Perceived Quality Menghasilkan Nilai

Perusahaan harus mempunyai komitmen terhadap kualitas serta memelihara kualitas secara terus menerus. Upaya memelihara kualitas bukan hanya basa- basi dalam tindakan tanpa kompromi; b. Budaya kualitas Komitmen kualitas harus terefleksi dalm budaya perusahaan, norma perilakunya, dan nilai-nilainya. Jika perusahaan dihadapkan kepada pilihan kualitas dan biaya maka kualitas yang harus dimenangkan; c. Informasi masukan dari pelanggan Pada akhirnya dalam membangun perceived quality, pelangganlah yang mendefinisikan kualitas. Seringkali para pemimpin keliru dalam memperkirakan apa yang dianggap penting oleh pelanggannya. Untuk itulah perusahan secara berkesinambungan perlu melakukan riset terhadap pelanggannya, sehingga diperoleh informasi yang akurat, relevan dan up to date; d. Sasaran atau standar jelas Sasaran kualitas harus jelas dan tidak terlalu umum, karena sasaran kualitas yang terlalu umum cenderung menjadi tidak bermanfaat. Kualitas juga harus memiliki standar yang jelas, dapat dipahami dan diprioritaskan. Terlalu banyak sasaran tanpa prioritas sama saja dengan tidak mempunyai sasaran focus yang pada akhirnya akan membahayakan kelangsungan perusahaan itu sendiri. e. Kembangkan karyawan yang berinisiatif Karyawan harus dimotivasi dan diizinkan untuk berinisiatif serta dilibatkan dalam mencari solusi masalah yang dihadapi dengan pemikiran yang kreatif dan inovatif. Karyawan juga secara aktif dilibatkan dalam pengendalian kualitas pelayanan.

2.1.9 Nilai, Kepuasan, dan Mutu Produk

Konsumen biasanya menghadapi jajaran produk dan jasa beraneka rupa yang dapat memuaskan kebutuhan tertentu. Mereka membuat pilihan pembelian berdasarkan pada persepsi mereka mengenai nilai yang melekat pada berbagai produk dan jasa. Nilai bagi pelanggan merupakan perbedaan antara nilai yang dinikmati pelanggan karena memiliki serta menggunakan suatu produk dan biaya untuk memiliki produk tersebut. Kepuasan pelanggan tergantung pada sejauh mana anggapan kinerja produk memenuhi harapan pembeli. Bila kinerja produk lebih rendah ketimbang harapan pelanggan, pembelinya tidak puas. Bila prestasi sesuai atau melebihi harapan, pembelinya merasa puas atau amat gembira. Pelanggan yang merasa puas akan membeli ulang, dan mereka memberi tahu orang lain mengenai pengalaman baik dengan produk itu. Menurut the American Society for Quality Control, mutu didefinisikan sebagai sifat dan karakteristik total dari sebuah produk atau jasa yang berhubungan dengan kemampuannya memuaskan kebutuhan pelanggan. Kotler dan Armstrong 1997 : 10 menyatakan bahwa mutu dimulai dengan kebutuhan pelanggan dan diakhiri dengan kepuasan pelanggan. Mutu produk berarti kemampuan produk untuk melaksanakan fungsinya; termasuk keawetan, keandalan, ketepatan, kemudahan dipergunakan dan diperbaiki, serta atribut bernilai yang lain. Mutu yang baik mencakup pencegahan terjadinya cacat, lewat rancangan produk yang lebih baik dan proses manufaktur yang diperbaiki.

2.1.10 Perilaku Konsumen

Engel, James F. 1994 : 3 mendefinisikan perilaku konsumen sebagai kegiatan-kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi dan menghabiskan produk barang dan jasa, termasuk di dalamnya proses keputusan yang mendahului dan mengikuti tindakan ini. Lebih lanjut Mowen, John C. dan Minor, M. 2002 : 6 menyatakan bahwa perilaku konsumen sebagai studi tentang unit pembelian buying units dan proses pertukaran yang melibatkan perolehan, konsumsi, dan pembuangan barang, jasa, pengalaman, serta ide-ide. Kotler dan Armstrong 1997 : 144 menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkah laku konsumen adalah sebagai berikut:

Dokumen yang terkait

Pengaruh Perceived Quality, Brand Association, dan Brand Loyalty Terhadap Keputusan Pembelian Pasta Gigi Merek Pepsodent Pada Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

1 38 124

Hubungan Persepsi Kualitas Kehidupan Bekerja Dengan Etos Kerja

17 126 124

ANALISIS PERSEPSI KUALITAS MEREK (BRAND PERCEIVED QUALITY) PADA PRODUK MINUMAN SERBUK INSTAN DIKALANGAN MAHASISWA EXSTENSION FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS JEMBER

0 3 78

ANALISIS PERSEPSI KUALITAS MEREK (BRAND PERCEIVED QUALITY) PADA PRODUK MOTOR BEBEK 4 TAK 100-110 CC DI WILAYAH KOTA JEMBER

0 6 17

Analisis pengaruh ekuitas merek terhadap keputusan pembalian serta dampaknya terhadap tanggungjawab sosial produk sabun mandi lifebuoy

0 3 167

Analisis perbandingan brand awareness, brand association, perceived quality dan brand loyalty produk kamera DSLR merek canon dan nikon: studi kasus pada unit kegiatan mahasiswa fotografi di Jakarta

7 16 174

Ekuitas Merek Bank Syariah di Kalangan Mahasiswa Program Studi Muamalat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2 11 151

ANALISIS BRAND ASSOCIATION (ASOSIASI MEREK) DAN PERCEIVED QUALITY (PERSEPSI KUALITAS) LOW COST GREEN CAR DI KOTA PADANG.

0 0 11

ANALISIS BRAND ASSOCIATION (ASSOSIASI MEREK) DAN PERCEIVED QUALITY (PERSEPSI KUALITAS MEREK) SMARTPHONE SAMSUNG ANDROID DI KOTA PADANG.

0 0 15

PENGARUH BRAND AWARENESS, BRAND ASSOCIATION DAN PERCEIVED QUALITY TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN SEPEDA MOTOR BEBEK 4-tak MEREK HONDA (Studi Kasus Di Kelurahan Cangakan Karanganyar).

0 0 15