64 eksperimen mengalami penurunan skor posttest I ke posttet II dari 3,36 menjadi
3,14, sedangkan pada kelompok kontrol mengalami penurunan skor posttest I ke posttest II
dari 3,14 menjadi 2,93.
4.2 Pembahasan 4.2.1 Pengaruh Metode Inkuiri terhadap Kemampuan Menjelaskan
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada pengaruh penggunaan metodeinkuiri terhadap kemampuan menjelaskan. Pengaruh ini dapat terlihat dari
perbedaaan yang signifikan antara selisih skor posttest kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dengan harga Sig. 2-tailed sebesar 0,02 atau p 0,05
yang berarti terdapat perbedaan yang signifikan antara selisih skor posttest kelompok kelompok kontrol dan eksperimen. Dengan demikian H
null
ditolak dan H
i
diterima yang artinya penggunaan metode inkuiriberpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan menjelaskan.
Penggunaan metode inkuiri berpengaruh pada kemampuan menjelaskan karena selama dalam pembelajaran siswa secara aktif dan kreatif menerapkan
pengetahuannya mengenai pembuatan kompas sederhana dalam sebuah percobaan membuat kompas sederhana. Ketika melakukan percobaan membuat kompas
sederhana siswa menerapkan pengetahuan yang diketahuinya tentang cara membuat magnet, cara menggunakan media kompas sederhana untuk
menunjukkan arah mata angin, membuat rancangan kompas sederhana yang benar sehingga siswa menjadi paham cara membuat kompas sederhana dan cara
menggunakan kompas sederhana, karena siswa melakukan percobaan sendiri. Kondisi seperti ini berbeda dengan kelompok kontrol yang hanya
mendengarkan guru ceramah dan siswa hanya mencatat materi yang diperintahkan guru sehingga kemampuan kognitif siswa tidak berkembang. Siswa juga hanya
diminta mengerjakan LKS tanpa mencoba membuat kompas sederhana. Siswa pada kelompok kontrol hanya duduk dengan tenang mendengarkan penjelasan
dari guru tetapi siswa tidak mempunyai inisiatif untuk bertanya mengenai kesulitan yang dialami berkaitan dengan materi yang belum dimengerti, justru
sebaliknya guru yang terlihat aktif bertanya kepada siswa.
65
4.2.2 Pengaruh Metode Inkuiri terhadap Kemampuan Menginterpretasi
Penggunaan metode inkuiri juga berpengaruh terhadap kemampuan menginterpretasi.
Pengaruh ini ditunjukkan dengan selisih skor posttest kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dengan harga Sig. 2-tailed sebesar 0,21 atau
p 0,05 yang berarti tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara posttest
kelompok kontrol dan eksperimen. Dengan demikian H
null
diterima dan H
i
ditolak yang artinya penggunaan metode inkuiri tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap kemampuan menginterpretasi. Pengaruh
penggunaan metode
inkuiri terhadap
kemampuan menginterpretasi
terjadi karena selama pembelajaran siswa tidak terlalu terlibat aktif dalam memberikan argumen atau pendapat mengenai benda yang
menggunakan magnet, siswa juga terlibat aktif dalam membandingkan benda yang menggunakan magnet dan benda yang tidak menggunakan magnet, dan
siswa dengan tepat menentukan kesimpulan yang sesuai dengan materi yang dibahas yaitu magnet dan kompas sederhana.
Kondisi seperti ini berbeda dengan kelompok kontrol yang hanya mendengarkan guru ceramah dan siswa hanya mencatat materi yang diperintahkan
guru sehingga kemampuan kognitif siswa tidak berkembang. Siswa juga hanya diminta mengerjakan LKS tanpa mencoba membuat kompas sederhana. Siswa
pada kelompok kontrol hanya duduk dengan tenang mendengarkan penjelasan dari guru tetapi siswa tidak mempunyai inisiatif untuk bertanya mengenai
kesulitan yang dialami berkaitan dengan materi yang belum dimengerti, justru sebaliknya guru yang terlihat aktif bertanya kepada siswa.
4.2.3 Dampak Pengaruh Perlakuan
Dampak perlakuan terhadap siswa bertujuan untuk mengetahui sudut pandang subjek-subjek yang terlibat dalam penelitian terhadap proses
pembelajaran yang berlangsung untuk itu perlu digunakan elemen penelitian kualitatif sederhana Krathwohl, 2004: 546. Untuk mengetahui dampak
perlakuan terhadap siswa peneliti menggunakan metode triangulasi data. Triangulasi data diperoleh dari hasil observasi di kelas selama proses
pembelajaran dan wawancara. Wawancara dilakukan kepada siswa dan guru sebelum dan sesudah perlakuan diberikan. Wawancara dengan guru dilakukan
66 untuk mengetahui dampak pengajaran sebelum dan sesudah menggunakan metode
inkuiri, sedangkan wawancara siswa dilakukan untuk mengetahui respon siswa sebelum dan selama belajar menggunakan metode inkuiri. Siswa yang dipilih
sebagai responden yaitu 2 siswa dengan nilai tertinggi, 1 siswa dengan nilai sedang, dan 1 siswa dengan nilai terendah dari kelas eksperimen. Berikut adalah
hasil wawancara yang telah dilakukan. Berdasarkan wawancara dengan siswa, wawancara dilakukan kepada 4
siswa mengenai proses pembelajaran IPA yang biasa dilakukan oleh guru. Sebelum diberikan perlakuan peneliti bertanya apakah siswa senang belajar IPA.
“Senang, karena pengetahuan tentang alam sekitar kita”, ungkap salah satu siswa W.S.B2-5. Semua siswa merasa senang belajar IPA karena dianggap mudah dan
mempelajari tentang alam. Selanjutnya peneliti menanyakan cara guru mengajarkan materi IPA.
“ dengan menjelaskan dan merangkum” jawaban siswa W.S.B7-10. Berdasarkan hasil wawancara dari guru dan siswa terlihat adanya
kesesuaian bahwa guru memang lebih sering mengajar menggunakan metode menjelaskan atau ceramah. Siswa lebih banyak mendengarkan penjelasan guru.
Guru lebih berperan aktif dibandingkan siswa dalam proses pembelajaran. Kemudian peneliti bertanya kepada siswa media yang sering digunakan guru
ketika belajar IPA, “dengan menggunakan gambar-gambar” jawaban siswa W.S.B12-16. Berdasarkan hal yang dikatakan oleh siswa, menunjukkan bahwa
guru jarang menggunakan media ketika menjelaskan materi IPA. Wawancara dengan guru juga dilakukan sebelum dan sesudah memberikan
perlakuan di kelompok eksperimen. Sebelum dilakukan pembelajaran dengan metode inkuiri di kelompok eksperimen, peneliti melakukan wawancara pada
guru yang menjadi mitra dalam penelitian ini. Guru mitra mengatakan bahwa metode inkuiri belum pernah dicoba diterapkan dalam pembelajaran IPA.
“Belum pernah mbak”W.G.B24. Karena itu, peneliti bersama dua rekan peneliti lain
melakukan pertemuan selama dua kali pertemuan bersama guru untuk memberi gambaran dan pelatihan pada guru supaya dapat menerapkan metode inkuiri di
kelas ketika memberikan perlakuan. Selama proses penelitian berlangsung peneliti melakukan observasi kegiatan pembelajaran dan cara mengajar guru
menggunakan metode inkuiri. Guru terlihat sangat percaya diri ketika
67 menyampaikan materi kepada siswa, dan guru tidak banyak melakukan kesalahan
ketika mengajar dengan menggunakan metode inkuiri. Setelah melakukan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode inkuiri, peneliti melakukan
wawancara lagi dengan guru. Berdasarkan wawancara dengan guru tentang pendapat guru tentang pembelajaran IPA dengan menggunakan metode inkuiri.
Jawaban dari guru “ternyata siswa lebih antusias dalam mengikuti pembelajaran
mbak, lebih semangat apalagi sewaktu mengikuti kegiatan percobaan. ”
W.G.B28-30. Berdasarkan hal yang dikatakan guru, menunjukkan bahwa pembelajaran menggunakan metode inkuiri lebih menarik dan menyenagkan. Hal
ini dikarenakan menggunakan media percobaan dan melibatkan siswa secara aktif. Respon yang ditunjukkan siswa juga baik karena dengan menggunakan metode
inkuiri siswa menjadi lebih bersemangat dalam belajar dan menjadi aktif saat kegiatan pembelajaran di kelas. Siswa dapat menangkap atau memahami materi
pembelajaran yang disampaikan oleh guru dan ketika diberi pertanyaan, mereka dapat menjawab dengan menjelaskan atau menafsirkan sesuai dengan pengalaman
yang dialaminya sendiri. Dengan mengalami percobaan sendiri maka siswa akan paham dan dapat menjelaskan seseuai apa yang mereka ingat menginterpretasi.
Menggunakan metode inkuri pada proses pembelajaran mampu membuat siswa mejadi lebih aktif dan dapat membantu siswa untuk memecahkan suatu
masalah dengan cara siswa sendiri. Berbeda dengan kelompok eksperimen, kelompok kontrol hanya mendengarkan penjelasan guru, mencatat dan
mengerjakan soal dari guru. Hal ini membuat siswa menjadi pasif dan tidak dapat mengembangkan kreatifitas yang dimiliki siswa karena hanya menerima informasi
dan tidak menemukan sendiri. Siswa tidak diberi kesempatan untuk secara mandiri menyelesaikan masalah dari suatu pokok pembahasan sehingga ketika
diminta menjelaskan siswa mengalami kesulitan dalam meberikan alasan atau bukti yang mendukung pernyataan yang dibuat. Hal ini menunjukkan bahwa
kemampuan menjelaskandan menginterpretasidapat dikembangkan di kedua kelompok tersebut.
Observasi juga dilakukan peneliti di kelas eksperimen untuk melihat cara guru mengajar, respon dari siswa selama proses pembelajaran menggunakan
metode inkuiri dan melihat proses kegiatan pembelajaran. Selama melakukan
68 pengamatan, peneliti melihat cara guru mengajar dapat membuat siswa lebih
tertarik dan tidak bosan, karena guru tidak lagi berperan aktif dalam proses pembelajaran, tetapi siswa yang justru dilibatkan secara aktif dalam pembelajaran.
Siswa banyak dilibatkan secara langsung dalam kegiatan belajar. Siswa diminta melakukan percobaan secara langsung bersama kelompok yang sudah dibuat
sebelumnya, kemudian melakukan demonstrasi atau presentasi di depan kelas, serta melakukan tanya jawab. Selama kegiatan pembelajaran berlangsung, guru
membebaskan siswa untuk menemukan sendiri pengetahuannya dan guru hanya sesekali memberikan penjelasan tambahan dan sedikit membantu jika siswa
mengalami kesulitan. Selain untuk melihat cara guru mengajar, observasi juga dilakukan untuk
melihat respon siswa selama mengikuti kegiatan pembelajaran menggunakan metode inkuiri. Berdasarkan hasil observasi menunjukkan bahwa siswa terlihat
sangat tertarik, senang, tampak aktif, dan tidak bosan terutama ketika melakukan percobaan membuat kompas sederhana. Selama kegiatan pembelajaran
berlangsung siswa tampak sangat antusias dalam bertanya ketika mengalami kesulitan dan menjawab pertanyaan dari guru. Siswa begitu menikmati kegiatan
pembelajaran dan tidak terlalu tegang seperti biasanya, karena siswa diberikan kebebasan oleh guru dalam menentukan cara dalam menyelesaikan suatu masalah
yang diberikan pada saat melakukan percobaan membuat kompas sederhana. Siswa juga diberikan kebebasan saat memberikan alasan dan bukti-bukti dari
kesimpulan yang mereka buat. Metode inkuiri dapat membantu siswa untuk dapat berpikir lebih kritis, aktif dan kreatif dan dapat membantu siswa mengembangkan
kemampuan menjelaskan, karena ketika mengikuti kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode inkuiri siswa dituntut untuk aktif memecahkan masalah
yang ada dengan menggunakan cara siswa sendiri, memberikan alasan yang mendukung dalam menjelaskan sehingga siswa tidak kesulitan saat menarik
kesimpulan, ini berarti metode inkuiri mampu membantu siswa dalam mengembangkan kemampuan menjelaskan.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara kepada guru dan keempat siswa, dapat disimpulkan adanya persamaan yaitu dengan menggunakan metode
inkuiri dalam kegiatan pembelajaran akan berdampak positif terhadap minat
69 belajar siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Penggunaan metode inkuiri
dapat melatih kemampuan siswa dan dapat melatih kerja sama siswa saat melakukan percobaan membuat kompas sederhana dalam kelompok. Selain itu
siswa dapat lebih mudah memahami materi magnet dan kompas sederhana dengan menggunakan metode inkuiri.
4.2.4 Konsekuensi Lebih Lanjut
Penggunaan metode inkuiri berdampak besar terhadap peningkatan belajar siswa. Melalui metode pembelajaran ini kebiasaan belajar di kelas dengan metode
ceramah dapat berkurang. Melalui metode inkuiri ini diharapkan dapat membantu mengatasi problem rendahnya hasil belajar siswa. Melalui metode ini pula ,
prestasi di dalam mata pelajaran IPA diharapkan dapat meningkat dari sebelumnya. Pendidikan di Indonesia saat ini masih tertinggal dari negara lain.
Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh PISA Program for International Student Asessment
bahwa di antara 65 negara yang diteliti tersebut, Indonesia menduduki peringkat kedua dari bawah OECD, 2013: 232. Hal ini
merupakan penurunan dari hasil PISA tahun 2009 dimana saat itu Indonesia menduduki peringkat 57 OECD, 2010: 8. Padahal kita tentu mengetahui usaha-
usaha yang dilakukan pemerintah dalam memajukan pendidikan di Indonesia sudah cukup besar yang salah satunya menaikkan gaji pengajar dan pemberian
sertifikasi. Upaya pemerintah tersebut ternyata belum menjawab permasalahan pendidikan yang ada di Indonesia. Hal itu terbukti dari penelitian mutahir dari
World Bank PBB yang meneliti bahwa pembiayaan reformasi telah dimungkinkan
melalui dana yang berasal dari amanat konstitusi yang mengharuskan pemerintah menghabiskan 20 anggarannya untuk menaikkan gaji dan pemberian sertifikasi
Chang, dkk, 2014: 5. Besarnya tunjangan yang diberikan sangat disayangkan tidak dimbangi dengan mutu pengajaran yang diberikan di kelas, karena pada
kenyataannya guru masih menggunakan metode konvensional seperti ceramah, mendekte, dan mencatat yang mengakibatkan siswa hanya berperan pasif selama
proses pembelajaran.
Masalah ini tidak bisa terselesaikan jika metode pembelajarannya tidak diubah. Maka, apabila metode yang dieksperimenkan dalam hal ini adalah metode
inkuiri mempunyai dampak yang bagus, pengujian-pengujian metode pembelajaran
70
inovatif perlu dilakukan untuk mencari alternatif yang baik dalam mencari terobosan baru dan meningkatkan kualitas pembelajaran.
Metode ini membantu siswa memperoleh pengetahuan dan pemahaman dari hasil menemukan sendiri berbasis
kontekstual Trianto, 2009:114. Kontekstual artinya adaketerkaitan antara materi belajar dengan keadaan sesungguhnya di dunia kehidupan anak Mulyasa,
2006a:102. Metode inkuiri juga mengutamakan proses berpikir kritis tentang suatu masalah Sanjaya, 2006:194.
71
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini akan diuraikan mengenai kesimpulan, keterbatasan penelitian, dan saran untuk penelitian selanjutnya. Bagian kesimpulan ingin menunjukkan
hasil penelitian yang menjawab hipotesis penelitian. Selanjutnya bagian saran berisi saran untuk penelitian berikutnya.
5.1 Kesimpulan
5.1.1 Penggunaan metode inkuiri berpengaruh terhadap kemampuan menjelaskan pada pelajaran IPA materi membuat kompas sederhana kelas V SDK
Sorowajan Yogyakarta pada semester gasal tahun ajaran 20142015. Hasil dari uji statistik terhadap selisih skor pretest-posttest I pada kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol menunjukkan harga Sig. 2-tailed sebesar 0,02 atau p 0,05, maka H
null
ditolak dan H
i
diterima yang berarti penggunaan metode inkuriberpengaruh terhadap kemampuan menjelaskan.
Pada kelompok eksperimen diperoleh M = 0,76, SD = 0,57 dan SE = 0,11. Peningkatan pada kemampuan menjelaskan di kelompok eksperimen
sebesar 66 dari r = 0,81 dengan koefisien korelasi yaitu efek besar, hal ini dapat dilihat dari uji besar efek perlakuan effect size. Dari hasil analisis
data pada perbandingan skor posttest I dan posttest II kelompok eksperimen diperoleh harga Sig. 2-tailed kelompok eksperimen sebesar 0,54 atau p
0,05 sehingga H
null
diterima dan H
i
ditolak. Artinya tidak terjadi peningkatan skor yang signifikan dari posttest I ke posttest II. Peningkatan
pada kemampuan menjelaskan di kelompok kontrol sebesar 22 dari r
= 0,47 dengan koefisien korelasi yaitu efek besar, hal ini dapat dilihat dari uji besar efek perlakuan effect size. Dari hasil analisis data pada
perbandingan skor posttest I dan posttest II kelompok kontrol diperoleh harga Sig. 2-tailed kelompok kontrol sebesar 0,03 atau p 0,05 sehingga
H
null
ditolak dan H
i
diterima. Artinya terjadi peningkatan skor yang signifikan dari posttest I ke posttest II.