MANFAAT PENULISAN SISTEMATIKA PENULISAN

10 kemuliaan-Nya. Jika kita hanya mau mengambil bagian dalam ‘kemuliaan’ tanpa mau mengambil bagian dalam ‘penderitaan’ yang dizinkan oleh Tuhan untuk terjadi di dalam hidup kita- maka kita tidak menerapkan Injil dengan seutuhnya. 4 Berdasarkan kesaksian akan Kasih Tuhan. Kitab Suci bukan hanya wahyu Tuhan, tapi juga pernyataan akan pengalaman manusia di dalam wahyu Tuhan itu. Apa yang dialami oleh Adam dan Hawa, Nabi Abraham, Ayub, Bunda Maria, Rasul Petrus dan Paulus, dapat dialami oleh kita semua. 5 Disertai kesadaran akan dosa dan belas kasihan Tuhan. Spiritualitas Katolik berlandaskan atas keyakinan akan Kasih Tuhan di atas segalanya yang mampu mengubah segala sesuatu. Pada saat Tuhan mengasihi kita, dan jika kita membuang segala dosa yang menghalangi kita untuk menerima kasih-Nya, dan dengan iman dan doa, maka kita dapat sungguh diubah, dikuduskan dan dimampukan berbuat baik. 6 Mengarah pada kehidupan kekal yang dijanjikan oleh Allah. 7 Melihat Bunda Maria sebagai contoh teladan. Spiritualitas Katolik menerima segala kebijaksanaan Tuhan yang selalu menggunakan peran pengantara, yaitu Musa, para nabi, Yohanes Pembaptis, dan terutama Bunda Maria untuk menyelenggarakan karya keselamatan-Nya. Karya Tuhan yang ajaib juga nampak dalam mukjizat keperawanan Maria dan melalui ketaatan dan kesediaan Maria, Allah menganugerahkan rahmat yang tiada batasnya, yaitu kelahiran Yesus Kristus, Penyelamat kita di dunia. 11 8 Mangacu pada Gereja-Nya, Gereja Katolik. Gereja merupakan sumber atau alat yang meneruskan rahmat Tuhan. Rahmat Tuhan ini kita peroleh melalui sakramen-sakramen terutama Ekaristi; dan juga melalui ketaatan kita pada para penerus Rasul Kristus yang telah dipilih oleh- Nya. Gereja sebagai kesatuan komuni manusia dengan Tuhan, selalu memperjuangkan martabat manusia, dan memperhatikan kesatuannya dengan para orang kudus; sebab melalui kesatuan ini Allah dimuliakan.

2. Bunda Maria a. Maria dalam Lumen Gentium

Pada tanggal 21 November 1964, pesta St. Maria dipersembahkan dalam bait Suci, ditandatangani Konstitusi Dogmatik tentang Gereja, Lumen Gentium. Para Bapa Konsiliaris lama berefleksi mengenai Maria, “Perawan yang Suci dan Bunda Tuhan Mater Dei”. Akhirnya dipersembahkan kepadanya bab lebih panjang dari seluruh konstitusi dogmatik ini, bab VIII. Maria digambarkan sebagai model, citra bagi Gereja, umatnya, dan bagi yang berhidup bakti, para imam dan rasul awam Sabato, 2006:71. Perdebatan dan perbedaan selama pembahasan bab VIII, yang berlatar belakang aliran-aliran teologi, berakhir dan disetujui. Dengan demikian hilanglah segala keraguan : “Bunda Maria terlibat secara vital dalam misteri Kristus dan Gereja. Penghormatan terhadapnya sesuai dengan tradisi dan berakar pada Kitab Suci.” Sabato, 2006:73. 12 Ajaran dan petunjuk bab VIII itu menjadi dasar dan arah untuk pembaruan buku liturgi dan devosi dengan memperhatikan segi sejarah, teologi, biblis, pastoral dan ekumenis. Sabato, 2006:71 Hasil dari ajaran ini terlihat : a. Devosi menjadi sumber suatu evangelisasi baru. b. Surat kepausan “Marialis Cultus” Paulus VI, th 1974, 10 tahun setelah Lumen Gentium. c. Refleksi teologi dan mariologi: “peranan Maria didukung studi dan kongres tingkat nasional dan internasional, dibahas problematik baru berkaitan sosiologi dan antropologi masa kini. d. Mariologi diperkaya oleh pengalaman rohani tokoh-tokoh marialis, seperti St. L,. de Monfort, Max. M. Kolbe, Yohanes Paulus II, muncul gerakan berinspirasi pada teladan dan sikap Maria. e. Pengaruh penghayatan “spiritualitas marialis” Yohanes Paulus II: Surat Ensiklik “Redemptoris Mater”; “Mulieris Dignitatem” Martabat Wanita; “RosariumVirginis mariae”; “Ecclesia de Euchrarisitia” bab terakhir: Maria, Wanita Ekaristi; f. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa dasar utama mariologi adalah LumenGentium bab VIII Sabato, 2006:73-74. Bunda Maria dalam eklesiologi: Maria adalah ikon, gambar, teladan Gereja. Tentang mariologi dinyatakan sebagai berikut : 1. Maria adalah Bunda Penebus dan Penyelamat 2. Maria adalah Socius, Pendamping Sang Penebus