laju pelepasan k dari masing-masing film Kinetika pelepasan metronidazol dari film dapat dilihat pada Tabel 4.7.
Tabel 4.7 Kinetika pelepasan metronidazol dari sediaan film
No Formula Orde nol
Orde satu Model Higuchi
Model Korsmeyer
Peppas R
2
R
2
Slopek R
2
Slopek R
2
N 1
F3 0,829 0,927
0,028 0,868
7,569 0,939
0,696
2
F4 0,793 0,974
0,034 0,829
6,481 0,932
0,722
3 F5
0,815 0,946 0,039
0,847 5,583
0,918 0,723
4 F6
0,799 0,897 0,049
0,846 5,079
0,908 0,745
5
F7 0,796 0,923
0,050 0,839
5,129 0,912
0,747
6 F8
0,813 0,994 0,056
0,863 5,450
0,910 0,811
7 F10
0,975 0,855 0,020
0,993 4,977
0,992 0,816
8
F11 0,979 0,806
0,022 0,990
4,828 0,986
0,860
9 F12
0,980 0,804 0,028
0,989 4,763
0,989 0,975
Bedasarkan Tabel 4.7 dapat dilihat bahwa kinetika pelepasan metronidazol dari sediaan film F3, F4, F5, F6, F7, dan F8 mengukuti kinetika pelepasan orde 1 sedangkan
F10, F11, dan F12 mengikuti kinetika pelepasan model Higuchi dengan koefisien korelasi R
2
yang mendekati 1. Penambahan HPMC pada formula film mengubah kinetika pelepasan metronidazol dari pelepasan orde I menjadi pelepasan model
Higuchi, dimana obat terlepas dengan difusi terkontrol melalui pori danatau erosi matriks.
4.5.4 Pengaruh penambahan HPMC terhadap ketetapan laju k
Pengaruh polimer pembawa terhadap ketetapan laju k pelepasan metronidazol menggunakan persamaan model Higuchi dapat dicari dengan menggunakan persamaan
Higuchi, yaitu: Q = [
Dϵ 2A – ϵCs Cs.t]
12
σ
Universitas Sumatera Utara
Persamaan Higuchi diatas kemudian disederharnakan menjadi persamaan berikut: Q = k . t
12
, dimana Q merupakan konsentrasi, k merupakan ketetapan laju, dan t
12
merupakan akar waktu. Harga k merupakan slope kemiringan dari persamaan garis kumulatif vs waktu.
Tabel 4.8 Harga ketetapan laju k pelepasan metronidazol Model Higuchi
Formula Ratio
Alginat: Kitosan
HPMC R
2
k menit
-12
F10 2:1
50 mg 0,993
4,977 F11
2:1 100 mg
0,990 4,828
F12 2:1
150 mg 0,989
4,763 Bedasarkan Tabel 4.8 dapat dilihat bahwa harga k dari sediaan film yang
tertinggi ke yang terkecil berturut-turut adalah film F10, F11, dan F12. Formula F10, F11, dan F12 mempunyai harga k sebesar 4,977; 4,828; dan 4,763. Penurunan harga k
tersebut disebabkan karena penambahan polimer HPMC dalam film akan menutupi pori-pori pada matriks alginat-kitosan, sehingga akan memperlambat pelepasan obat
dengan cara menghambat keluarnya metronidazol dari matriks. 4.5. Mekanisme penghantaran obat menurut model Korsmeyer-Peppas
Mekanisme difusi obat dari fim dapat dijelaskan lebih lanjut dengan menggunakan plot Korsmeyer-Peppas. Berdasarkan Tabel 4.7 dapat dilihat bahwa harga
n dari plot model Korsmeyer-Peppas F12 adalah sebesar 0,975 dengan koefisien
Universitas Sumatera Utara
korelasi sebesar 0,988. Ketetapan pelepasan n dapat menunjukkan mekanisme pengantaran metronidazol, dapat dilihat pada Tabel 4.9.
Tabel 4.9 Interpretasi dari mekanisme difusi obat dari polimer film.
Ketetapan pelepasan n Mekanisme penghantaran obat
Laju sebagai fungsi dari waktu
0,5 Frickian diffusion
t
-0,5
0,45 n 0,89 Non-frickian transport
t
n-1
0,89 Case II transport
Pelepasan orde 1 0,89
Super Case II transport t
n-1
Berdasarkan Tabel 4.9 dapat dilihat bahwa mekanisme pengantaran obat dari F12 merupakan Super Case II transport. Super Case II transport merupakan
mekanisme pelepasan obat melalui proses pengembangan swelling dan relaksasi dari polimer. Hidoksi Propil Metil Selulosa HPMC merupakan polimer yang memiliki
daya pengembangan yang tinggi dan apabila kontak dengan air atau cairan biologis akan menyebabkan relaksasi dari rantai sehingga akan mengakibatkan pertambahan volume,
kemudiaan obat akan terdifusi keluar dari sistem. Grafik kinetika pelepasan metronidazol dari film dapat dilihat pada Gambar 4.9 dan Gambar 4.10.
Universitas Sumatera Utara
a b Gambar 4.9
a Plot orde nol pelepasan metronidazol dari film b Plot orde satu pelepasan metronidazol dari film
a b
Gambar 4.10 a Model Higuchi pelepasan metronidazol dari film b Model
Korsmeyer-Peppas pelepasan metronidazol dari film
4.6 Uji Aktivitas Antibakteri Film 4.6.1 Pembuatan kurva larutan standar metronidazol