Pengujian Hipotesis Analisis Data 1. Pengujian Prasyarat Analisis Data

kecerdasan emosional dengan kualitas pelayanan karyawan adalah linier.

2. Pengujian Hipotesis

a. Pengaruh kultur lingkungan kerja pada hubungan antara kecerdasan emosional dengan kualitas pelayanan karyawan. 1 Rumusan Hipotesis I H : Tidak ada pengaruh positif kultur lingkungan kerja pada hubungan antara kecerdasan emosional dengan kualitas pelayanan karyawan. H 1 : Ada pengaruh positif kultur lingkungan kerja pada hubungan antara kecerdasan emosional dengan kualitas pelayanan karyawan. 2 Pengujian Hipotesis I Variabel kultur lingkungan kerja terdiri dari 4 dimensi. Berikut ini akan disajikan hasil pengujian masing-masing dimensi tersebut, yang meliputi: a. Dimensi power distance Berdasarkan hasil pengujian ANOVA, model persamaan regresi dapat disajikan sebagai berikut Lampiran VI halaman 164: Y i = 235,968 – 2,242 X 1 – 10,491 X 2a + 0,137 X 1 X 2a Keterangan: Y i = Kualitas pelayanan karyawan X 1 = Variabel kecerdasan emosional X 2a = Variabel kultur lingkungan kerja power distance X 1 X 2a = Nilai interaksi antara variabel kecerdasan emosional dengan variabel kultur lingkungan kerja pada dimensi power distance Hasil pengujian regresi di atas menunjukkan bahwa nilai koefisien regresi  3 dari interaksi variabel kecerdasan emosional dengan variabel kualitas pelayanan karyawan adalah 0,137. Nilai tersebut menunjukkan bahwa interaksi kedua variabel memperkuat derajat hubungan antara kecerdasan emosional dengan kualitas pelayanan karyawan. Nilai signifikansi koefisien regresi  3 dari interaksi variabel kecerdasan emosional dengan variabel kultur lingkungan kerja dimensi power distance terhadap kualitas pelayanan karyawan menunjukkan lebih rendah dari nilai alpha yang digunakan dalam penelitian ini  = 0,004  = 0,050. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengaruh kultur lingkungan kerja dimensi power distance terhadap hubungan kecerdasan emosional dengan kualitas pelayanan karyawan adalah signifikan. Artinya, semakin kecil jarak kekuatan power distance karyawan dengan pimpinan semakin kuat derajat hubungan kecerdasan emosional kualitas pelayanan karyawan. Hasil penelitian ini juga didukung hasil perhitungan koefisien korelasi antara kecerdasan emosional dengan kualitas pelayanan karyawan sebesar 0,321. Sementara, koefisien korelasi dari interaksi kecerdasan emosional dengan kultur lingkungan kerja dimensi power distance dengan kualitas pelayanan karyawan menunjukkan nilai sebesar 0,389 Lampiran VI halaman 164. b. Dimensi collectivism vs individualism Berdasarkan hasil pengujian ANOVA, model persamaan regresi dapat disajikan sebagai berikut Lampiran VI halaman 168: Y i = 460,107 – 5,019 X 1 – 22,179 X 2b 0 + 0,282 X 1 X 2b Keterangan: Y i = Kualitas pelayanan karyawan X 1 = Variabel kecerdasan emosional X 2b = Variabel kultur lingkungan kerja collectivism vs individualism X 1 X 2b = Nilai interaksi antara variabel kecerdasan emosional dengan variabel kultur lingkungan kerja pada dimensi collectivism vs individualism Hasil pengujian regresi di atas menunjukkan bahwa nilai koefisien regresi  3 dari interaksi variabel kecerdasan emosional dengan variabel kualitas pelayanan karyawan adalah 0,282. Nilai tersebut menunjukkan bahwa interaksi kedua variabel memperkuat derajat hubungan kecerdasan emosional dengan variabel kualitas pelayanan karyawan. Nilai PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI signifikansi koefisien regresi  3 dari interaksi variabel kecerdasan emosional dengan variabel kultur lingkungan kerja dimensi collectivism vs individualism terhadap kualitas pelayanan karyawan menunjukkan lebih rendah dari nilai alpha yang digunakan dalam penelitian ini  = 0,010  = 0,050. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengaruh kultur lingkungan kerja dimensi collectivism vs individualism terhadap hubungan antara kecerdasan emosional dengan kualitas pelayanan karyawan adalah signifikan. Artinya, semakin kultur lingkungan kerja berorientasi collectivism semakin kuat derajat hubungan kecerdasan emosional dengan kualitas pelayanan karyawan. Hasil penelitian ini juga didukung hasil perhitungan koefisien korelasi antara kecerdasan emosional dengan kualitas pelayanan karyawan sebesar 0,321. Sementara, koefisien korelasi dari interaksi kecerdasan emosional dengan kultur lingkungan kerja dimensi collectivism vs individualism dengan kualitas pelayanan karyawan menunjukkan nilai sebesar 0,372 Lampiran VI halaman 167. c. Dimensi femininity vs masculinity Berdasarkan hasil pengujian ANOVA, model persamaan regresi dapat disajikan sebagai berikut Lampiran VI halaman 166: Y i = 165,820 – 1,336 X 1 – 7,899 X 2c + 0,104 X 1 X 2c Keterangan: Y i = Kualitas pelayanan karyawan X 1 = Variabel kecerdasan emosional X 2c = Variabel kultur lingkungan kerja femininity vs masculinity X 1 X 2c = Nilai interaksi antara variabel kecerdasan emosional dengan variabel kultur lingkungan kerja pada dimensi femininity vs masculinity Hasil pengujian di atas menunjukkan bahwa nilai koefisien regresi  3 dari intereksi variabel kecerdasan emosional dengan variabel kualitas pelayanan karyawan adalah 0,104. Nilai tersebut menunjukkan bahwa interaksi kedua variabel memperkuat derajat hubungan kecerdasan emosional dengan kualitas pelayanan karyawan. Nilai signifikansi koefisien regresi  3 dari interaksi variabel kecerdasan emosional dengan variabel kultur lingkungan kerja dimensi femininity vs masculinity terhadap kualitas pelayanan karyawan meunjukkan lebih rendah dari alpha yang digunakan dalam penelitian ini  = 0,046  = 0,050. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengaruh kultur lingkungan kerja dimensi femininity vs masculinity terhadap hubungan kecedasan emosional dengan kualitas pelayanan karyawan adalah signifikan. Artinya, semakin kultur lingkungan kerja berorientasi femininity semakin kuat derajat PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI hubungan kecerdasan emosional dengan kualitas pelayanan karyawan. Hasil penelitian ini juga didukung hasil perhitungan koefisien korelasi antara kecerdasan emosional dengan kualitas pelayanan karyawan sebesar 0,321. Sementara, koefisien korelasi dari interaksi kecerdasan emosional dengan kultur lingkungan kerja dimensi femininity vs masculinity dengan kualitas pelayanan karyawan menunjukkan nilai sebesar 0,367 Lampiran VI halaman 166. d. Dimensi uncertainty avoidance Berdasarkan hasil pengujian ANOVA, model persamaan regresi dapat disajikan sebagai berikut Lampiran VI halaman 163: Y i = 183,495 – 1,613 X 1 – 8,102 X 2d + 0,109 X 1 X 2d Keterangan: Y i = Kualitas pelayanan karyawan X 1 = Variabel kecerdasan emosional X 2d = Variabel kultur lingkungan kerja uncertainty avoidance X 1 X 2d = Nilai interaksi antara variabel kecerdasan emosional dengan variabel kultur lingkungan kerja pada dimensi uncertainty avoidance Hasil pengujian regresi di atas menunjukkan bahwa nilai koefisien regresi  3 dari interaksi variabel kecerdasan emosional dengan variabel kualitas pelayanan karyawan adalah 0,109. Nilai tersebut menunjukkan bahwa interaksi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI kedua variabel memperkuat derajat hubungan kecerdasan emosional dengan variabel kualitas pelayanan karyawan. Nilai signifikansi koefisien regresi  3 dari interaksi variabel kecerdasan emosional dengan variabel kultur lingkungan kerja dimensi uncertainty avoidance terhadap kualitas pelayanan karyawan menunjukkan lebih rendah dari alpha yang digunakan dalam penelitian ini  = 0,036  = 0,050. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengaruh kultur lingkungan kerja dimensi uncertainty avoidance terhadap hubungan kecerdasan emosional dengan kualitas pelayanan karyawan adalah signifikan. Artinya, semakin kultur lingkungan kerja berorientasi uncertainty avoidance lemah semakin kuat derajat hubungan kecerdasan emosional dengan kualitas pelayanan karyawan. Hasil penelitian ini juga didukung hasil perhitungan koefisien korelasi antara kecerdasan emosional dengan kualitas pelayanan karyawan sebesar 0,321. Sementara, koefisien korelasi dari interaksi kecerdasan emosional dengan kultur lingkungan kerja dimensi uncertainty avoidance dengan kualitas pelayanan karyawan menunjukkan nilai sebesar 0,392 Lampiran VI halaman 169. Hasil pengujian hipotesis I yang menyatakan ada pengaruh positif kultur lingkungan kerja power distance, collectivism vs individualism, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI femininity vs masculinity dan uncertainty avoidance pada hubungan antara kecerdasan emosional dengan kualitas pelayanan karyawan, diperoleh persamaan regresinya Lampiran VI halaman 172: Y i = 429,646 – 4,769 X 1 – 5,252 X 2 + 0,068 X 1 X 2 Keterangan: Y i = Kualitas pelayanan karyawan X 1 = Variabel kecerdasan emosional X 2d = Variabel kultur lingkungan kerja X 1 X 2 = Nilai interaksi antara variabel kecerdasan emosional dengan variabel kultur lingkungan kerja Hasil pengujian regresi di atas menunjukkan bahwa nilai koefisien regresi  3 dari interaksi variabel kecerdasan emosional dengan kualitas pelayanan karyawan adalah 0,068. Nilai tersebut menunjukkan bahwa interaksi kedua variabel memperkuat derajat hubungan kecerdasan emosional dengan variabel kualitas pelayanan karyawan. Nilai signifikansi koefisien regresi  3 dari interaksi variabel kecerdasan emosional dengan variabel kultur lingkungan kerja terhadap kualitas pelayanan karyawan menunjukkan lebih rendah dari nilai alpha yang digunakan dalam penelitian ini  = 0,001  = 0,050. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengaruh kultur lingkungan kerja terhadap kecerdasan emosional dengan kualitas pelayanan karyawan adalah signifikan. Artinya, semakin kultur lingkungan kerja berorientasi jarak kekuasaan power distance kecil, semakin collectivism, semakin femininity, dan semakin lemah tingkat penghindaran akan ketidakpastian uncertainty avoidance lemah, maka akan semakin kuat derajat hubungan kecerdasan emosional dengan kualitas pelayanan karyawan. Hasil ini sesuai dengan dugaan awal penelitian ini bahwa ada pengaruh positif kultur lingkungan kerja terhadap hubungan antara kecerdasan emosional dengan kualitas pelayanan karyawan. Hasil penelitian ini juga didukung hasil perhitungan koefisien korelasi antara kecerdasan emosional dengan kualitas pelayanan karyawan sebesar 0,321. Sementara, koefisien korelasi dari interaksi kecerdasan emosional dengan kultur lingkungan kerja dengan kualitas pelayanan karyawan menunjukkan nilai sebesar 0,421 Lampiran VI halaman 164. b. Pengaruh locus of control pada hubungan antara kecerdasan emosional dengan kualitas pelayanan karyawan. 1 Rumusan Hipotesis II H : Tidak ada pengaruh positif locus of control pada hubungan antara kecerdasan emosional dengan kualitas pelayanan karyawan. H 1 : Ada pengaruh positif locus of control pada hubungan antara kecerdasan emosional dengan kualitas pelayanan karyawan. 2 Pengujian Hipotesis II Berdasarkan hasil pengujian ANOVA, model persamaan regresi dapat disajikan sebagai berikut Lampiran VI halaman 174: Y i = 55,525+ 0,112 X 1 – 44,030 X 3 + 0,572 X 1 X 3 Keterangan: Y i = Kualitas pelayanan karyawan X 1 = Variabel kecerdasan emosional X 3 = Variabel locus of control X 1 X 3 = Nilai interaksi antara variabel kecerdasan emosional dengan variabel locus of control Hasil pengujian regresi di atas menunjukkan bahwa nilai koefisien regresi  3 dari interaksi variabel kecerdasan emosional dengan variabel kualitas pelayanan karyawan adalah 0,546. Nilai tersebut menunjukkan bahwa interaksi kedua variabel memperkuat derajat hubungan variabel kecerdasan emosional dengan variabel kualitas pelayanan karyawan. Nilai signifikansi koefisien regresi  3 dari interaksi variabel kecerdasan emosional dengan variabel locus of control terhadap kualitas pelayanan karyawan menunjukkan lebih rendah dari nilai alpha yang digunakan dalam penelitian ini  = 0,035  = 0,050. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengaruh locus of control terhadap hubungan antara kecerdasan emosional dengan kualitas pelayanan karyawan adalah signifikan. Artinya, semakin internal locus of control semakin kuat derajat hubungan kecerdasan emosional dengan kualitas pelayanan karyawan. Hasil ini sejalan dengan dugaan awal penelitian ini bahwa ada pengaruh positif locus of control terhadap hubungan kecerdasan emosional dengan kualitas pelayanan karyawan. Hasil penelitian ini juga didukung hasil perhitungan koefisien korelasi antara kecerdasan emosional dengan kualitas pelayanan karyawan sebesar 0,321. Sementara, koefisien korelasi dari interaksi kecerdasan emosional dengan locus of control dengan kualitas pelayanan karyawan menunjukkan nilai sebesar 0,356 Lampiran VI halaman 174

C. Pembahasan Hasil Penelitian

Dokumen yang terkait

Pengaruh kultur lingkungan kerja dan locus of control pada hubungan antara kecerdasan emosional dengan kualitas pelayanan karyawan : studi kasus karyawan administrasi Universitas Janabadra dan Universitas Pembangunan Nasional `Veteran` Yogyakarta.

1 1 207

Pengaruh kultur lingkungan kerja dan locus of control pada hubungan antara kecerdasan emosional dengan kualitas pelayanan karyawan : studi kasus karyawan administrasi Universitas Sanata Dharma dan Universitas Atma Jaya Yogyakarta.

0 2 205

Pengaruh kultur lingkungan kerja dan locus of control pada hubungan antara kecerdasan emosional dengan kualitas pelayanan karyawan : studi kasus karyawan administrasi Universitas Islam Indonesia dan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

0 0 207

Pengaruh jenis kelamin dan locus of control terhadap hubungan kultur keluarga, kultur lingkungan kerja, dan kultur lingkungan masyarakat dengan kecerdasan emosional guru : survei pada guru SMA di Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta.

1 2 293

Pengaruh jenis kelamin locus of control terhadap hubungan kultur keluarga, kultur lingkungan kerja, dan kultur lingkungan masyarakat dengan kecerdasan emosional guru : survei guru SMA di Kabupaten Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta.

0 0 276

SKRIPSI PENGARUH KULTUR LINGKUNGAN KERJA DAN LOCUS OF CONTROL PADA HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN KUALITAS PELAYANAN KARYAWAN

0 0 205

PENGARUH KULTUR LINGKUNGAN KERJA DAN LOCUS OF CONTROL PADA HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN KUALITAS PELAYANAN KARYAWAN

0 2 203

Pengaruh kultur lingkungan kerja dan locus of control pada hubungan antara kecerdasan emosional dengan kualitas pelayanan karyawan : studi kasus karyawan administrasi Universitas Janabadra dan Universitas Pembangunan Nasional `Veteran` Yogyakarta - USD Re

0 0 205

PENGARUH KULTUR LINGKUNGAN KERJA DAN LOCUS OF CONTROL PADA HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN KUALITAS PELAYANAN KARYAWAN

0 0 210

Pengaruh jenis kelamin dan locus of control terhadap hubungan kultur keluarga, kultur lingkungan kerja, dan kultur lingkungan masayarakat dengan kecerdasan emosional guru : survei pada guru SMA di Kodya Yogyakarta, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta - US

0 0 268