7
BAB II LANDASAN TEORITIK
A. Kultur Lingkungan Kerja
1. Ruang Lingkup Lingkungan Kerja Lingkungan kerja merupakan salah satu faktor yang cukup
berpengaruh terhadap pekerjaan yang dilakukan karyawan. Kondisi lingkungan kerja yang nyaman, aman dan mendukung akan membuat
karyawan menjadi bersemangat dan bergairah dalam bekerja, sehingga berdampak positif pada kinerjanya. Dengan semangat dalam bekerja
karyawan cenderung akan merasa puas dalam bekerja. Sebaliknya, lingkungan kerja yang banyak menimbulkan resiko atau tidak aman, dan
tidak mendukung dalam pelaksanaan tugas yang dibebankan akan menyebabkan merosotnya semangat kerja, kemungkinan terjadi kesalahan
dalam tugas, dan menurunnya produktivitas kerja Nitisemito, 1982:183. Nitisemito 1982:184 menyatakan bahwa lingkungan kerja
sebagai segala sesuatu yang ada di sekitar para pekerja dan yang dapat mempengaruhi dirinya dalam melakukan tugas-tugas yang dibebankan.
Ada beberapa faktor lingkungan fisik yang harus diperhatikan oleh perusahaan untuk meningkatkan semangat dan gairah kerja. Faktor-faktor
tersebut adalah pewarnaan, kebersihan, pertukaran udara, penerangan, musik, keamanan, dan kebisingan.
Menurut Ahyari 1989:206 lingkungan kerja adalah lingkungan di mana para karyawan melakukan tugas dan pekerjaannya. Lingkungan
kerja karyawan terdiri atas 3 kelompok. 1.
Fasilitas untuk pelayanan karyawan, yang meliputi pelayanan makan, kesehatan, dan pengadaan kamar mandikamar kecil.
2. Kondisi kerja, yang meliputi pengaturan penerangan ruang kerja,
pengaturan suhu udara, pengaturan suara bising, pemilihan warna, penerangan ruang gerak yang diperlukan serta keamanan karyawan.
3. Hubungan karyawan dengan karyawan lain yang sering disebut
dengan human relation.
Faktor lingkungan menurut Nitisemito 1982:216 adalah sebagai berikut:
1. Pewarnaan
Pewarnaan perlu diperhatikan sebab faktor ini akan berpengaruh terhadap semangat kerja karyawan. Misal, penggunaan warna putih
pada ruang kerja dapat memberi kesan ruang yang sempit menjadi tampak luas dan bersih serta mendukung pekerjaan yang memerlukan
ketelitian. 2. Kebersihan
Suatu ruangan yang penuh debu dan berbau tidak enak akan mengganggu konsentrasi kerja. Akan tetapi jika lingkungan kerja
selalu dijaga kebersihannya akan menimbulkan rasa senang dan mempengaruhi semangat dan gairah kerja seseorang.
3. Penerangan
Penerangan yang cukup sangat dibutuhkan jika pekerjaan yang dilakukan menuntut ketelitian. Penerangan yang terlalu besar akan
membuat rasa panas sehingga dapat menimbulkan rasa gelisah. Sebaliknya, penerangan yang kurang akan menyebabkan rasa
mengantuk dan ada kemungkinan terjadi kekeliruan dalam melakukan tugasnya
Nitisemito, 1982:192.
Menurut Ahyari
1989:216, penerangan tempat kerja
yang baik secara akan mendukung kelancaran kegiatan operasi perusahaan, karena pekerja dapat bekerja
dengan baik dan teliti sehingga hasil kerjanya juga bisa memuaskan. Penerangan yang baik untuk ruang kerja yaitu sinar yang cukup
terang, tidak menyilaukan, dan distribusi cahaya yang merata, sehingga tidak ada kontras yang tajam. Penerangan yang cukup akan
memberikan manfaat, yaitu: meningkatkan produksi;
memperbaiki kualitas pekerjaan para karyawan; mengurangi tingkat kecelakaan;
memudahkan pengarahan dan pengawasan; meningkatkan gairah kerja;
mengurangi turn over pindah kerja; PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
mengurangi kerusakan atau kesalahan dari barangtugas yang dikerjakan;
menurunkan biaya produksi; 4.
Pertukaran udara ventilasi Pertukaran udara yang cukup dalam ruang kerja sangat diperlukan
terlebih jika dalam ruangan tersebut padat karyawan. Pertukaran udara yang cukup akan menimbulkan kesegaran fisik dari bawahan.
Sebaliknya, pertukaran udara yang kurang dapat menyebabkan kelelahan dan menurunnya semangat kerja, serta berpengaruh pada
tingkat kesalahan dalam melaksanakan tugas. 5. Musik
Musik juga berpengaruh pada semangat dan gairah kerja seseorang. Bila
musik yang
diperdengarkan menyenangkan
maka dapat
menimbulkan suasana gembira dan mengurangi kelelahan dalam bekerja. Namun tidak selalu berarti tanpa musik semangat kerja
menurun tetapi dengan adanya musik yang merdu dan menyenangkan akan meninkatkan semangat kerja.
6. Keamanan
Jaminan terhadap keamanan dapat menimbulkan ketenangan dan mempengaruhi semangat dan gairah kerja. Misalnya, tempat parkir
kendaraan yang tidak aman dan sering terjadi pencurian akan menimbulkan
kegelisahan dan
terganggunya konsentrasi
kerja karyawan.
7. Kebisingan
Kebisingan yang terus menerus dapat mengganggu konsentrasi kerja sehingga akan menimbulkan kesalahan. Pengaturan dan pengendalian
suara harus diperhatikan untuk menjaga agar kepekaan pendengaran karyawan tetap dalam kondisi baik. Kekurangpekaan pendengaran
karyawan dan suara bising dapat menyebabkan komunikasi terhambat, sebab informasi yang diberi dan diterima karyawan menjadi tidak
jelas sehingga akan menyebabkan kesalahan. 8.
Hubungan dengan atasan Hubungan kerjasama yang baik antara karyawan dengan atasan akan
mempengaruhi semangat kerja dan kepuasan kerja karyawan. Karyawan cenderung senang dengan atasan yang perhatian, selalu
mendengarkan pendapat
bawahannya, bisa
menghormati dan
menghargai hasil kerja karyawan, dan adanya pujian atas hasil kerja yang baik.
9. Hubungan dengan rekan kerja
Rekan kerja
yang bisa
bekerjasama dan
mendukung dalam
pelaksanaan kerja
cenderung berpengaruh
pada meningkatnya
semangat kerja dan kepuasan kerja pada karyawan tersebut. Sebaliknya,
rekan kerja
yang tidak
bisa bekerjasama
akan menimbulkan konflik dalam kerja dan hal ini akan berdampak negatif
pada kinerja maupun semangat kerja karyawan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10. Otonomi dalam merencanakan dan menjalankan pekerjaan Bagi karyawan yang suka tantangan dalam pekerjaannya cenderung
akan lebih puas dalam bekerja bila dia diberi otonomi atau kebebasan dalam berpendapat dan berkreasi dalam menjalankan tugasnya.
Dengan adanya kebebasan tersebut karyawan akan memiliki rasa tanggung jawab terhadap pekerjaan dan merasa dihargai.
2. Kultur Lingkungan Kerja Menurut Hofstede 1994:5, kultur diartikan sebagai:
“…a collective phenomenon, because it least partly shared with people who live or lived within the same social environment, which is there it was
learned. It is a collective programming of the mid which distinguishes the members of the one group or category of people from another”.
Kultur merupakan bentuk pemrograman mental secara kolektif. Kultur membedakan anggota kelompok satu dengan kelompok lain dalam
pola pikir, perasaan dan tindakan anggota satu kelompok. Dengan demikian kultur lingkungan kerja adalah pola nilai, norma, sikap hidup,
ritual dan kebiasaan yang baik dalam lingkungan kerja, sekaligus cara memandang suatu persoalan dan pemecahannya. Kultur lingkungan kerja
merupakan faktor esensial dalam membentuk karyawan menjadi manusia yang optimis, berani tampil, berperilaku kooperatif, kecakapan personal
dan akademik Hofstede, 1994:35. 3. Dimensi Kultur Lingkungan Kerja
Dimensi kultur lingkungan kerja terdiri atas 4 hal, yaitu power distance; individualism
dan collectivism;
femininity dan
masculinity; dan
uncertainty avoidance Hofstede, 1994:35-125.
a. Dimensi power distance. Indikator kultur lingkungan kerja pada dimensi
power distance
adalah perbedaan
diantara karyawan
diminimalkan, harus ada ketergantungan antara karyawan yang lemah dan yang kuat, tingkatan di perusahaan berarti perbedaan aturan,
sistem manajemen di lingkungan kerja, perbedaan gaji antara atasan dan bawahan, bawahan ikut serta dalam mengambil keputusan,
persepsi terhadap hak istimewa dan simbol status. b. Dimensi individualism vs collectivism. Indikator kultur lingkungan
kerja pa dimensi individualism vs collectivism adalah basis identitas diri,
keharmonisan di
tempat kerja,
hubungan komunikasi,
penyalahgunaan kepemimpinan, hubungan antar karyawan, dasar penggajian dan promosi, sistem manajemen, hubungan kerja.
c. Dimensi femininity vs masculinity. Indikator kultur lingkungan kerja pada dimensi femininity vs masculinity adalah cara penyelesaian
masalah, prinsip kerja, perbedaan jenis kelamin dalam lingkungan kerja, prinsip pekerjaan yang manusia, tipe manajer, sikap bersosial
dalam lingkungan kerja. d. Dimensi uncertainty avoidance. Indikator lingkungan kerja pada
dimensi uncertainty avoidance adalah kebutuhan akan peraturan dalam lingkungan kerja, orientasi dalam bekerja, semangat bekerja, sikap
terhadap pencapaian ketelitian, sikap terhadap perilaku karyawan, bentuk penilaian terhadap hasil pekerjaan.
B. Locus of Control