C. Pembahasan
1. Motivasi Belajar Siswa
Menurut  Frederick  2007, “motivasi  adalah  perubahan  energi  dalam  diri
seseorang  yang  ditandai  dengan  timbulnya  perasaan  dan  reaksi  untuk  mencapai tujuan
”.  Dalam  penelitian  ini  motivasi  siswa  dibagi  menjadi  dua  yaitu  motivasi awal pada saat siswa belum menerima pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif  tipe   Jigsaw dan motivasi  akhir siswa setelah menerima pelajaran menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.
Berdasarkan  hasil  analisis  data  motivasi  awal,  diperoleh  60  siswa  berada pada  kategori  sangat  tinggi  dan  40  siswa  berada  pada  kategori  tinggi.
Sedangkan pada siklus II kategori sangat tinggi mencapai 88 dan untuk kategori tinggi  yaitu  sebesar  12.  Hasil  tersebut  sesuai  dengan  target  pencapaian  yang
diharapkan oleh peneliti yaitu adanya peningkatan pada kategori tinggi dan sangat tinggi.  Oleh  karena  itu,  dapat  dikatakan  bahwa  penelitian  ini  berhasil
meningkatkan  motivasi  belajar  siswa  kelas  VIIB  SMP  Kanisius  Kalasan Yogyakarta.
Gambar 4.6 Diagram Motivasi Siswa Siklus I dan Siklus II Berdasarkan  diagram  diatas  dapat  dikatakan  bahwa  terjadi  peningkatan
motivasi belajar siswa pada materi biologi pencemaran dan kerusakan lingkungan dengan  menggunakan  model  pembelajaran  kooperatif  tipe  Jigsaw.  Hal  ini
membuktikan  bahwa  motivasi  siswa  meningkat  setelah  menggunakan  metode Jigsaw.
2. Hasil Belajar Ranah Kognitif
Hasil  belajar  merupakan  kemampuan  yang  dimiliki  oleh  siswa  setelah melakukan  pembelajaran.  Aspek  kognitif  adalah  aspek  yang  mencakup  kegiatan
atau aktivitas  yang dilakukan oleh otak. Hasil belajar ranah kognitif mencakup 6 aspek  yaitu  aspek  pengetahuan,  pemahaman,  penerapan,  analisis,  sintesis  dan
evaluasi. Namun  aspek  yang  ditekankan  dalam  penelitian  ini  yaitu  aspek
penerapan  C3.  Hal  ini  sesuai  dengan  kompetensi  dasar  KD  pada  materi pencemaran  dan  kerusakan  lingkungan.  Dalam  penelitian  ini  hasil  belajar  ranah
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
Awal Akhir
Sangat Tinggi Tinggi
kognitif  diperoleh  melalui  tes  akhir  post  test  yang  dilakukan  pada  akhir  proses belajar siklus I dan siklus II. Berdasarkan hasil analisa data yang telah diperoleh,
dapat  dikatakan  bahwa  hasil  belajar  ranah  kognitif  mengalami  peningkatan  dari siklus  I  ke  siklus  II.  Pada  tes  akhir  siklus  I  nilai  tertinggi  yaitu  sebesar  88
sedangkan nilai terendah adalah 31. Selain itu diperoleh skor nilai tertinggi hasil rata-rata  kelas  siklus  I  sebesar  66,12  dengan  jumlah  siswa  yang  tuntas  atau
memenuhi  KKM  sebanyak  10  atau  40  dan  siswa  yang  belum  tuntas  sebanyak 60 atau sejumlah 15 siswa. Pada siklus II, skor terendah hasil tes akhir post test
II  adalah  35  sedangkan  skor  tertinggi  mengalami  peningkatan  hingga  100. Jumlah  siswa  yang  belum  mencapai  nilai  KKM  sebanyak  5  siswa  atau  jika
dipersentasekan  yaitu  sebesar  20  dan  jumlah  siswa  yang  mencapai  nilai  KKM sebanyak 20 siswa atau sebesar 80. Berdasarkan perhitungan skor rata-rata kelas
terjadi peningkatan dari siklus I yaitu 66,12 menjadi 83,88 pada siklus II. Pada  siklus  I  siswa  yang  mencapai  KKM  sebanyak  40  sedangkan  siswa
yang  belum  mencapai  KKM  sebanyak  60.  Hal  ini  terjadi  karena  siswa-siswi kelas  VIIB  SMP  Kanisius  Kalasan  baru  pertama  kali  belajar  menggunakan
pembelajaran  kooperatif  tipe  Jigsaw.  Sehingga  proses  diskusi  masih  mengalami hambatan-hambatan  seperti  banyaknya  pertanyaan  dari  siswa  mengenai  langkah
pembelajaran, suasana kelas yang ramai dan kebingungan siswa ketika berpindah dari kelompok asal ke kelompok ahli begitupun sebaliknya. Hambatan-hambatan
tersebut  yang  menjadi  penyebab  mengapa  pada  siklus  I  siswa  yang  mencapai KKM  presentasenya  lebih  kecil  dibandingkan  siswa  yang  tidak  mencapai  KKM.
Sedangkan  pada  siklus  II,  siswa  yang  mencapai  KKM  mengalami  peningkatan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dari  40  pada  siklus  I  menjadi  80  karena  siswa  sudah  mengerti  langkah- langkah  pembelajaran  sehingga  proses  belajar  mengajar  dapat  berjalan  dengan
baik  dan  siswa  dapat  memahami  materi  yang  diajarkan  sehingga  pada  akhirnya siswa  mampu  menjawab  soal  post  test  siklus  II  dengan  baik.  Hasil  penelitian
tindakan  kelas  PTK  dengan  pembelajaran  kooperatif  tipe  Jigsaw  pada  materi pencemaran dan kerusakan lingkungan terhadap pencapaian hasil belajar kognitif
ditunjukkan  pada  diagram  batang  seperti  pada  gambar  yang  mana  pada  diagram tersebut menunjukkan peningkatan hasil belajar pada siklus  I dan siklus  II. Hasil
belajar siklus I menunjukkan 40 siswa telah mencapai KKM. Sedangkan jumlah siswa yang mencapai KKM pada hasil belajar siklus II adalah 80.
Gambar 4.7 Diagram Peningkatan Hasil Belajar Kognitif Siklus I dan Siklus II
Diagram batang di atas menunjukkan bahwa persentase jumlah siswa yang mencapai  KKM  pada  siklus  II  lebih  tinggi  dibandingkan  pada  siklus  I.  Hasil
tersebut  memperlihatkan  peningkatan  persentase  jumlah  siswa  yang  mencapai
10 20
30 40
50 60
70 80
90
Siklus I Siklus II
KKM Siswa
KKM sebesar 40. Pada siklus II menjadi 80 siswa tuntas KKM. Hasil analisis siklus  I  belum  mencapai  target  pencapaian  yang  ditetapkan  oleh  peneliti  yaitu
≥75  karena  siswa  belum  memahami  langkah-langkah  pembelajaran menggunakan  model  Jigsaw.    Namun  pada  siklus  II  mengalami  peningkatan
menjadi  80  sehingga  memenuhi  target  pencapaian  yang  telah  ditentukan  oleh peneliti  yaitu  75  siswa  mencapai  KKM.  Selain  peningkatan  persentase  jumlah
siswa  yang  mencapai  KKM,  nilai  rata-rata  kelas  VIIB  juga  mengalami peningkatan  pada  siklus  I  dan  siklus  II.  Berdasarkan  hal  tersebut,  nilai  rata-rata
kelas VIIB meningkat dari 66,12 pada siklus I menjadi 83,88 pada siklus II. Peningkatan  hasil  belajar  aspek  kognitif  menunjukkan  bahwa  kegiatan
yang  dilakukan  selama  proses  belajar-mengajar  dengan  model  pembelajaran kooperatif  tipe  Jigsaw  telah  membantu  siswa  kelas  VIIB  SMP  Kanisius  Kalasan
Yogyakarta  untuk  memahami  materi  tentang  pencemaran  dan  kerusakan lingkungan. Terjadi peningkatan hasil belajar ranah kognitif siswa sesuai strategi
pembelajaran  tipe  Jigsaw  yang  diungkapkan  oleh  Ardiyanto  2013  yaitu “untuk
meningkatkan  pemahaman  siswa  terhadap  materi  pembelajaran  sehingga  dapat meningkatkan nilai prestasi belajar
”. Hasil belajar dalam aspek kognitif  yang meningkat juga dipengaruhi oleh
beberapa  faktor.  Pertama  adalah  penggunaan  metode  dan  media  pembelajaran yang baik dalam hal ini dilakukan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
Jigsaw  yang  membuat  kegiatan  belajar  mengajar  menjadi  lebih  menyenangkan karena melibatkan seluruh siswa  dalam berdiskusi.  Hal  tersebut  berdampak  pada
meningkatnya  hasil  belajar  aspek  kognitif  yang  terjadi  selama  tindakan berlangsung.
Faktor  kedua  adalah  pemberian  penghargaan  berupa  pujian  dan  hadiah. Menurut Fahturrohman dan  Sutikno 2007  yang mengatakan bahwa
“pemberian pujian dan hadiah kepada siswa  yang berprestasi akan memacu siswa  yang tidak
berprestasi untuk mengejar atau bahkan mendapatkan prestasi yang lebih baik lagi dari pada anak yang berprestasi
”. Pujian dan hadiah diberikan kepada siswa yang aktif bertanya, menanggapi hasil presentasi temannya, berani maju ke depan untuk
mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya dan kepada siswa yang memperoleh nilai tertinggi di kelas. Hal tersebut membawa dampak positif bagi siswa lainnya
sehingga  siswa  saling  berlomba-lomba  mendapatkan  nilai  terbaik  dengan meningkatkan kemampuan belajarnya.
Faktor ketiga adalah kerjasama. Hal ini terlihat melalui relasi yang terjadi antar  siswa  selama  berdiskusi.  Pada  saat  melaksanakan  kegiatan  diskusi
komunikasi  antar  siswa  terjalin  dengan  baik  sehingga  siswa  saling  membantu dalam menjawab soal-soal yang terdapat pada kartu soal.
Faktor keempat yaitu faktor yang berasal dari dalam diri faktor intrinsik. Motivasi  intrinsik  tidak  memerlukan  rangsangan  dari  luar  karena  memang  telah
ada  dalam  diri  individu  sendiri,  atau  sejalan  dengan  kebutuhannya.  Tinggi rendahnya  kemampuan  siswa  dalam  memahami  materi  yang  dipelajari  akan
berpengaruh terhadap hasil belajar siswa terutama hasil belajar ranah kognitif. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Hubungan  yang  baik  antara  guru  dan  siswa  juga  menjadi  pendukung meningkatnya  hasil  belajar  aspek  kognitif.  Hal  ini  sesuai  dengan  apa  yang
diungkapkan  oleh  Slameto  2010  bahwa “hubungan  guru  dengan  siswa
merupakan  faktor  lain  yang  mendukung  meningkatkan  hasil  belajar  aspek kognitif
”. Dalam penelitian ini hubungan guru dan siswa terlihat akrab sehingga siswa tidak sungkan ataupun malu ketika ingin bertanya atau meminta penjelasan
dari guru untuk mengatasi kebingungan memahami pertanyaan yang terdapat pada kartu soal selama proses pembelajaran berlangsung.
Secara  umum,  dapat  dikatakan  bahwa  Penelitian  Tindakan  Kelas  PTK yang  dilaksanakan  di  kelas  VIIB  SMP  Kanisius  Kalasan  Yogyakarta
menggunakan  pembelajaran  kooperatif  tipe  Jigsaw  pada  materi  pencemaran  dan kerusakan  lingkungan  berhasil  meningkatkan  hasil  belajar  ranah  kognitif  siswa.
Hal  ini  terbukti  dari  hasil  tes  akhir  siklus  I  post  test  I  yang  mengalami peningkatan pada siklus II. Peningkatan tersebut  dapat dilihat dari rata-rata kelas
dan dari persentase siswa yang mencapai KKM.
3. Hasil Belajar Ranah Afektif
Hasil  belajar  ranah  afektif  dalam  penelitian  ini  diperoleh  melalui  lembar observasi  yang  telah  di  persiapkan  oleh  peneliti.  Pengambilan  data  hasil  belajar
ranah  afektif  dilakukan  oleh  dua  rekan  mahasiswa  yang  bertindak  sebagai observer sesuai dengan skor yang telah ditentukan. Observasi dilaksanakan untuk
melihat dan mengamati sikap, aktivitas, antusias siswa dalam belajar, sikap ingin PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
tahu, sikap percaya diri, serius, saling menghargai pendapat, semangat kerja sama dan sikap tanggung jawab siswa selama proses pembelajaran berlangsung.
Berdasarkan  hasil  observasi  yang  telah  dilakukan,  dapat  disajikan  dalam bentuk diagram batang berikut.
Gambar 4.8 Diagram Ranah Afektif Siklus I dan Siklus II Berdasarkan  gambar  di  atas,  terlihat  adanya  peningkatan  hasil  belajar
ranah  afektif  siswa  kelas  VIIB.  Pada  siklus  I  maupun  siklus  II,  kategori  tinggi lebih menonjol dibandingkan dengan kategori sedang maupun rendah. Persentase
kategori tinggi pada siklus I adalah 84 dan mengalami peningkatan pada siklus II  menjadi  100.  Sedangkan  untuk  kategori  sedang  pada  siklus  I  adalah  16
mengalami  penurunan  pada  siklus  II  menjadi  0.  Kriteria  peningkatan  ranah afektif dapat dilakukan berdasarkan tabel berikut :
20 40
60 80
100 120
Kategori Tinggi Sedang
Siklus I Silus II
Tabel 4.5 Kriteria Hasil Persentase Observasi Aspek Afektif Siswa Terhadap Pembelajaran
Presentase yang diperoleh Keterangan
77,79  q  100 Tinggi
55,56 q  77,78 Sedang
33,33 q ≤ 55,55 Rendah
Peningkatan  hasil  belajar  ranah  afektif  kategori  tinggi  antar  siklus  I  dan siklus  II  sangat  menonjol.  Rendahnya  kategori  tinggi  pada  siklus  I  dikarenakan
model pembelajaran kooperatif tipe  Jigsaw  merupakan model pembelajaran baru yang diterapkan oleh peneliti pada proses pembelajaran di kelas VIIB. Penerapan
pembelajaran  baru  menyebabkan  siswa  terkejut  dan  belum  terbiasa  dengan kegiatan pembelajaran yang dilakukan.
Sesuai dengan target yang diharapkan data awal belum dapat terukur tetapi hasil  yang  diharapkan  adanya  peningkatan  pada  kategori  tinggi  mengalami
peningkatan.
D. KETERBATASAN PENELITIAN