phytagoras melaui alat peraga dan penyelidikan berbagai pola bilangan lalu menggunakan pola dan generalisasi untuk menyelesaikan masalah nyata serta
menggunakan teorema phytagoras untuk menyelesaikan berbagai masalah. Peneliti menemukan soal-soal yang berkaitan dengan teorema phytagoras,
memang dalam kompetensi dasar tidak tersirat model matematika seperti apa yang dominan. Namun, karena tingkat VIII sepertinya soal dalam bentuk gambar
dan dikorelasikan dengan kehidupan sehari-hari lebih menarik untuk diselesaikan oleh mereka.
i. Lingkaran
Tak jauh berbeda dengan materi teorema Phytagoras pada materi ini kategori B lebih menggungguli dibanding A dan hanya kode G. Uniknya dalam materi
ini, peneliti menemukan di kategori A hanya kode G. Pada materi ini sisiwa dilatih untuk membaca dan mengolah informasi pada soal tipe G baik kategori A
ataupun B. Kompetensi dasar materi ini mengidentifikasi unsur, keliling, dan luas dari lingkaran lalu menentukan hubungan sudut pusat, panjang busur, dan
luas juring serta menyelesaiakan permasalahan nyata yang terkait penerapan hubungan sudut pusat, panjang busur, dan luas juring. Sesuai dengan kompetensi
dasarnya tipe soal materi ini banyak menggunakan gambar.
j. Bangun Ruang
Pada materi ini kode G baik dalam kategori A dan B memiliki porsi yang cukup besar. Namun kategori B lebih banyak karena banyak soal yang sifatnya
aplikatif atau soal yang behubungan dengan kehidupan sehari-hari. Peneliti melihat kemampuan membaca gambar pada materi ini sangat dilatih, terbukti
banyaknya kode G dalam kategori B. Kompetensi dasar materi ini ialah menentukan luas permukaan dan volume kubus, balok, prisma dan limas serta
menaksir dan menghitung luas permukaan dan volume bangun ruang yang tidak beraturan dengan menerapkan geometri dasar. Dengan banyaknya soal kode G
mempermudah siswa untuk mencapai kompetensi dasar karena siswa lebih
mudah membayangkan bangun ruang sehingga terbayang bentuk penyelesaian yang tepat.
k. Peluang
Materi yang sama sekali tidak melibatkan unsur komunikasi lain selain kode T. Mungkin ketidak cocokan materi ini untuk melatih kemampuan
komunikasi sehingga hanya kode T yang ada. Pada materi ini pun kategori B lebih dominan walaupun tidak jauh perbedaannya. Kompetensi dasar materi ini
adalah memahami teknik penyajian data dua variabel menggunakan tabel, grafik batang, diagram lingkaran, dan grafik garis dengan komputer serta menganalisis
hubungan antara variabel lalu mengumpulkan, mengolah, menginterpretasi, dan menyajikan data hasil pengamatan dalam bentuk tabel, diagram dan grafik dari
dua variabel serta mengidentifikasi hubungan antara variabel dan menemukan peluang empirik dan teoritik dari data luaran Output yang mungkin diperoleh
berdasarkan kelompok data serta melakukan percobaan untuk menemukan peluang empirik dari masalah nyata serta membandingkannya. Dalam temuan
peneliti hanya menemukan kode T. Seharusnya ditemukan juga soal kode G dan D. Sepertinya lebih kemampuan matematika lainnya yang ada di materi ini.
62
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Bentuk soal komunikasi matematika dapat digolongkan berdasarkan materi. Setiap materi memiliki jenis komunikasi yang
berbeda berdasarkan standar kompetensi. Berdasarkan temuan peneliti diperoleh 304 soal yang melatih meubah bahasa biasa menjadi model
matematika. Dengan presentasi 41 dari seluruh soal. Sedangkan ada 444 soal yang melatih merubah model matematika mendaji bahasa
biasa. Dengan presentasi 59 dari seluruh soal. Fenomena soal tersebut selaras dengan kemampuan siswa kelas VIII pada tahap
bahasa biasa menjadi model matematika sehingga siswa tidak berpikir rumit dengan hal abstrak terutama penyelesaian dalam bentuk ekspresi
matematika. Hal yang menarik lainnya ialah soal tipe gambar lebih dominan dari pada tipe soal yang lain yaitu 33. Pada kelas ini juga
kemampuan siswa merubah ekspresi matematika juga menjadi fokus kedua karena terdapat 20 soal yang melatih ekspresi matematika
menjadi bahasa biasa. Gambaran soal
– soal komunikasi dalam buku pelajaran sekolah dipengaruhi oleh standar kompetensi dari masing
– masing materi yang diajarkan. Sehingga ada hubungan yang timbul antara
soal dalam materi yang diajarkan pada materi Lingkaran, Teorema Phytagoras, Bangun ruang lebih banyak menonjolkan soal model
matematika jenis gambar. Berbeda dengan operasi fungsi aljabar, fungsi, persamaan garis lurus, persamaan linier dua variabel yang
banyak ditemui dalam soal model ekspresi matematika.
B. Implikasi
Karena adanya hubungan antara materi dan soal kemampuan komunikasi, maka dampak yang ditimbulkan antara lain
1. Kemampuan komunikasi matematik yang dilatih juga
beragam, namun tetap ada yang diunggulkan sesuai dengan tingkatan kelas dan materi
2. Untuk melatih kemampuan komunikasi, materi yang
diajarkan dapat disesuaikan dengan kemampuan yang akan di latih
64
DAFTAR PUSTAKA
Ali dkk, Analisis Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa dalam Memahami Volume Bangun Ruang Sisi datar,
http:kim.ung.ac.id , Januari 2016
Handayani, Ayu, Analisis Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Melalui Pendekatan Matematika Realistik PMR Bagi Siswa Kelas VII MTsN
Lubuk Buaya Padang Tahun Pelajaran 20132014, Jurnal Pendidikan Matematika, Part 1, 2014
Hernawan, Asep Herry, dkk., “Pengembangan Bahan Ajar”,
http:file.upi.edu ,
Januari 2016 Hernawan, Asep Herry, dkk, Pengembangan Bahan Ajar,
http:file.upi.edu , April
2016 Kamus
Besar Bahasa
Indonesia Dalam
Jaringan, ,
http:badanbahasa.kemdikbud.go.id. Januari 2016
Kemampuan Matematika Siswa SMP Menurut Benchmark Internasional TIMSS 2011, 2016,
http:litbang.kemdikbud.go.id Kurniawati, Ika, Pengembangan Bahan Ajar, httpbelajar.kemdikbud.go.id,
Desember 2016 Littlejhon, Stephen W. dan Karen A Foss,Teori Komunikasi, Edisi 9 , Terj. dari
Theories of Human Communiaction , 9
th
ed, oleh Mohammad Yusuf Hamdan, Jakarta: Salemba Humanika, 2011
Mahmudi, Ali, “Komunikasi dalam Pembelajaran Matematika”, dalam jurnal
MIPA UNHALU vol. 8 nomor 1, februari 2009, ISSN 1412-2318, Yogyakarta : UNY
Mufid, Muhammad, Etika dan Filsafat Komunikasi, Jakarta: kencana, 2013 NCTM, Principles and Standards for school mathematics, NCTM, 2000
Nartani, C. Indah, dkk, Communication in Mathematics Contextual, International Journal of Innovation and Research in Educational Sciences, Volume 2,
2015 Panduan pengembangan bahan ajar, Departemen pendidikan nasional direktorat
jenderal pendidikan dasar dan menengah, 2008 Panduan penulisan butir soal, gurupembaharu.com, Januari 2016
Rahmat, Jalaludin, Psikologi komunikasi , Bandung: Rosda, 2009 Shodiq,
Lukman Jakfar, dkk, “Analisis Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa Dalam Memahami Volume Bangun Ruang Sisi Datar”,
http:repository.unej.ac.id , April 2016
Sumardyono, Paket Pembinaan Penataran Karakteristik Matematika dan Implikasinya Terhadap Pembelajaran Matematika, Yoyakarta : t.p, 2004
Sumarmo, Utari, “Berfikir dan Disposisi Matematik : Apa, Mengapa, dan
Bagaimana dikembangkan pada peserta didik”, Makalah pada Diktat InstrukturPengembangan Matematika SMA, Bandung, UPI, 2010
Sumarmo, Utari, “Mengembangkan Instrument untuk mengukur High Order Mathematical Thinking Skills Dan Affective Behavior,” Workshop
Pendidikan Matematika di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Ciputat, 2014, tidak dipublikasikan.
Sungkono, “Pengembangan dan Pemanfaatan Bahan Ajar Modul Dalam Proses
Pembelajaran ”, httpstaff.uny.ac.id, Desember 2016
TIMSS and PIRLS International Study, Overview TIMSS and PIRLS 2011 Achievement,
http:timssandpirls.bc.edu , Januari 2016
Usman, M Basyirudin, Asnawir., Media pembelajaran, Jakarta: Ciputat pers, 2002 Yuwono, Ipung, “Membumikan Pembelajaran Matematika Di Sekolah”,
http:library.um.ac.id, Desember 2009