Pasar susu Indonesia Tetap impor

9 dengan mencampur susu dengan makanan lain, misalnya es krim yang mengandung susu, puding, cake, kue- kue kering dan makanan lainnya. Hal yang paling baik minum susu adalah dua gelas per prang per hari. Apabila dihitung per bulan, maka 60 gelas susu maka setiap keluarga yang terdiri dari dua anak dan dua orang tua, dalam mengkonsumsi susu sekitar 240 gelas yang dibutuhkan dalam sebulan. Masyarakat yang berpenghasilan tidak tetap, susu dianggap mahal. Misalnya, kemasan 400 gram harganya sekitar Rp 15.000, paling lama habis dikonsumsi selama dua pekan. Excutive Director Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia Gapmmi mengatakan, rendahnya angka konsumsi susu di Indonesia disebabkan harga susu cenderung tinggi, dan rakyat Indonesia sebagian memiliki alergi terhadap laktosa. “Laktosa merupakan gula yang terkandung dalam susu”. Oleh karena hal tersebut maka kalsium sangat penting bagi tubuh manusia, dengan cara meminum susu berkalsium dapt dilakukan pencegahan penyakit osteoporosis. Konsumsi susu di Indonesia selalu mengalami perubahan, contohnya adalah pada saat Indonesia mengalami krisis ekonomi. Jumlah konsumen susu turun drastis. Hal itu, dikarenakan mahalnya biaya kemasan yang dipakai dalam pengolahan susu, terutama susu impor. Konsumsi per kapita Indonesia pada tahun 1997 cuma mencapai 474 gram. Tetapi di tahun 1998 merosot sampai 375 gram. Tahun 2000 konsumsi susu meningkat lagi hingga mencapai 80,788 ton. Angka tersebut terus meningkat, dan pada tahun 2003 diperkirakan bisa mencapai 100,565 ton. Diharapkan konsumsi per kapita akan meningkat kembali diiringi meningkatnya pendapatan masyarakat.

1. Pasar susu

Produk susu nasional pada tahun 1999 mencapai 436 ribu ton, pada tahun 2000 mengalami peningkatan sebesar 497,87 ribu ton. Dan di tahun 2009, produksi susu nasional diharapkan mencapai 1331,87 ribu ton. Dari berbagai jenis susu yang telah diproses di pabrik, susu bubuk menempati urutan pertama dalam tingkat produksinya dibanding jenis susu lainnya, seperti susu kental manis, atau susu murni. Tingginya tingkat produksi susu bubuk disebabkan luasnya jaringan 10 pasar yang dikuasai oleh susu bubuk. Selain itu, jenis susu ini dapat dikonsumsi oleh semua umur dari bayi, orang dewasa, dan manula. Sedangkan pada urutan kedua adalah susu lanjutan atau susu formula. Susu jenis ini memiliki tingkat produksi 20,079 ton pada tahun 1997, namun tahun 1998 turun, karena adanya gejolak ekonomi yang menyebabkan meningkatnya harga. Pada tahun tersbut produksi susu lanjutan mencapai angka 15,367 ton dan kembali mengalami peningkatan pada tahun 2000 dengan angka 15,858 ton. Sementara produksi susu bayi hanya 1,842 ton pada 1997 dan untuk susu lanjutan mencapai 7,329 ton pada tahun yang sama.

2. Indonesia Tetap impor

Konsumsi susu di Indonesia masih rendah, yaitu cuma 1,391 ton di tahun 1996, namun untuk memenuhi kebutuhan susu nasional, impor susu masih dilakukan dalam jumlah cukup besar. Karena produksi susu dalam negeri di tahun yang sama hanya mencapai 380 ribu ton. Impor susu juga cenderung meningkat karena konsumsi susu di Indonesia juga terus meningkat, kecuali ketika krisis moneter mengalami penurunan. Pada tahun 1997-1999, produksi susu turun, yaitu 1,275 ton, kemudian mengalami penurunan lagi sebesar 1,030 ton, dan pada tahun 1999 produksi susu mengalami penurunan kembali sebesar 1,258 ton. Pada tahun 2000 meningkat menjadi 1,537 ton dan pada tahun 2001 meningkat menjadi 1,869 ton. Sementara untuk produksi susu mengalami penurunan, pada tahun 2000 dan 2001 naik menjadi 395 ribu ton dan 435 ribu ton. Hal ini dapat dilihat pada hasil produksi susu dalam negeri tidak mencukupi jumlah konsumsi susu nasional. Oleh karena itu Indonesia masih membutuhkan impor susu. Menurut data Biro Pusat Statistik BPS, jumlah impor susu bubuk tahun 1997 mencapai 45,681 ton dengan harga US91,8 juta. Jumlah impor pada tahun 1998 mengalami penurunan dengan angka 37,589 ton, kemudian pada tahun yang sama jumlah harga yang harus dibayar Indonesia kepada negara importir mengalami kenaikan yaitu US121,6 juta. Pada tahun 1999 tercatat 55,048 ton dengan harga US80,7 juta susu yang diimpor dari luar negara lain harus diolah kembali. Negara yang menjadi pemasok kebutuhan susu Indonesia menurut data 11 yang tercatat di BPS adalah Australia, Selandia Baru, dan Amerika Serikat. Australia pada tahun 1998 mengekspor 11,433 ton dengan harga US18,57 juta dan pada tahun 1999 mengalami kenaikan sampai 13,913 ton dengan harga US18,6 juta. Sedangkan impor dari Selandia Baru mencapai 14,449 ton dengan harga US26,19 juta pada tahun 1998-1999 jumlahnya sama dengan harga US20,8 juta. Amerika Serikat mengekspor 2,265 ton pada tahun 1998 dengan harga US3,3 juta, dan pada tahun 1999 meningkat jadi 6,125 ton dengan harga US8,28 juta. Susu impor dari Selandia Baru dan Australia selama ini masih harus diolah lagi oleh perusahaan susu lokal. Sedangkan impor dari Amerika Serikat sudah dalam kemasan siap minum. Selain mengimpor susu, Indonesia juga mengekspor susu ke Australia, Bangladesh, Belgia, Belize, Chile, dan beberapa negara di Asia. Menurut BPS, tahun 1997 jumlah ekspor Indonesia mencapai 704 ton dan menjadi 1,190 ton di tahun 1999 dan jenis susu yang diekspor adalah susu bubuk. Pemerintah sejak Januari 1998 melalui peraturan no.41998 telah mengatur koordinasi, bimbingan, dan pengembangan perusahaan susu di Indonesia. Peraturan tersebut termasuk mengatur pengendalian susu impor, obligasi pengemasan susu di dalam negeri yang kini berada di luar tanggung jawab pemerintah. Peraturan tersebut membebaskan pasar susu, pihak pemerintah hanya melakukan pengawasan.

2.2. Penelitian Terdahulu