulitan belajar. Setelah itu dilakukan pendekatan untuk mengetahui penyebab siswa mengalami kesulitan belajar. Langkah terakhir adalah dengan memberikan layanan atau penanganan yang tepat. Ada banyak faktor yang membuat siswa mengalami kesulitan belajar. Faktor-faktor tersebut terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi faktor fisiologis dan faktor psikologis. Faktor eksternal meliputi faktor sosial dan faktor non- sosial. Faktor fisiologis antara lain karena siswa sedang sakit, karena cacat tubuh, atau kurang sehat karena kurang vitamin dan nutrisi. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Faktor psikologis meliputi intelegensi, bakat, minat, motivasi, kesehatan mental, dan gaya belajar. Faktor sosial dapat berupa hubungan orang tua, suasana rumah, hubungan guru dengan siswa, dan lingkungan sosial. Faktor non-sosial dapat berupa kondisi ekonomi keluarga, kurikulum, perangkat pembelajaran, kondisi gedung sekolah, dan media massa. Dalam perkuliahan mata kuliah Psikologi Belajar dan Pembelajaran, mahasiswa dikenalkan tentang seluk beluk belajar siswa. Mahasiswa dikenalkan dengan berbagai macam gaya belajar, menemukan cara belajar yang tepat bagi dirinya, masalah kesulitan belajar, cara mengatasi kesulitan belajar, menganalisis gaya belajar siswa, dan merancang pembelajaran yang sesuai dengan gaya belajar siswa. Semua kompetensi ini bertujuan untuk meningkatkan kompetensi keguruan mahasiswa. Oleh karena itu, seseorang yang telah memiliki bakat keguruan, dapat mengasah bakat keguruannya melalui perkuliahan di FKIP.

3. Penguasaan Mata Kuliah

Menurut Standar Proses pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 41 Tahun 2007, indikator pencapaian kompetensi adalah perilaku yang dapat diukur danatau diobservasi untuk menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar tertentu yang menjadi acuan penilaian mata pelajaran. Indikator pencapaian kompetensi dirumuskan dengan menggunakan kata PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI kerja operasional yang dapat diukur, yang mencakup pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Ini berarti indikator pencapaian kompetensi merupakan rumusan kemampuan yang harus dilakukan atau ditampilkan oleh siswa untuk menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar. Untuk mengukur keberhasilan mahasiswa dalam mata kuliah yang bersangkutan, maka dibuat perangkat penilaian yang terdiri dari tes atau non tes. Hasil dari tes dan penilaian lainnya menghasilkan nilai akhir mata kuliah. Nilai akhir mata kuliah ini hanya berfokus pada ranah kognitif. Mahasiswa yang lulus dalam mata kuliah, berarti bahwa ia menguasai mata kuliah tersebut karena ia telah berhasil melampaui kompetensi dasar yang disyaratkan dalam mata kuliah tersebut. Oleh karena itu, variabel penguasaan mata kuliah pada penelitian ini diukur dengan melihat nilai akhir mahasiswa pada mata kuliah yang bersangkutan.

B. Kerangka Berfikir

Undang-Undang No. 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen menyebutkan bahwa salah satu syarat untuk menjadi guru adalah harus memiliki bakat. Hal ini berarti bahwa bakat sangat penting dalam proses pendidikan. Selain guru harus memiliki bakat, guru dan sistem pendidikan pun harus memperhatikan bakat peserta didik. Dalam proses mendeteksi bakat peserta didik tersebut, dibutuhkan keahlian dan bakat dalam bidang keguruan. Calon guru dapat mengasah bakat keguruannya dengan berlatih di perguruan tinggi, yaitu FKIP. FKIP menawarkan banyak mata kuliah yang dapat mengasah bakat keguruan mahasiswa. Dua di antaranya adalah mata kuliah Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling serta mata kuliah Psikologi Belajar dan Pembelajaran. Dalam kedua mata kuliah ini terdapat banyak teori dan latihan-latihan yang dapat menjadi bekal guru dalam mengajar. Mata kuliah Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling memberikan bekal bagi calon guru dalam memberikan bimbingan dan konseling untuk peserta didik. Mata kuliah ini juga memberikan teori mengenai konsep hakikat, urgensi bimbingan dan konseling, tujuan, fungsi, prinsip, asas, pemahaman individu peserta didik, dan layanan konseling. Dengan bekal teori yang diberikan oleh FKIP, calon guru dapat mendeteksi sikap-sikap siswa yang terlihat lesu atau tidak fokus dalam belajar. Setelah itu, calon guru melakukan pendekatan untuk mengetahui penyebab masalah tersebut dan dibantu untuk keluar dari masalah tersebut. Mata kuliah Psikologi Belajar dan Pembelajaran memberikan bekal kepada calon guru dalam memahami karakteristik siswa dalam belajar, sehingga diharapkan guru dapat menyusun perangkat pembelajaran yang tepat. Mata kuliah ini memberikan teori tentang konsep belajar dan pembelajaran, faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar dan pembelajaran, dampak keberagaman siswa dan budaya terhadap proses pembelajaran dan pencapaian hasil belajar, pembelajaran yang efektif dan positif, kategori sekolah dan kultur sekolah. Bila guru dapat memahami karakteristik belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar mereka, maka guru dapat merancang perangkat pembelajaran yang tepat. Hal ini diharapkan dapat memaksimalkan hasil belajar siswa. Seseorang yang memiliki bakat dan terus melatih diri sesuai bakatnya, maka bakat tersebut akan semakin menonjol dan terasah. Bila bakat tersebut tidak difasilitasi dan tidak dilatih, maka bakat tersebut bisa hilang. Standar kompetensi dan tujuan dari kedua mata kuliah ini memberikan bekal teori dan latihan yang dapat mengasah bakat keguruan mahasiswa. Dengan beragam latihan dan keterampilan dari kedua mata kuliah tersebut, bakat keguruan yang ada dalam diri mahasiswa FKIP akan semakin muncul dan terasah. Kerangka konsep penelitian dapat digambarkan sebagai berikut: Gambar 2.1: Kerangka Konsep Pemelitian

C. Rumusan Hipotesis

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: Ha 1 : Terdapat hubungan penguasaan mata kuliah Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling dengan pengembangan bakat keguruan mahasiswa FKIP. Penguasaan Mata Kuliah Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling X 1 Penguasaan Mata Kuliah Psikologi Belajar dan Pembelajaran X 2 Pengembangan Bakat Keguruan Mahasiswa FKIP Y PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Ha 2 : Terdapat hubungan penguasaan mata kuliah Psikologi Belajar dan Pembelajaran dengan pengembangan bakat keguruan mahasiswa FKIP.

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN PENGUASAAN MATA KULIAH RENCANA ANGGARAN BIAYA DENGAN PENYELESAIAN TUGAS MATA KULIAH MANAJEMEN KONSTRUKSI.

1 0 40

PENGEMBANGAN INSTRUMEN ASESMEN UNTUK MENGUKUR PENGUASAAN KONSEP FISIKA PADA MATA KULIAH FISIKA DASAR MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI DAN PENDIDIKAN KIMIA.

0 6 56

Hubungan mata kuliah kurikulum dan kajian buku teks dan mata kuliah media pembelajaran dengan bakat keguruan mahasiswa FKIP (studi kasus pada mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan angkatan 2013 Universitas Sanata Dharma).

0 3 188

Hubungan penguasaan mata kuliah Pengelolaan Kelas dan penguasaan mata kuliah Strategi Pembelajaran dengan bakat keguruan mahasiswa FKIP : studi kasus pada mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan angkatan 2013 Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

0 1 232

Hubungan mata kuliah kurikulum dan kajian buku teks dan mata kuliah media pembelajaran dengan bakat keguruan mahasiswa FKIP

0 1 186

Hubungan antara keaktifan belajar dan prestasi belajar mahasiswa pada mata kuliah akuntansi keuangan dasar 1.

0 1 104

Hubungan penguasaan mata kuliah Pengelolaan Kelas dan penguasaan mata kuliah Strategi Pembelajaran dengan bakat keguruan mahasiswa FKIP

0 5 230

Hubungan antara Sikap Mahasiswa Peserta Mata Kuliah Bimbingan dan Konseling Keluarga Dengan Tingkat Kesiapan Perkawinan pada Mahasiswa Bimbingan dan Konseling Angkatan 2001/2002.

0 0 2

pengaruh penguasaan mata kuliah

0 0 9

ANALISIS HAMBATAN BELAJAR MAHASISWA PADA MATA KULIAH KALKULUS DASAR

0 0 14