Pembelajaran Matematika Realistik Tinjauan Pustaka

commit to user 15 Sedangkan menurut R. Soedjadi 2000:11, tidak terdapat satu definisi matematika yang tunggal dan disepakati oleh semua tokoh atau pakar matematika. Walaupun terdapat definisi matematika yang berbeda-beda, tetapi terdapat ciri-ciri khusus atau karakteristik matematika, yaitu: 1 Memiliki objek kajian abstrak 2 Bertumpu pada kesepakatan 3 Berpola pikir deduktif 4 Memiliki simbol yang kosong dari arti 5 Memperhatikan semesta pembicaraan 6 Konsisten dalam sistemnya. R. Soedjadi, 2000:13 c. Pengertian Prestasi Belajar Matematika Berdasarkan pengertian belajar, prestasi belajar dan hakikat matematika di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa prestasi belajar matematika adalah hasil penguasaan atau keterampilan yang telah dicapai dari pembelajaran matematika yang ditunjukkan dengan nilai atau skor. Ada tiga ranah yang menjadi indikator prestasi siswa yaitu ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Dalam penelitian ini prestasi belajar matematika siswa dibatasi pada ranah kognitif yang tingkat keberhasilannya ditunjukkan dalam kompetensi dasar siswa sesuai kurikulum yang digunakan saat ini.

3. Pembelajaran Matematika Realistik

Realistic Mathematics Education RME merupakan teori belajar mengajar dalam pendidikan matematika. Teori MRE pertama kali diperkenalkan dan commit to user 16 dikembangkan di Belanda pada tahun 1970 oleh Institut Freudenthal. Menurut Freudenthal dalam Devrim 2006 mengatakan bahwa teori ini harus mengaitkan matematika dengan realita dan matematika merupakan aktivitas manusia. Ini berarti matematika harus dekat dengan anak dan relevan dengan kehidupan nyata sehari-hari. Matematika sebagai aktivitas manusia berarti manusia harus diberi kesempatan untuk menemukan kembali ide dan konsep matematika dengan bantuan orang dewasa. I Gusti Putu Suharta, 2001:643. Proses pembelajaran matematika realistik menggunakan masalah kontekstual sebagai titik awal dalam belajar matematika. Masalah kontekstual yang dimaksud adalah masalah-masalah yang nyata dan konkrit yang dekat dengan lingkungan siswa dan dapat diamati atau dipahami oleh siswa dengan membayangkan. Dalam hal ini siswa melakukan aktivitas matematika horisontal, yaitu siswa mengorganisasikan masalah dan mencoba mengidentifikasi aspek matematika yang ada pada masalah tersebut. Siswa bebas mendeskripsikan, menginterpretasikan dan menyelesaikan masalah konstektual dengan caranya sendiri dengan pengetahuan awal yang dimiliki, kemudian dengan atau tanpa bantuan guru menggunakan matematika vertikal melalui abstraksi dan formulasi, sehingga tiba pada tahap pembentukan konsep. Setelah dicapai pembentukan konsep, siswa mengaplikasikan konsep-konsep tersebut kembali pada masalah kontekstual, sehingga dapat memahami konsep. Pembelajaran matematika realistik mempunyai lima karakteristik de Lange, 1987 . Secara ringkas kelimanya adalah sebagai berikut : commit to user 17 a. Menggunakan masalah kontekstual masalah kontekstual sebagai aplikasi dan titik tolak darimana matematika yang diinginkan dapat muncul. b. Menggunakan model atau jembatan dengan instrumen vertikal perhatian diarahkan pada pengembangan model, skema dan simbolisasi daripada hanya mentransfer rumus atau matematika formal secara langsung. c. Menggunakan kontribusi murid kontribusi yang besar pada proses belajar mengajar diharapkan dari konstruksi murid sendiri yang mengarahkan mereka dari metode informal ke arah yang lebih formal atau standar. d. Interaktivitas negosiasi secara eksplisit, intervensi, kooperasi dan evaluasi sesama murid dan guru adalah faktor penting dalam proses belajar secara konstruktif dengan strategi informal murid digunakan sebagai jantung untuk mencapai yang formal. e. Terintegrasi dengan topik pembelajaran lainnya pendekatan holistik, menunjukkan bahwa unit-unit belajar tidak akan dapat dicapai secara terpisah, tetapi keterkaitan dan keterintegrasiannya harus dieksploitasi dalam pemecahan masalah. Mengacu pada karakteristik pembelajaran matematika realistik di atas, maka langkah-langkah dalam kegiatan inti proses pembelajaran matematika realistik pada penelitian ini adalah sebagai berikut : Langkah 1 : Memahami masalah kontekstual Guru memberikan masalah kontekstual dan siswa memahami permasalahan tersebut. commit to user 18 Langkah 2 : Menjelaskan masalah kontekstual Guru menjelaskan situasi dan kondisi soal dengan memberikan petunjuksaran seperlunya terbatas terhadap bagian-bagian tertentu yang belum dipahami siswa. Penjelasan ini hanya sampai siswa mengerti maksud soal. Langkah 3 : Menyelesaikan masalah kontekstual Siswa secara individu menyelesaikan masalah kontekstual dengan cara mereka sendiri. Guru memotivasi siswa untuk menyelesaikan masalah dengan cara mereka dengan memberikan pertanyaan petunjuksaran. Langkah 4 : Membandingkan dan mendiskusikan jawaban Guru menyediakan waktu dan kesempatan pada siswa untuk membandingkan dan mendiskusikan jawaban dari soal secara berkelompok, untuk selanjutnya dibandingkan dan didiskusikan dalam diskusi kelas. Langkah 5 : Menyimpulkan Dari diskusi guru menarik kesimpulan suatu prosedur atau konsep. Menurut Suwarsono dalam Jaka Purnama, 2004:18 kelebihan-kelebihan pembelajaran matematika realistik adalah sebagai berikut : a. Pendekatan realistik memberikan pengertian yang jelas dan operasional kepada siswa tentang keterkaitan antara matematika dengan kehidupan sehari- hari dan tentang kegunaan matematika pada umumnya kepada manusia. commit to user 19 b. Pendekatan realistik memberikan pengertian yang jelas dan operasional kepada siswa bahwa matematika adalah suatu bidang kajian yang dapat dikonstruksi dan dikembangkan sendiri oleh siswa dan oleh setiap “orang biasa” yang lain, tidak hanya oleh mereka yang disebut pakar dalam bidang tersebut. c. Pendekatan realistik memberikan pengertian yang jelas dan operasional kepada siswa bahwa cara penyelesaian suatu soal atau masalah tidak harus tunggal dan tidak harus sama dengan orang lain. d. Pendekatan realistik memberikan pengertian yang jelas dan operasional kepada siswa bahwa dalam mempelajari matematika, proses pembelajaran merupakan suatu yang utama dan untuk mempelajari matematika orang harus menjalani sendiri proses itu dan berusaha untuk menemukan sendiri konsep- konsep dan materi-materi matematika yang lain dengan bantuan pihak lain yang sudah tahu guru. Tanpa kemauan untuk menjalani sendiri proses tersebut, pembelajaran yang bermakna tidak akan terjadi. e. Pendekatan realistik memadukan kelebihan-kelebihan dari berbagai pendekatan pembelajaran lain yang juga dianggap “unggul”. f. Pendekatan realistik bersifat lengkap menyeluruh, mendetail dan operasional. Proses pembelajaran topik-topik matematika dikerjakan secara menyeluruh, mendetail dan operasional sejak dari pengembangan kurikulum, pengembangan didaktinya di kelas, yang tidak hanya secara makro tapi juga secara mikro beserta proses evaluasinya. commit to user 20 Selain kelebihan–kelebihan seperti yang telah diuraikan di atas, terdapat juga kelemahan-kelemahan pendekatan pembelajaran realistik yang menurut Suwarsono dalam Jaka Purnama, 2004:20 adalah sebagai berikut : a. Pemahaman tentang pembelajaran realistik dan upaya pengimplementasian pembelajaran realistik membutuhkan paradigma, yaitu perubahan pandangan yang sangat mendasar mengenai beberapa hal, misalnya mengenai siswa, guru, peranan soal, peranan kontek, peranan alat peraga, pengertian belajar dan lain- lain. Perubahan paradigma ini mudah diucapkan, tetapi tidak begitu mudah untuk dipraktekkan karena paradigma lama sudah begitu kuat dan lama mengakar. b. Pencarian soal-soal yang kontekstual, yang memenuhi syarat-syarat yang dituntut oleh pembelajaran realistik tidak selalu mudah untuk setiap topik matematika yang perlu dipelajari siswa, terlebih karena soal tersebut masing- masing harus bisa diselesaikan dengan berbagai cara. c. Upaya mendorong siswa agar bisa menemukan cara untuk menyelesaikan tiap soal juga merupakan tantangan tersendiri. d. Proses pengembangan kemampuan berpikir siswa dengan melalui soal-soal kontekstual, proses matematisasi horisontal dan proses matematisasi vertikal juga bukan merupakan sesuatu yang sederhana karena proses dan mekanisme berpikir siswa harus diikuti dengan cermat agar guru bisa membantu siswa dalam melakukan penemuan kembali terhadap konsep-konsep matematika tertentu. commit to user 21 e. Pemilihan alat peraga harus cermat agar alat peraga yang dipilih bisa membantu proses berpikir siswa sesuai dengan tuntutan pembelajaran realistik. f. Penilaian assessment dalam pembelajaran realistik lebih rumit daripada dalam pembelajaran konvensional. g. Kepadatan materi pembelajaran dalam kurikulum perlu dikurangi secara substansial, agar proses pembelajaran siswa bisa berlangsung sesuai dengan prinsip-prinsip pembelajaran realistik.

4. Teori Yang Terkait dengan Pembelajaran Matematika Realistik

Dokumen yang terkait

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN ALAT PERAGA PADA POKOK BAHASAN BANGUN RUANG SISI LENGKUNG DITINJAU DARI AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS IX SMP KOTA SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2008 2009

4 54 248

PEMBELAJARAN KOOPERATIF MELALUI STAD DAN GI DITINJAU DARI AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA POKOK BAHASAN GERAK DI SMP KELAS VII SEMESTER II TAHUN AJARAN 2009 2010

0 4 119

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN DENGAN METODE PROBLEM SOLVINGTERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN SPLDV DITINJAU DARI AKTIVITAS BELAJAR SISWA SMP NEGERI 8 SURAKARTA

0 3 80

EKSPERIMENTASI PENGGUNAAN MEDIA KOMPUTER DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN PECAHAN DITINJAU DARI AKTIVITAS BELAJAR SISWA MTs KABUPATEN KLATEN

1 5 112

EKSPERIMENTASI METODE PENEMUAN DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN TEKNIK SCAFFOLDING DITINJAU DARI AKTIVITAS SISWA KELAS VII SMP NEGERI 2 WERU TAHUN AJARAN 2008/ 2009.

0 0 8

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW II PADA POKOK BAHASAN SEGIEMPAT DITINJAU DARI POLA BELAJAR SISWA KELAS VII SEMESTER 2 ( MTs Negeri Bekonang Tahun Ajaran 2008/2009 ).

0 0 8

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN STRATEGI PEMBELAJARAN BERORIENTASI AKTIVITAS SISWA (PBAS) DAN STRATEGI PEMBELAJARAN EKSPOSITORI (SPE) PADA POKOK BAHASAN SEGI EMPAT (Eksperimentasi di SMP Al-Islam 1 Surakarta Kelas VII).

0 0 9

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN PECAHAN MELALUI PENDEKATAN REALISTIK DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA.

0 0 7

EKSPERIMEN PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK DENGAN MENGGUNAKAN ALAT PERAGA PADA POKOK BAHASAN HIMPUNAN DITINJAU DARI AKTIVITAS BELAJAR SISWA.

0 0 8

Eksperimentasi Pembelajaran Realistik ditinjau dari Aktivitas Belajar Siswa pada Materi Segiempat Oleh : Dewi Azizah Pendidikan Matematika FKIP Universitas Pekalongan Abstract - Eksperimentasi Pembelajaran Realistik ditinjau dari Aktivitas Belajar Siswa p

0 0 13