pelayanan karyawan sebesar 0,321. Sementara, koefisien korelasi dari interaksi kecerdasan emosional dengan locus of control
dengan kualitas pelayanan karyawan menunjukkan nilai sebesar 0,356 Lampiran VI halaman 174
C. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Pengaruh kultur
lingkungan kerja
terhadap hubungan
kecerdasan emosional dengan kualitas pelayanan karyawan.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa ada pengaruh positif kultur lingkungan kerja terhadap hubungan antara kecerdasan emosional dengan
kualitas pelayanan karyawan. Hasil pengujian ini didukung oleh hasil perhitungan statistik yang menunjukkan bahwa nilai F
hitung
= 12,654 lebih besar dari nilai F
tabel
= 2,656 atau nilai signifikansi koefisiensi regresi
3
yang menunjukkan besarnya = 0,001 lebih kecil dari = 0,050. Artinya,
pada karyawan yang berasal dari kultur lingkungan kerja yang berorientasi pada power distance kecil, cukup kolektif, feminin, dan uncertainty
avoidance lemah, maka semakin kuat hubungan antara kecerdasan
emosional dengan kualitas pelayanan karyawan. Deskripsi kualitas pelayanan karyawan menunjukkan bahwa
sebagian besar karyawan terkategorikan baik sebanyak 145 karyawan atau 80,56. Nilai tersebut menjelaskan bahwa universitas telah menyediakan
fasilitas yang memudahkan karyawannya dalam bekerja, karyawan dapat memberikan jasa yang telah dijanjikan kepada segenap civitas universitas
dengan cepat, tepat, ramah, dan memberikan kenyamanan mahasiswa dan dosen. Sementara deskripsi kecerdasan emosional terkategorikan tinggi
sebanyak 97 karyawan atau 53,89. Nilai tersebut menjelaskan bahwa karyawan dapat mengenali emosinya sendiri dan orang lain, memotivasi
diri sendiri, dan mengelola emosinya saat berhubungan dengan orang lain terlebih karyawan lain sebagai rekan kerjanya. Dengan demikian karyawan
mampu bekerja dengan baik sehingga kualitas pelayanannya juga akan baik.
Deskripsi kultur
lingkungan kerja
menunjukkan bahwa
karyawan terkategorikan power distance kecil 124 karyawan atau 68,89, cukup kolektif 129 karyawan atau 71,67, feminin 100
karyawan atau 55,56, dan uncertainty avoidance lemah 97 karyawan atau 53,89. Karyawan yang berasal dari lingkungan kerja dengan power
distance kecil berarti semua karyawan diperlakukan sama oleh pemimpin
di lingkungan kerja, ketergantungan karyawan yang berkemampuan lemah terhadap karyawan yang berkemampuan baik, ada perbedaan yang nyata
antara tugas dan kewajiban masing-masing dalam struktur organisasi, unit kerja diberi kewenangan untuk mengelola dan mengambil keputusan demi
kemajuan unit kerja bersangkutan, perbedaan gaji antara atasan dan bawahan,
atasan bermusyawarah
dengan para
karyawan sebelum
mengambil keputusan, dan pimpinan menampakkan diri sebagai atasan dan karyawan sebagai bawahan. Power distance yang semakin kecil akan
semakin baik karena meningkatkan kualitas pelayanan karyawan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lingkungan kerja yang berorientasi pada power distance kecil diharapkan para pimpinannya lebih banyak berkonsultasi dengan karyawanbawahan
dalam mengambil sebuah keputusan, sehingga mereka harus memiliki kemampuan
komunikasi yang
lebih baik
daripada karyawannya,
menghargai kesetaraan sehingga diperlukan komunikasi dua arah Dayakisni, 2003:278.
Karyawan yang berasal dari lingkungan kerja dengan cukup kolektif berarti dalam lingkungan kerja mereka hubungan antara karyawan
dan pemimpin tidak didasarkan pada perbedaan status dan jabatan, terjalin komunikasi yang harmonis antara atasan dan karyawan maupun antar
karyawan, komunikasi antara atasan dan karyawan tidak dilakukan hanya untuk hal yang penting saja, kesalahan yang dilakukan atasan akan
mempermalukan semua unit kerja, hubungan kekeluargaan antara para karyawan dan atasan sangat kuat, atasan mengikutsertakan karyawan
dalam proses pengambilan keputusan, pengelolaan dalam suatu unit kerja ditentukan oleh hasil kesepakatan bersama, dan hubungan antara atasan
dengan para karyawan dan antar karyawan tidak hanya sebatas urusan pekerjaan kantor. Semakin kolektif maka semakin baik karena akan
meningkatkan kualitas pelayanan karyawan. Budaya kolektif menekankan kewajiban pada setiap kelompok daripada hak-hak pribadinya, mereka
diharapkan mengorbankan kepentingan dan tujuan pribadinya demi tujuan kelompok, sehingga karyawan lebih patuh dan menyesuaikan diri terhadap
organisasi untuk menjaga keselarasan Dayakisni, 2003:280-281. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Karyawan yang berasal dari lingkungan kerja dengan femininity berarti dalam lingkungan kerja mereka atasan memberikan pilihan cara
penyelesaian masalah ketika melakukan kesalahan, filosofi karyawan adalah bekerja untuk hidup, tidak terjadi diskriminasi gender dalam
promosi jabatan, antar karyawan berkesempatan saling membantu dan memahami satu dengan yang lainnya, pemimpin mengelola unit kerja
berdasarkan rasionalitas yang dikembangkan bersama, dan ditekankan persamaan hak dan kewajiban, solidaritas antar karyawan dan kualitas
hidup bekerja. Semakin feminin maka semakin baik karena meningkatkan kualitas pelayanan karyawan. Menurut Dayakisni 2003:283, kultur
lingkungan kerja pada dimensi feminity menganggap bahwa kerja yang baik menuntut kemampuan untuk mengutamakan diri sendiri, diharapkan
pimpinanmanajer yang baik diharapkan memberikan dukungan dan membentuk tim kerja.
Karyawan yang
berasal dari
lingkungan kerja
dengan uncertainty avoidance
yang lemah berarti dalam lingkungan kerja mereka aturan diterapkan secara longgar, karyawan dituntut untuk disiplin dan
memanfaatkan waktu bekerja sebaik-baiknya, adanya kesediaan karyawan untuk bekerja lembur jika perlu saja, ketelitian dalam bekerja harus
dipelajari, Pemimpin menuntut karyawan memiliki inisiatif yang tinggi, dan pemimpin memuji hasil kerja karyawan yang memuaskan
. Semakin uncertainty avoidance
lemah maka semain baik karena meningkatkan kualitas pelayanan karyawan. Menurut Dayakisni 2003:279, orientasi budaya pada
uncertainty avoidance rendah toleransi terhadap situsi yang samar-samar atau tak
pasti lebih tinggi, pemimpin bersikap lebih relaks dan sedikit memiliki atauran dan penyampaian saran kepada karyawan, dalam situasi ini orang diberi
kesempatan untuk mengambil inisiatif sendiri dalam menyelesaikan tugas.
Lingkungan kerja sebagai tempat karyawan melaksanakan tugasnya memegang peranan penting dalam perkembangan kecerdasan
emosional dan kualitas pelayanan. Kondisi lingkungan kerja yang nyaman, aman dan mendukung yaitu dengan adanya fasilitas-fasilitas yang
memadahi akan membuat karyawan menjadi bersemangat dalam bekerja, dalam hal ini adalah bersemangat dalam memberikan pelayanan kepada
semua civitas universitas, sehingga berdampak positif pada kinerjanya. Jika universitas memperhatikan faktor fisik dari lingkungan kerja seperti
pewarnaan, kebersihan, pertukaran udara, penerangan, keamanan dan kebisingan Nitisemito, 1982:184, maka karyawan akan berkembang
sebagai karyawan dengan kualitas pelayanan yang tinggi. Dengan melakukan perbaikkan atas faktor-faktor fisik tersebut dalam lingkungan
kerja maka perkembangan kecerdasan emosional akan terkendali dan kualitas pelayanan karyawan akan berkembang lebih baik.
Kecerdasan emosional
merupakan faktor
penting dalam
mempengaruhi kualitas
pelayanan karyawan.
Hasil penelitian
ini menunjukkan bahwa kualitas pelayanan karyawan terkategorikan baik
145 karyawan atau 80,56 dan kecerdasan emosional terkategorikan sangat tinggi 97 karyawan atau 53,89 menjadi bukti adanya hubungan
antara kecerdasan emosional dengan kualitas pelayanan karyawan. Berdasarkan nilai tersebut dapat diketahui tingkat kemampuan karyawan
dalam memberikan pelayanannya terhadap segenap civitas universitas yang mencerminkan tingkat keberhasilannya dalam menjalankan tugasnya.
Hasil penelitian ini dikuatkan oleh hasil penelitian yang dilakukan Melianawati, Prihanto dan Tjahjoanggoro 2001:61 yang mengatakan
bahwa kecerdasan emosional memiliki hubungan yang sangat signifikan dengan variabel kinerja, kinerja akan optimal jika seseorang memiliki
kecerdasan emosional yang tinggi. Dengan demikian semakin tinggi kecerdasan emosional seseorang, semakin tinggi pula kinerjanya.
2. Pengaruh locus of control terhadap hubungan kecerdasan emosional dengan kualitas pelayanan karyawan.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa ada pengaruh positif locus of control
tehadap hubungan antara kecerdasan emosional dengan kualitas pelayanan karyawan. Hasil ini didukung oleh hasil perhitungan statistik
yang menunjukkan bahwa nilai F
hitung
= 9,245 lebih besar dari nilai F
tabel
= 2,656 atau nilai signifikansi koefisien regresi
3
yang menunjukkan =
0,035 = 0,050. Artinya, semakin locus of control karyawan cenderung
internal maka semakin kuat hubungan antara kecerdasan emosional dengan kualitas pelayanan karyawan.
Deskripsi locus of control menunjukkan bahwa 100 karyawan atau 55,56 terkategorikan internal. Kecenderungan locus of control
internal karyawan dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya adalah keluarga dan status sosial. Pada dasarnya locus of control merupakan
keyakinan individu tentang faktor-faktor yang mengatur kejadian-kejadian PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dalam hidupnya, yang dapat dikontrol locus of control internal dan yang di luar kontrol dirinya locus of control eksternal, serta sejauh mana
orang tersebut merasakan adanya hubungan antara usaha-usaha yang telah dilakukannya dengan akibat-akibatnya.
Kecerdasan emosional
merupakan kemampuan
yang memungkinkan seseorang akan menguasai kebiasaan berpikir menuju
produktivitas yang juga sangat diperlukan dalam dunia kerja. Kemampuan tersebut meliputi kemampuan untuk mengenali emosi diri, mengelola
emosi, memotivasi diri, mengenali emosi orang lain dan membina hubungan dengan orang lain Goleman 1999:57-59. Dalam hal ini
produktivitas kerja ditunjukkan melalui kualitas pelayanan karyawan. Kualitas pelayanan karyawan merupakan upaya pemenuhan kebutuhan
dan keinginan
pelanggan serta
ketepatan penyampaiannya
untuk mengimbangi harapan pelanggan. Jika semakin tinggi tingkat kecerdasan
emosional karyawan maka kualitas pelayanan kepada segenap civitas universitas semakin baik pula.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kualitas pelayanan karyawan sebagian besar terkategorikan baik dan tingkat kecerdasan
emosional karyawan sebagian besar terkategorikan sangat tinggi menjadi bukti adanya hubungan antara kecerdasan emosional dengan kualitas
pelayanan karyawan. Jika kecerdasan emosional dapat berkembang dengan baik maka karyawan akan lebih mampu memberikan pelayanan
kepada civitas universitas. Karyawan yang mempunyai kecenderungan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
locus of control internal akan cenderung lebih giat, rajin, ulet, mandiri,
dan mempunyai daya tahan yang baik terhadap pengaruh sosial, dan bertanggung jawab atas kegagalannya karena karyawan dengan locus of
control internal mempunyai rasa percaya diri dan dapat melakukan kontrol
dengan kemampuannya
sendiri, mengandalkan
kemampuan dan
keterampilan diri serta usaha-usaha yang dilakukan. Hasil penelitian ini dikuatkan oleh penelitian yang dilakukan oleh
Triningsih 2007:vii dengan judul “Pengaruh Locus of Control, Jenis Pekerjaan, dan Tingkat Pendidikan terhadap Hubungan antara Kecerdasan
Emosional dengan Kinerja Karyawan”, yang menunjukkan bahwa ada pengaruh positif dan signifikan locus of control terhadap hubungan antara
kecerdasan emosional dengan kinerja karyawan = 0,008 = 0,05.
92
BAB VI KESIMPULAN, KETERBATASAN PENELITIAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis data dan pembahasan pada bab V, dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut.
1. Ada pengaruh yang positif dan signifikan variabel kultur lingkungan kerja pada
hubungan kecerdasan
emosional dengan
kualitas pelayanan
karyawan. Hal ini didukung oleh hasil perhitungan nilai F
hitung
= 12,654 lebih besar dari F
tabel
= 2,656 dan nilai sigifikan koefisien regresi
3
yang menunjukkan = 0,001 lebih kecil dari = 0,050.
2. Ada pengaruh yang positif dan signifikan variabel locus of control pada hubungan kecerdasan emosional dengan kualitas pelayanan karyawan. Hal
ini didukung oleh hasil perhitungan nilai F
hitung
= 9,245 lebih besar dari F
tabel
= 2,656 dan nilai signifikan koefisien
3
yang menunjukkan =
0,035 lebih kecil dari = 0,050.
B. Keterbatasan Penelitian
1. Data penelitian ini dikumpulkan dengan metode kusioner. Jumlah pernyataan untuk mengukur ketiga variabel sebanyak 102 pernyataan
variabel kultur lingkungan kerja = 27 pernyataan, locus of control = 29 pernyataan, kecerdasan emosional = 24 pernyataan dan kualitas pelayanan
karyawan = 22 pernyataan. Masing-masing pernyataan terdiri dari 4 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI