Berdasarkan pemaparan motivasi kerja berdasarkan teori Frederick Her
berg di atas, dalam hal ini peneliti hanya menggunakan faktor intrinsik motivators saja yang akan dijadikan dasar dalam membuat skala motivasi kerja
dalam penelitian ini, tanpa memakai faktor ekstrinsik hygiene. Faktor ini terdiri dari prestasi Achievement, pengakuan Recognition, pekerjaan itu sendiri
Work itself, tanggung jawab Responbility, dan kemajuan Advancement.
Mengapa peneliti hanya menggunakan teori instrinsik, dikarenakan teori tersebut lebih cocok dengan penelitian yang peneliti kaji.
2.1.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi Kerja
Kae E. Chung Leon C. Megginson 1981 yang dikutip Gomes 2003: 180-182, motivasi seorang pekerja untuk bekerja biasanya merupakan hal yang
rumit, karena motivasi itu melibatkan faktor-faktor individual dan faktor-faktor organisasional. Yang tergolong pada faktor-faktor yang sifatnya individual adalah
kebutuhan-kebutuhan needs, tujuan-tujuan goals, sikap attitudes, dan kemampuan-kemampuan ablilities. Sedangkan yang tergolong pada faktor-
faktor yang berasal dari organisasi meliputi pembayaran atau gaji pay, keamanan pekerjaan job security, sesama pekerjaan co-workers, pengawasan
supervision, pujian praise, dan pekerjaan itu sendiri job itself. Motivasi dari para pekerja akan saling berbeda, sesuai dengan tingkat
pendidikan dan kondisi ekonominya. Orang yang semakin terdidik dan semakin independen secara ekonomi, maka sumber motivasinya pun berbeda, tidak lagi
semata-mata ditentukan oleh sarana motivasi tradisional, seperti formal authority
25
and financial incentives, melainkan juga dipengaruhi oleh faktor-faktor kebutuhan akan growth dan achievement.
2.2. PERSEPSI PENILAIAN PRESTASI KERJA 2.2.1. Pengertian Persepsi Penilaian Prestasi Kerja
Sebelum melakukan penelitian mengenai persepsi penilaian prestasi kerja, maka peneliti terlebih dahulu akan menjelaskan sedikit tentang pengertian
persepsi.
2.2.1.1. Pengertian Persepsi
Persepsi dapat didefinisikan sebagai suatu proses dengan mana individuindividu mengorganisasikan dan menafsirkan kesan indera mereka agar
memberi makna kepada lingkungan mereka Robbins, 2001: 88. Miftah Thoha 2008: 141 mengemukakan bahwa persepsi pada
hakikatnya adalah proses kognitif yang dialami oleh setiap orang di dalam memahami informasi tentang lingkungan, baik lewat penglihatan, pendengaran,
penghayatan, perasaan, dan penciuman. Kunci untuk memahami persepsi adalah terletak pada pengenalan bahwa persepsi itu merupakan suatu penafsiran yang
unik terhadap situasi, dan bukannya suatu pencatatan yang benar terhadap situasi. Veit
al Rivai dan Deddy Mulyadi 2010: 236 mendefinisikan persepsi adalah suatu proses yang ditempuh individu untuk mengorganisasikan dan
menafsirkan kesan indera mereka agar memberikan makna bagi lingkungan mereka. Persepsi itu penting dalam studi Perilaku Organisasi karena perilaku
26