Sikap yang dapat diambil dan diteladani dari Bunda Maria
53
bahwa katekese dengan model SCP berarti adanya timbal balik antara pendamping yang membawakan pendalaman iman dengan peserta yang
menanggapi. Itu membuktikan bahwa semua ikut ambil bagian dan terlibat aktif di dalamnya. Dalam SCP ada tiga komponen, antara lain:
a. Sharing-dialog Sharing berarti berbagi rasa, pengalaman, pengetahuan serta saling
mendengarkan pengalaman orang lain. Dialog dimulai dari diri sendiri dan diungkapkan selaras dengan pengalamannya sendiri dalam suasana penuh
persaudaraan dan cinta kasih. Dalam dialog ada dua unsur penting, yakni: membicarakan dan mendengarkan. Membicarakan berarti menyampaikan apa
yang menjadi kebenaran dan pengalamanku dan mengatakan apa yang terjadi dalam diriku sebagaimana adanya, bukan apa yang didengar dari orang lain saja
atau apa yang dipikirkan atau diperkirakan. Mendengarkan berarti mendengar dengan hati dan rasa tentang apa yang dikomunikasikan oleh orang lain Sumarno,
2011:16-17. Sharing memang diperlukan dan dimulai dari menceritakan pengalaman iman diri sendiri kepada orang lain. Dengan itu bisa menambah
pengetahuan dan bisa menjadi penguat satu sama lain dalam pengharapan.
b. Christian Katekese model SCP mengusahakan agar kekayaan iman Kristiani dan
visinya dapat terjangkau dan semakin relevan dalam kehidupan umat beriman pada zaman sekarang. Kekayaan iman Kristiani mempunyai dua unsur pokok
yaitu pengalaman visi dan Tradisi Kristiani menyangkut pengalaman iman jemaat
54
yang sungguh dihayati dalam kehidupan sehari-hari. Dalam konteks ini, tradisi dipahami sebagai medan perjumpaan antara rahmat Allah yang nyata dalam diri
Yesus Kristus dan tanggapan manusia atas rahmat Allah tersebut. Tradisi Kristiani meliputi Kitab Suci, refleksi teologis, sakramen, dsb.
Visi Kristiani menggaris bawahi adanya tanggung jawab dan perutusan orang Kristiani sebagai jalan untuk menghidupi sikap dan semangat kemuridan
Kristus. Visi Kristiani yang paling mendasar adalah tanggung jawab untuk mewujudkan nilai-nilai Kerajaan Allah dalam praxis hidup konkrit. Visi Kristiani
menunjukkan pada proses sejarah kehidupan manusia yang berkesinambungan dan dinamis, mengundang penilaian, penegasan, membuat pilihan dan keputusan
yang tepat. Tradisi dan Visi Kristiani tidak terpisahkan dalam sejarah hidup jemaat
Kristiani. Keduanya mengusahakan adanya penyingkapan nilai-nilai Kerajaan Allah di tengah realitas hidup manusia. Oleh karena itu keduanya harus
diinterprestasikan berdasarkan kepentingan, nilai dan budaya umat setempat. Keduanya harus menjadi sarana untuk berdialog, menumbuhkan rasa memiliki
dan kesatuan sebagai jemaat beriman, sekaligus meneguhkan identitas kristiani Groome, 1997:2-3.
c. Praxis Praxis
adalah tindakan yang sudah direfleksikan. Praxis mengacu pada tindakan manusia yang mempunyai tujuan untuk perubahan hidup yang meliputi
kesatuan antara praktek dan teori membentuk suatu kreatifitas, antara refleksi