Pengaruh penggunaan metode Inkuiri terhadap kemampuan menjelaskan dan menginterpretasi pada pelajaran IPA SD Kanisius Demangan Baru 1 Yogyakarta.

(1)

ABSTRAK  

Hastuti, Elisabet. (2014). Pengaruh penggunaan metode inkuiri terhadap kemampuan menjelaskan dan menginterpretasi pada pelajaran IPA SD Kanisius Demangan Baru 1 Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma.

Kata kunci: metode inkuiri, kemampuan menjelaskan, kemampuan

menginterpretasi, pelajaran IPA.

Latar belakang penelitian ini adalah keprihatinan terhadap rendahnya tingkat literasi IPA sesuai studi PISA 2009 dan 2012. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan metode inkuiri terhadap kemampuan

menjelaskan dan menginterpretasi pada pelajaran IPA.

Penelitian ini menggunakan metode quasi experimental tipe non-equivalent control group design. Populasi penelitian adalah siswa kelas V SDK Demangan Baru 1 sebanyak 80 siswa. Sampel penelitian adalah kelas VB sebagai kelompok eksperimen berjumlah 25 siswa dan kelas VC sebagai kelompok kontrol berjumlah 28 siswa.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) penggunaan metode inkuiri berpengaruh terhadap kemampuan menjelaskan. Harga Sig. (2-tailed) sebesar 0,04 (p < 0,05) dengan df = 51; t = 2,09. Rerata skor kelompok eksperimen lebih besar dari kelompok kontrol dengan M = 0,42; SD = 0,48; SE = 0,09 untuk kelompok eksperimen dan M = 0,12; SD = 0,53; SE = 0,10 untuk kelompok kontrol. Besarnya effect size adalah r = 0,26 atau 6% yang setara dengan efek menengah. (2) Penggunaan metode inkuiri tidak berpengaruh terhadap kemampuan

menginterpretasi. Harga Sig. (2-tailed) sebesar 0,10 (p > 0,05) dengan df = 51; t = 1,65. Rerata skor kelompok eksperimen lebih besar dari kelompok kontrol dengan

M = 0,46; SD = 0,56; SE = 0,11 untuk kelompok eksperimen dan M = 0,17; SD = 0,66; SE = 0,12 untuk kelompok kontrol. Besarnya effect size adalah r = 0,22 atau 4% yang setara dengan efek menengah. 

                   


(2)

ABSTRACT

Hastuti, Elisabet. (2014). The effect of using inquiry method towards the ability of explaining and interpreting in science subject SD Kanisius Demangan Baru 1 Yogyakarta. Essay. Yogyakarta: Elementary School Teacher Education Study Program, Sanata Dharma University.

Keywords: inquiry method, ability of explaining, ability of interpreting, natural science subject.

This study background was concern about the low level of science literacy according to PISA 2009 and 2012 studies. The aim of this study was to determine the effect of using inquiry method towards the ability of explaining and interpreting in science subject.

This study used experimental type nonequivalent control group design method. This study’s population were 5th grades students of SD Kanisius Demangan Baru 1 totaled 80 students. The samples were VB as the experimental group totaled 25 students and VC as the control group totaled 28 students.

The results showed that (1) the use of inquiry method took effect towards the ability of explaining. The price of Sig. (2-tailed) was 0.04 (p < 0.05). The experimental group had higher mean than the control group with M = 0.42; SD = 0.48; SE = 0.09 for experimental group and M = 0.12; SD = 0.53; SE = 0,10 for control group. The effect size was r = 0.26 or 6%, it was equivalent with medium effect. (2) The use of inquiry method did not take effect towards the ability of interpreting. The price of Sig. (2-tailed) was 0.10 (p < 0.05). The experimental group had higher mean than the control group with M = 0.46; SD = 0.56; SE = 0.11 for experimental group and M = 0.17; SD = 0.66; SE = 0,12 for control group. The effect size was r = 0.22 or 4%, it was equivalent with medium effect.   


(3)

i

PENGARUH PENGGUNAAN METODE INKUIRI TERHADAP KEMAMPUAN

MENJELASKAN DAN MENGINTERPRETASI PADA PELAJARAN IPA

SD KANISIUS DEMANGAN BARU 1 YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Disusun oleh: Elisabet Hastuti NIM. 111134080

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2014


(4)

i

PENGARUH PENGGUNAAN METODE INKUIRI TERHADAP KEMAMPUAN

MENJELASKAN DAN MENGINTERPRETASI PADA PELAJARAN IPA

SD KANISIUS DEMANGAN BARU 1 YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Disusun oleh: Elisabet Hastuti NIM. 111134080

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2014


(5)

(6)

(7)

iv

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN

To begin with the end in mind means to start with a clear understanding of your

destination. It means to know where you’re going, so that you better understand

where you are now, so that the steps you take are always in the right direction. -Stephen R. Covey, The 7 Habits of Highly Effective

People-I believe that history is not equal to the future, but it could be if we don’t change,

if we don’t move from our comfort zones and start contributing goodness and perfections in our lives.

-Agnez Mo, I Believe-

Teaching isn’t about time and money, but about my passion to see God in others.

-Elhast-Karya ilmiah sederhana ini Peneliti persembahkan kepada: 1. Tuhan Yesus Kristus Sang Juru Selamatku.

2. Kedua orang tuaku yang sungguh luar biasa. 3. Kedua adikku yang selalu membuatku tersenyum. 4. Sahabat-sahabatku yang setia.


(8)

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar referensi sebagai layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 19 Desember 2014 Penulis,


(9)

vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma,

nama : Elisabet Hastuti,

nomor Mahasiswa : 111134080.

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah yang berjudul:

“PENGARUH PENGGUNAAN METODE INKUIRI TERHADAP

KEMAMPUAN MENJELASKAN DAN MENGINTERPRETASI PADA PELAJARAN IPA SD KANISIUS DEMANGAN BARU 1 YOGYAKARTA”, beserta perangkat yang diperlukan (bila ada).

Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya, selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal: 19 Desember 2014 Yang menyatakan,


(10)

vii

ABSTRAK

Hastuti, Elisabet. (2014). Pengaruh penggunaan metode inkuiri terhadap kemampuan menjelaskan dan menginterpretasi pada pelajaran IPA SD Kanisius Demangan Baru 1 Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma.

Kata kunci: metode inkuiri, kemampuan menjelaskan, kemampuan

menginterpretasi, pelajaran IPA.

Latar belakang penelitian ini adalah keprihatinan terhadap rendahnya tingkat literasi IPA sesuai studi PISA 2009 dan 2012. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan metode inkuiri terhadap kemampuan

menjelaskan dan menginterpretasi pada pelajaran IPA.

Penelitian ini menggunakan metode quasi experimental tipe non-equivalent

control group design. Populasi penelitian adalah siswa kelas V SDK Demangan

Baru 1 sebanyak 80 siswa. Sampel penelitian adalah kelas VB sebagai kelompok eksperimen berjumlah 25 siswa dan kelas VC sebagai kelompok kontrol berjumlah 28 siswa.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) penggunaan metode inkuiri berpengaruh terhadap kemampuan menjelaskan. Harga Sig. (2-tailed) sebesar 0,04 (p < 0,05) dengan df = 51; t = 2,09. Rerata skor kelompok eksperimen lebih besar dari kelompok kontrol dengan M = 0,42; SD = 0,48; SE = 0,09 untuk kelompok eksperimen dan M = 0,12; SD = 0,53; SE = 0,10 untuk kelompok kontrol. Besarnya effect size adalah r = 0,26 atau 6% yang setara dengan efek menengah. (2) Penggunaan metode inkuiri tidak berpengaruh terhadap kemampuan menginterpretasi. Harga Sig. (2-tailed) sebesar 0,10 (p > 0,05) dengan df = 51; t = 1,65. Rerata skor kelompok eksperimen lebih besar dari kelompok kontrol dengan M = 0,46; SD = 0,56; SE = 0,11 untuk kelompok eksperimen dan M = 0,17; SD = 0,66; SE = 0,12 untuk kelompok kontrol. Besarnya effect size adalah r = 0,22 atau 4% yang setara dengan efek menengah.


(11)

viii ABSTRACT

Hastuti, Elisabet. (2014). The effect of using inquiry method towards the ability of explaining and interpreting in science subject SD Kanisius Demangan Baru 1 Yogyakarta. Essay. Yogyakarta: Elementary School Teacher Education Study Program, Sanata Dharma University.

Keywords: inquiry method, ability of explaining, ability of interpreting, natural science subject.

This study background was concern about the low level of science literacy according to PISA 2009 and 2012 studies. The aim of this study was to determine the effect of using inquiry method towards the ability of explaining and interpreting in science subject.

This study used experimental type nonequivalent control group design

method. This study’s population were 5th grades students of SD Kanisius

Demangan Baru 1 totaled 80 students. The samples were VB as the experimental group totaled 25 students and VC as the control group totaled 28 students.

The results showed that (1) the use of inquiry method took effect towards the ability of explaining. The price of Sig. (2-tailed) was 0.04 (p < 0.05). The experimental group had higher mean than the control group with M = 0.42; SD = 0.48; SE = 0.09 for experimental group and M = 0.12; SD = 0.53; SE = 0,10 for control group. The effect size was r = 0.26 or 6%, it was equivalent with medium effect. (2) The use of inquiry method did not take effect towards the ability of interpreting. The price of Sig. (2-tailed) was 0.10 (p < 0.05). The experimental group had higher mean than the control group with M = 0.46; SD = 0.56; SE = 0.11 for experimental group and M = 0.17; SD = 0.66; SE = 0,12 for control group. The effect size was r = 0.22 or 4%, it was equivalent with medium effect.


(12)

ix

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan kasih-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar dan tepat waktu. Skripsi yang berjudul “PENGARUH PENGGUNAAN METODE INKUIRI

TERHADAP KEMAMPUAN MENJELASKAN DAN MENGINTERPRETASI

PADA PELAJARAN IPA SD KANISIUS DEMANGAN BARU 1 YOGYAKARTAini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini dapat diselesaikan dengan lancar berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Karena itu, peneliti mengucapkan terima kasih kepada:

1. Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Gregorius Ari Nugrahanta, SJ., S.S., BST., M.A., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma Yogyakarta sekaligus dosen pembimbing I yang telah membimbing dan memotivasi dengan penuh sabar dan bijaksana.

3. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd., selaku Wakil Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. 4. Irine Kurniastuti, S.Psi., M.Psi., selaku dosen pembimbing II yang telah

membimbing kami dengan penuh perhatian dan kesabaran.

5. Y. Hariyanta, S.Pd., selaku Kepala SD Kanisius Demangan Baru 1 Yogyakarta yang telah memberikan ijin pelaksanaan penelitian.

6. Albertus Hartoyo, selaku guru mitra SD peneliti yang telah membantu pelaksanaan penelitian.

7. Guru-guru SD Kanisius Demangan Baru 1 yang telah membantu terlaksananya penelitian, Pak Sarjono, Bu Ambar, Bu Tyas, Bu Rina, dan Pak Frans.

8. Siswa kelas VB dan VC SD Kanisius Demangan Baru 1 Yogyakarta tahun ajaran 2014/2015 yang telah bersedia menjadi sampel penelitian.


(13)

x 9. Sekretariat PGSD Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah

membantu proses perijinan penelitian skripsi.

10. Kedua orang tuaku, Yustinus Heru Susanto dan Theresia Suprihatin yang sungguh luar biasa dalam memberikan dukungan berupa doa, nasihat, dan materiil.

11. Kedua adikku, Yosep Hartoko dan Cecilia Hardani yang selalu memberikan senyum semangat.

12. Kakakku, Felicia Sinta yang selalu setia dalam suka dan duka selama tinggal di Yogyakarta.

13. Kedua kakakku, Romana Dewi dan Regina Krisna yang telah membimbingku menjadi mahasiswi yang disiplin dan rajin selama di SKK. 14. Sahabat-sahabatku penelitian kolaboratif payung IPA Eta, Linda, Yulita,

Siska, Era, Eden, Silvi, Ika, Shandy, Rosa, dan Ratri yang telah memberikan bantuan selama menyelesaikan skripsi.

15. Sahabat-sahabatku di kelas VII E, sahabat seperjuangan selama kuliah yang sungguh luar biasa.

16. Kakak-kakak dan sahabat-sahabatku di Asrama Syantikara dan Kos Jl.Petung 27, yang telah memberikan keceriaan, semangat, dan bantuan. 17. Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu namun telah

banyak membantu peneliti menyelesaikan skripsi ini.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan. Segala masukan berupa saran dan kritik yang membangun akan peneliti terima dengan senang hati. Peneliti juga berharap, semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca dan dunia pendidikan.


(14)

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... Error! Bookmark not defined.iii HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... Error! Bookmark not defined.ix DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

1.5 Definisi Operasional ... 5

BAB II LANDASAN TEORI ... 7

2.1 Kajian Pustaka ... 7

2.1.1 Teori-teori yang Mendukung ... 7

2.1.1.1 Perkembangan Kognitif ... 7

2.1.1.2 Kemampuan Memahami ... 8

2.1.1.3 Kemampuan Menjelaskan ... 10

2.1.1.4 Kemampuan Menginterpretasi ... 11

2.1.1.5 Metode Inkuiri ... 12

1. Pengertian Metode Inkuiri ... 12

2. Prinsip Metode Inkuiri ... 12

3. Macam-macam Metode Inkuiri ... 13

4. Metode Inkuiri Terbimbing ... 13

5. Langkah-langkah Metode Inkuiri ... 14

6. Manfaat Metode Inkuiri ... 14

2.1.1.6 Hakikat IPA ... 15

2.1.1.7 Pencemaran Air ... 16

2.1.1.8 Metode Inkuiri dalam Kurikulum 2013 ... 20

2.1.2 Hasil Penelitian yang Relevan ... 21

2.1.2.1 Penelitian tentang Metode Inkuiri ... 21

2.1.2.2 Penelitian tentang Kemampuan Menjelaskan dan Menginterpretasi ... 22

2.2 Kerangka Berpikir ... 25

2.3 Hipotesis Penelitian ... 25

BAB III METODE PENELITIAN ... 26

3.1 Jenis Penelitian ... 26

3.2 Setting Penelitian ... 27

3.2.1 Lokasi Penelitian ... 27


(15)

xii

3.3 Populasi dan Sampel ... 29

3.4 Variabel Penelitian ... 29

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 30

3.6 Instrumen Penelitian ... 32

3.7 Teknik Pengujian Instrumen ... 34

3.7.1 Validitas Instrumen ... 34

3.7.2 Reliabilitas Instrumen ... 36

3.8 Teknik Analisis Data ... 37

3.8.1 Uji Normalitas Distribusi Data ... 37

3.8.2 Uji Statistik ... 38

3.8.2.1 Uji Perbedaan Kemampuan Awal ... 38

3.8.2.2 Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan ... 39

3.8.3 Analisis Lebih Lanjut ... 40

3.8.3.1 Uji Peningkatan Skor Pretest ke Posttest I ... 40

3.8.3.2 Uji Besar Pengaruh Perlakuan ... 41

3.8.3.3 Uji Retensi Pengaruh Perlakuan ... 42

3.8.3.4 Dampak Pengaruh Perlakuan ... 42

3.8.3.5 Pembahasan Lebih Lanjut ... 44

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 45

4.1 Hasil Penelitian ... 45

4.1.1 Implementasi Penelitian... 45

4.1.1.1 Deskripsi Populasi Penelitian ... 45

4.1.1.2 Deskripsi Implementasi Pembelajaran ... 46

1. Deskripsi Implementasi Pembelajaran Kelompok Eksperimen ... 46

2. Deskripsi Implementasi Pembelajaran Kelompok Kontrol ... 51

4.1.2 Hasil Uji Hipotesis Penelitian I ... 52

4.1.2.1 Uji Normalitas Distribusi Data ... 53

4.1.2.2 Uji Perbedaan Kemampuan Awal ... 54

4.1.2.3 Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan ... 55

4.1.2.4 Analisis Lebih Lanjut ... 57

4.2.4 Uji Effect Size Signifikansi Pengaruh Perlakuan ... 57

4.2.4 Uji Peningkatan Skor Pretest ke Posttest I ... 57

4.2.4 Uji Effect Size Peningkatan Skor Pretest ke Posttest I ... 59

4.2.4 Uji Retensi Pengaruh Perlakuan ... 59

4.1.3 Hasil Uji Hipotesis Penelitian II ... 61

4.1.3.1 Uji Normalitas Distribusi Data ... 62

4.1.3.2 Uji Perbedaan Kemampuan Awal ... 63

4.1.3.3 Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan ... 65

4.1.3.4 Analisis Lebih Lanjut ... 66

1. Uji Effect Size Signifikansi Pengaruh Perlakuan ... 66

2. Uji Peningkatan Skor Pretest ke Posttest I ... 67

3. Uji Effect Size Peningkatan Skor Pretest ke Posttest I ... 68

4. Uji Retensi Pengaruh Perlakuan ... 69

4.2 Pembahasan ... 71

4.2.1 Pengaruh Metode Inkuiri terhadap Kemampuan Menjelaskan ... 71

4.2.2 Pengaruh MetodeInkuiriterhadap Kemampuan Menginterpretasi ... 74

4.2.3 Dampak Pengaruh Perlakuan ... 76


(16)

xiii

BAB V PENUTUP ... 83

5.1 Kesimpulan ... 83

5.2 Keterbatasan Penelitian ... 84

5.3 Saran ... 84

DAFTAR REFERENSI ... 85

LAMPIRAN ... 90


(17)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Bagan Materi Pembelajaran ... 16

Gambar 2.2 Bagan Penelitian yang Relevan ... 24

Gambar 3.1 Desain Penelitian ... 27

Gambar 3.2 Variabel Penelitian ... 30

Gambar 3.3 Rumus Persentase Uji Peningkatan Skor ... 40

Gambar 3.4 Rumus Besar Efek Untuk Data Normal ... 41

Gambar 3.5 Rumus Besar Efek Untuk Data Tidak Normal ... 41

Gambar 3.6 Rumus Persentase Uji Retensi... 42

Gambar 4.1 Diagram Rerata Selisih Skor Pretest-Posttest I Kemampuan Menjelaskan ... 56

Gambar 4.2 Grafik Pretest,Posttest I, dan Posttest II Kemampuan Menjelaskan ... 61

Gambar 4.3 Diagram Rerata Selisih Skor Pretest-Posttest I Kemampuan Menginterpretasi ... 66

Gambar 4.4 Grafik Pretest, Posttest I, dan Posttest II Kemampuan Menginterpretasi ... 71


(18)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Jadwal Pengambilan Data ... 29

Tabel 3.2 Pengumpulan Data Pretest dan Posttest ... 31

Tabel 3.3 Matrik Pengembangan Instrumen ... 32

Tabel 3.4 Rubrik Penilaian ... 33

Tabel 3.5 Uji Validitas Variabel Menjelaskan dan Menginterpretasi ... 36

Tabel 3.6 Uji Reliabilitas Semua Variabel Kemampuan Memahami ... 37

Tabel 3.7 Kriteria Besar Pengaruh Perlakuan ... 41

Tabel 3.8 Pedoman Wawancara Siswa Kelompok Eksperimen ... 44

Tabel 3.9 Pedoman Wawancara Guru ... 44

Tabel 4.1 Hasil Uji Normalitas Kemampuan Menjelaskan ... 53

Tabel 4.2 Hasil Uji Perbedaan Rerata Skor Pretest Kemampuan Menjelaskan ... 55

Tabel 4.3 Hasil Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan Kemampuan Menjelaskan ... 56

Tabel 4.4 Hasil Uji Effect Size Signifikansi Pengaruh pada Kemampuan Menjelaskan ... 57

Tabel 4.5 Hasil Uji Peningkatan Skor Pretest-Posttest I Kemampuan Menjelaskan ... 58

Tabel 4.6 Hasil Uji Effect Size Peningkatan Skor Kemampuan Menjelaskan ... 59

Tabel 4.7 Hasil Uji Retensi Pengaruh Perlakuan Kemampuan Menjelaskan ... 60

Tabel 4.8 Hasil Uji Normalitas Kemampuan Menginterpretasi ... 63

Tabel 4.9 Hasil Uji Perbedaan Rerata Skor Pretest Kemampuan Menginterpretasi ... 64

Tabel 4.10 Hasil Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan Kemampuan Menginterpretasi ... 65

Tabel 4.11 Hasil Uji Effect Size Signifikansi Pengaruh pada Kemampuan Menginterpretasi ... 67

Tabel 4.12 Hasil Uji Peningkatan Skor Pretest-Posttest I Kemampuan Menginterpretasi ... 67

Tabel 4.13 Hasil Uji Effect Size Peningkatan Skor Kemampuan Menginterpretasi ... 68

Tabel 4.14 Hasil Uji Retensi Pengaruh Perlakuan Kemampuan Menginterpretasi ... 69


(19)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1.1 Surat Ijin Penelitian ... 91

Lampiran 1.2 Surat Ijin Validitas Instrumen ... 92

Lampiran 2.1 Silabus Kelompok Ekperimen ... 93

Lampiran 2.2 Silabus Kelompok Kontrol ... 96

Lampiran 2.3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelompok Eksperimen ... 99

Lampiran 2.4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelompok Kontrol...106

Lampiran 3.1 Soal Uraian ...110

Lampiran 3.2 Kunci Jawaban ...113

Lampiran 3.3 Hasil Rekap Nilai Expert Judgement...119

Lampiran 3.4 Hasil Analisis SPSS Uji Validitas Kemampuan Memahami...120

Lampiran 3.5 Hasil Analisis SPSS Uji Reliabilitas Kemampuan Memahami ....121

Lampiran 4.1 Tabulasi Nilai Pretest, Posttest I, dan Posttest II Kemampuan Menjelaskan ...122

Lampiran 4.2 Tabulasi Nilai Pretest, Posttest I, dan Posttest II Kemampuan Menginterpretasi ...124

Lampiran 4.3 Hasil SPSS Uji Normalitas Data ...126

Lampiran 4.4 Hasil SPSS Uji Perbedaan Kemampuan Awal ...127

Lampiran 4.5 Hasil SPSS Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan ...128

Lampiran 4.6 Hasil Uji Effect Size Signifikansi Pengaruh Perlakuan ...130

Lampiran 4.7 Hasil SPSS Uji Peningkatan Skor Pretest ke Posttest I ...131

Lampiran 4.8 Hasil Uji Effect Size Peningkatan Skor Pretest ke Posttest I ...135

Lampiran 4.9 Hasil SPSS Uji Retensi Pengaruh Perlakuan ...137

Lampiran 4.10 Transkrip Wawancara ...141

Lampiran 5.1 Foto-foto Kegiatan Pembelajaran ...148


(20)

1

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi operasional.

1.1 Latar Belakang

Undang-undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menerangkan bahwa pendidikan adalah usaha terencana untuk mencapai pembelajaran yang dapat membuat peserta didik aktif mengembangkan potensi dirinya (Sanjaya, 2006: 2). Pemerintah melakukan perbaikan dalam bidang pendidikan dengan membuat UU Guru dan Dosen Tahun 2005 serta menentukan anggaran pendidikan sebesar 20% dari APBN (Chang dkk, 2014: 5). Tujuan UU Guru dan Dosen Tahun 2005 adalah untuk melakukan reformasi dalam manajemen guru dan proses pembangunan bangsa. UU Guru dan Dosen Tahun 2005 memuat usaha pemerintah Indonesia yang berkesinambungan dalam meningkatkan kualitas pendidikan melalui profesionalitas dan gaji guru (Chang dkk, 2014: 2). Anggaran pendidikan digunakan untuk meningkatkan kualitas guru dengan memberikan gaji guru dan tunjangan professional guru (Chang dkk, 2014: 5). Berdasarkan beberapa paparan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa pemerintah mengutamakan perbaikan manajemen guru untuk mencapai pembelajaran yang mampu mengembangkan potensi siswa.

Usaha pemerintah dalam memperbaiki pendidikan melalui sertifikasi dan gaji dua kali lipat bagi guru pada kenyataannya tidak berpengaruh terhadap peningkatan pembelajaran di kelas (Chang dkk, 2014: 117). Jumlah guru yang meningkat justru tidak tersebar merata di wilayah Indonesia sehingga masih banyak sekolah yang kekurangan guru dan ini membuat sistem pendidikan kurang berhasil (Chang dkk, 2014: 177). Program for International Student Assessment (PISA) melakukan penelitian dalam bidang matematika, membaca, dan sains setiap tiga tahun sekali. Penelitian ini dilakukan di 65 negara dan diikuti oleh lebih dari 510.000 siswa berusia sekitar 15 tahun. Hasil penelitian tahun 2009 menunjukkan bahwa Indonesia memperoleh peringkat 57 dari 65 negara di dunia


(21)

2 (OECD, 2010: 8). Peringkat Indonesia pada tahun 2012 mengalami penurunan menjadi peringkat 64 dari 65 negara di dunia (OECD, 2013: 232). Keprihatinan rendahnya literasi matematika, membaca, dan sains menimbulkan pertanyaan apa saja yang dapat dilakukan untuk memperbaiki kualitas pembelajaran.

Hasil kajian teori mengungkapkan bahwa salah satu cara memperbaiki kualitas pembelajaran adalah dengan menggunakan metode pembelajaran. Suyono dan Hariyanto (2011: 212) mengungkapkan bahwa usaha memperbaiki kualitas pembelajaran dapat dimulai dengan memilih metode pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan usia anak. Pembelajaran sebaiknya dapat memfasilitasi siswa dalam membangun pengetahuannya sendiri, sehingga guru perlu menggunakan metode pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (Djamarah & Zain, 2010: 323). Berdasarkan pendapat kedua ahli tersebut disimpulkan bahwa usaha perbaikan pendidikan dimulai dengan memilih metode pembelajaran yang dapat memfasilitasi siswa dalam membangun pengetahuannya sendiri. Hal ini sesuai dengan pengertian belajar, yaitu kegiatan yang sengaja dilakukan oleh seseorang untuk mendapatkan pemahaman baru sehingga mampu memperbaiki cara berpikir, bersikap, dan bertingkah laku (Susanto, 2013: 4).

Wiggins dan McTighe (2005: 5 & 7) mengungkapkan bahwa dalam pembelajaran, hal pertama yang perlu dikuasai siswa adalah pemahaman. Wiggins dan McTighe (2005: 84) mengungkapkan bahwa pemahaman terdiri dari enam kemampuan, yaitu menjelaskan, menginterpretasi, menerapkan, mengembangkan perspektif, membangun empati, dan memahami diri. Siswa dikatakan telah mampu memahami suatu peristiwa apabila ia memiliki keenam kemampuan tersebut. Kemampuan menjelaskan adalah kemampuan memberikan penjelasan logis dan sistematis tentang suatu peristiwa, tindakan, atau gagasan (Wiggins & McTighe, 2005: 84-104). Kemampuan menginterpretasi adalah kemampuan menerjemahkan gagasan atau peristiwa secara berarti melalui gambar, anekdot, analogi, atau model. Kemampuan menerapkan adalah kemampuan untuk menggunakan pengetahuan ke dalam situasi atau konteks yang berbeda. Kemampuan mengembangkan perspektif adalah kemampuan melihat sesuatu dari berbagai sudut pandang yang berbeda secara kritis. Kemampuan membangun empati adalah kemampuan melihat dan merasakan apa yang dilihat dan dirasakan


(22)

3 orang lain. Kemampuan memahami diri adalah kemampuan untuk melihat keterbatasan diri sendiri. Pemahaman siswa dapat didesain oleh guru dengan melalui penentuan hasil yang ingin dicapai, penentuan cara mengevaluasi, dan penentuan metode pembelajaran yang tepat Wiggins dan McTighe (2005: 21).

Beberapa kajian teori mengatakan bahwa metode inkuiri dapat digunakan untuk meningkatkan pemahaman. Metode ini membantu siswa memperoleh pengetahuan dan pemahaman dari hasil menemukan sendiri berbasis kontekstual (Trianto, 2009a: 114). Kontekstual artinya adanya keterkaitan antara materi belajar dengan keadaan sesungguhnya di dunia kehidupan anak (Mulyasa, 2006b: 102). Metode inkuiri juga mengutamakan proses berpikir kritis tentang suatu masalah (Sanjaya, 2006: 194). Piaget (dalam Mulyasa, 2006b: 108) menjelaskan bahwa metode inkuiri menyiapkan siswa dalam belajar dengan percobaan atau eksperimen sendiri. Beberapa penelitian memang menunjukkan bahwa metode inkuiri itu efektif (Ambarsari, Santosa, & Maridi, 2013; Faezaty, Rosilawaty, & Efkar, 2013).

Penggunaan metode inkuiri untuk meningkatkan aspek-aspek kemampuan memahami secara spesifik berdasarkan Wiggins dan McTighe (2005: 84) belum pernah dilakukan. Berdasarkan hal tersebut, maka perlu diujicobakan metode inkuiri terhadap aspek-aspek kemampuan memahami. Metode inkuiri diuji dengan menggunakan pelajaran IPA sebagai sarana penelitian. Metode pembelajaran inkuiri dianggap sebagai metode yang paling tepat dalam pembelajaran IPA (Susanto, 2013: 172). Susanto (2013: 167) menjelaskan bahwa IPA adalah usaha manusia dalam memahami alam semesta melalui pengamatan, prosedur, dan penalaran sehingga mendapat kesimpulan. Pendapat ini diperkuat dengan pendapat Liem (2007: XV) yang menjelaskan bahwa pembelajaran IPA lebih tepat apabila menggunakan aktivitas-aktivitas belajar yang banyak dari pada hanya studi terhadap fakta-fakta. Berdasarkan pendapat ahli tersebut metode inkuiri sesuai untuk digunakan dalam pembelajaran IPA.

Kompetensi inti yang digunakan adalah “4. Menyajikan pengetahuan faktual dan konseptual dalam bahasa yang jelas dan logis dan sistematis, dalam karya yang estetis dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia”. Kompetensi


(23)

4

dasar yang digunakan yaitu “4.5 Menyajikan hasil laporan tentang permasalahan akibat terganggunya keseimbangan alam akibat ulah manusia, serta memprediksi apa yang akan terjadi jika permasalahan tersebut tidak diatasi”. Materi yang digunakan dalam penelitian adalah pencemaran air. Materi yang dibahas mulai dari manfaat air untuk manusia, definisi pencemaran air, penyebab pencemaran air sungai, bahan pencemar air sungai, ciri-ciri pencemaran air, akibat pencemaran sungai, cara mencegah dan mengatasi pencemaran air.

Penelitian ini dibatasi pada pengaruh penggunaan metode inkuiri terhadap kemampuan menjelaskan dan menginterpretasi pelajaran IPA kelas V di SD Kanisius Demangan Baru 1 Yogyakarta tahun ajaran 2014/2015. Aspek-aspek kemampuan menjelaskan dibatasi pada kemampuan menjabarkan, memperkirakan, memberi alasan, dan memberi contoh (Wiggins & McTighe, 2005: 161-165). Aspek-aspek kemampuan menginterpretasi dibatasi pada kemampuan menerjemahkan, mengkritik, menarik benang merah, dan menceritakan. Penelitian ini menggunakan kelas V sebagai populasi. Kelas VB diambil sebagai kelompok eksperimen dan kelas VC diambil sebagai kelompok kontrol.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apakah penggunaan metode inkuiri berpengaruh terhadap kemampuan

menjelaskan pada pelajaran IPA materi pencemaran air kelas V SD Kanisius

Demangan Baru 1 Yogyakarta semester gasal tahun ajaran 2014/2015? 1.2.2 Apakah penggunaan metode inkuiri berpengaruh terhadap kemampuan

menginterpretasi pada pelajaran IPA materi pencemaran air kelas V SD

Kanisius Demangan Baru 1 Yogyakarta semester gasal tahun ajaran 2014/2015?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Mengetahui pengaruh penggunaan metode inkuiri terhadap kemampuan

menjelaskan pada pelajaran IPA materi pencemaran air kelas V SD Kanisius


(24)

5 1.3.2 Mengetahui pengaruh penggunaan metode inkuiri terhadap kemampuan

menginterpretasi pada pelajaran IPA materi pencemaran air kelas V SD

Kanisius Demangan Baru 1 Yogyakarta semester gasal tahun ajaran 2014/2015.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Siswa

Siswa mendapat pengalaman belajar yang menyenangkan melalui penggunaan metode inkuiri. Selain itu, siswa juga mendapat latihan untuk berpikir kritis dalam menemukan jawaban suatu pertanyaan melalui kegiatan eksperimen.

1.4.2 Bagi Guru

Guru dapat lebih memahami langkah-langkah pembelajaran dengan metode inkuiri. Guru juga mendapat pengalaman dalam menerapkan metode inkuiri pada pelajaran IPA.

1.4.3 Bagi Sekolah

Sekolah dapat menambah referensi bacaan tentang metode pembelajaran inkuiri pada pelajaran IPA yang pelaksanaan pembelajarannya berpedoman pada kurikulum 2013.

1.4.4 Bagi Peneliti

Peneliti mendapat pengalaman baru dalam menyusun kegiatan pembelajaran IPA dengan menggunakan metodeinkuiri dan berpedoman pada kurikulum 2013. Pengalaman ini kelak dapat menjadi bekal bagi peneliti untuk menerapkan metode inkuiri dengan lebih baik.

1.5 Definisi Operasional

1.5.1 Metodeinkuiri adalah metode pembelajaran yang memfasilitasi siswa untuk menemukan sendiri jawaban terhadap suatu permasalahan melalui tujuh langkah, yaitu orientasi, merumuskan permasalahan, merumuskan hipotesis, melakukan eksperimen, menarik kesimpulan, mempresentasikan hasil, dan refleksi.


(25)

6 1.5.2 Metode inkuiri terbimbing adalah metode inkuiri yang dilaksanakan oleh

siswa dalam pembelajaran dengan bimbingan dari guru secara intensif. 1.5.3 Kemampuan memahami adalah kecakapan menangkap dan membangun

makna dari pesan-pesan yang diperoleh dari pembelajaran baik secara lisan, tulis, maupun grafis yang memiliki enam aspek kemampuan, yaitu

menjelaskan, menginterpretasi, menerapkan, mengembangkan perspektif,

membangun empati, dan memahami diri.

1.5.4 Kemampuan menjelaskan adalah kecakapan dalam menguraikan secara terang tentang terjadinya suatu peristiwa melalui pola sebab-akibat dengan memberikan alasan yang sesuai kaidah-kaidah umum, sistematis, dan disertai contoh atau gambaran.

1.5.5 Kemampuan menginterpretasi adalah kecakapan dalam menafsirkan suatu peristiwa melalui pemindahan pemahaman ke dalam bentuk gambar atau model lain sehingga diperoleh pemahaman pribadi.

1.5.6 Ilmu Pengetahuan Alam adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari gejala-gejala di lingkungan alam sekitar.

1.5.7 Pencemaran air adalah proses masuknya bahan atau zat lain ke dalam air oleh kegiatan manusia sehingga membuat air menjadi kotor.

1.5.8 Siswa SD yaitu siswa kelas V di SD Kanisius Demangan Baru 1 Yogyakarta pada semester gasal tahun ajaran 2014/2015.


(26)

7

BAB II

LANDASAN TEORI

Bab ini membahas kajian pustaka, kerangka berpikir, dan hipotesis penelitian. Kajian pustaka terdiri dari tiga bagian, yaitu teori-teori yang mendukung, penelitian yang relevan, dan literature map.

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Teori-teori yang Mendukung 2.1.1.1 Perkembangan Kognitif

Setiap anak mengalami perkembangan dalam hal kognitif dan memiliki perkembangan kognitif yang berbeda. Salah satu tokoh yang mengembangkan teori perkembangan kognitif adalah Piaget. Teori perkembangan kognitif Piaget adalah teori yang menjelaskan bagaimana anak beradaptasi dengan

menginterpretasikan objek dan kejadian-kejadian yang terjadi di sekitarnya

(Desmita, 2007: 46). Anak belajar untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya dengan menginterpretasikan atau menafsirkan objek dan kejadian yang mereka alami maupun terjadi di sekitar mereka. Setelah mampu menafsirkan objek atau kejadian-kejadian, mereka akan menghasilkan sesuatu, baik berupa benda, sikap, perilaku, maupun keterampilan untuk bertahan hidup.

Perkembangan yang dialami anak dipengaruhi oleh empat faktor, yaitu maturasi, pengalaman, transmisi sosial, dan faktor ekuilibrasi (Salkind, 2009: 313). Salkind mengungkapkan bahwa perubahan biologis yang menyebabkan perubahan-perubahan neurologis melalui pertumbuhan fisik sehingga faktor keturunan disebut maturasi atau pematangan. Pengalaman diperoleh anak ketika ia melakukan aktivitas-aktivitas yang di dalamnya terdapat interaksi dengan lingkungan alam maupun sosial. Transmisi sosial terjadi ketika informasi, sikap, dan kebiasaan ditransmisikan dari kelompok yang satu ke kelompok yang lain. Ekuilibrasi merupakan faktor yang berperan untuk menyatukan ketiga faktor tersebut yang mendorong terjadinya perkembangan pada anak.

Piaget (Crain, 2007: 171) mengemukakan empat tahap perkembangan intelektual, yaitu: (1) tahap sensori-motor (dari lahir–2 tahun), (2) tahap


(27)

pra-8 operasional (2-7 tahun), (3) tahap operasional konkret (7-11 tahun), dan (4) tahap operasional formal (11-dewasa). Siswa Sekolah Dasar dilihat dari usianya termasuk pada tahap operasional konkret, sehingga akan dibahas secara lebih mendalam tentang tahap operasional konkret. Operasional konkret adalah tahap ketika anak mengembangkan kemampuan berpikir sistematis, namun hanya ketika mereka dapat mengacu pada objek-objek dan aktivitas yang nyata.

Siswa yang berusia 7-11 tahun memungkinkan dirinya untuk membalik operasi tetapi hanya pada tingkatan yang bersifat konkret (Salkind, 2009: 346). Salkind menyebutkan bahwa siswa pada usia ini juga memiliki karakter sebagai makhluk sosiosentris. Sosiosentris artinya mengenal lingkungan sosialnya dan tahu perbedaan-perbedaaan yang ada dalam diri setiap orang melalui pengalaman-pengalaman nyata. Salkind berpendapat bahwa strategi pendidikan yang sesuai bagi anak-anak pada usia ini adalah belajar dengan menggunakan pengalaman yang mengutamakan pada tindakan untuk membuat keputusan dan menguji hipotesis.

Penelitian ini menggunakan teori perkembangan kognitif dari Piaget sebagai dasar untuk menentukan metode pembelajaran yang sesuai dengan usia anak Sekolah Dasar. Teori ini memberi pedoman bagi peneliti untuk menerapkan metode pembelajaran yang menyediakan kegiatan-kegiatan nyata. Anak pada tahap operasional konkret membutuhkan kegiatan-kegiatan yang langsung melibatkan dirinya pada objek-objek nyata untuk memahami lingkungannya. Anak juga mampu menyelesaikan masalah yang masih abstrak, namun tetap membutuhkan kegiatan konkret atau nyata.

2.1.1.2 Kemampuan Memahami

Bloom membagi proses kognitif menjadi enam tahap, yaitu mengingat, memahami, mengaplikasikan, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta (Anderson & Krathwohl, 2010: 99). Siswa dikatakan memahami apabila mereka dapat membangun makna dari pesan-pesan pembelajaran baik secara lisan, tulis, maupun grafis (Anderson & Krathwohl, 2010: 105). Tahap memahami mencakup enam aspek kemampuan yaitu menafsirkan, mencontohkan, mengklasifikasikan,


(28)

9 merangkum, menyimpulkan, membandingkan, dan menjelaskan (Anderson & Krathwohl, 2010: 99).

Kemampuan menjelaskan didefinisikan sebagai proses membuat model sebab-akibat dalam sebuah sistem, misalnya menjelaskan sebab terjadinya peristiwa penting dalam sejarah Indonesia (Anderson & Krathwohl, 2010: 114). Anderson dan Krathwohl (2010: 106) mengungkapkan bahwa menafsirkan berarti mengubah satu bentuk gambaran (misalnya angka) menjadi bentuk lain (misalnya kata-kata). Nama lain proses menafsirkan adalah mengklarifikasi, memparafrasekan, merepresentasi, dan menerjemahkan.

Berbeda dengan Bloom, Wiggins dan McTighe (2005: 83-84) menyebutkan enam aspek kemampuan memahami yaitu penjelasan, interpretasi, aplikasi, perspektif, empati, dan pengetahuan diri. The Oxford English Dictionary dalam Wiggins dan McTighe (2005: 83) menyatakan bahwa kata kerja memahami berarti menangkap makna atau impor ide. Ketika kita benar-benar memahami maka kita dapat melakukan enam kemampuan (Wiggins & McTighe, 2005: 84). Pertama, kita dapat menjelaskan melalui generalisasi atau prinsip-prinsip, memberikan pengetahuan yang benar dan sistematis dari fenomena, fakta, dan data; menghubungkan pengetahuan dan memberikan contoh atau ilustrasi. Kedua, kita bisa menafsirkan cerita yang bermakna; menawarkan terjemahan tepat; memberikan sejarah atau dimensi pribadi dengan mengungkapkan ide-ide dan peristiwa; membuat objek pemahaman pribadi melalui gambar, anekdot, analogi, dan model.

Aspek kemampuan memahami yang ketiga, yaitu dapat menerapkan secara efektif dalam menggunakan dan mengadaptasi apa yang kita ketahui dalam konteks yang beragam dan nyata (Wiggins & McTighe, 2005: 84). Keempat, memiliki perspektif yaitu melihat dan mendengar berbagai sudut pandang melalui mata dan telinga yang kritis untuk memperoleh gambaran besar. Kelima, bisa berempati, yaitu menemukan harga dalam tindakan yang dilakukan orang lain; dan memiliki rasa sensitif atas dasar pengalaman langsung sebelumnya. Keenam, memiliki pengetahuan diri, yaitu kesadaran akan sesuatu yang tidak kita mengerti dengan merenungkan makna dari pembelajaran dan pengalaman.


(29)

10 Berdasarkan pendapat dua ahli di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan memahami adalah kecakapan dalam menangkap dan membangun makna dari pesan-pesan pembelajaran baik secara lisan, tulis, maupun grafis yang memiliki enam aspek kemampuan, yaitu menjelaskan, menginterpretasi, menerapkan, mengembangkan perspektif, membangun empati, dan memahami diri. Dua pendapat ahli tersebut menyebutkan bahwa ada dua aspek pemahaman yang sama, yaitu menjelaskan dan menginterpretasi atau menafsirkan. Penelitian ini dibatasi pada dua aspek memahami, yaitu kemampuan menjelaskan dan

menginterpretasi atau menafsirkan. Berikut adalah pembahasan tentang dua

kemampuan tersebut.

2.1.1.3 Kemampuan Menjelaskan

Kata kemampuan didefinisikan sebagai ‘kesanggupan, kecakapan, kekuatan, kekayaan’ (KBBI, 2008: 869). Definisi menjelaskan dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia (2008: 574) adalah ‘menerangkan, menguraikan secara terang’. Ketika

kita benar-benar memahami, maka kita dapat menjelaskan dengan menggunakan kaidah-kaidah umum, memberikan alasan dan laporan yang sistematis akan suatu peristiwa, fakta, dan data kemudian membuat pola hubungan serta memberikan contoh (Wiggins & McTighe, 2005: 84).

Kemampuan menjelaskan terjadi ketika siswa dapat membuat dan menggunakan model sebab-akibat yang diturunkan dari teori atau hasil penelitian dalam sebuah sistem (Anderson & Krathwohl, 2010: 114). Contoh tujuan pendidikan kemampuan menjelaskan adalah menjelaskan cara kerja hukum-hukum fisika dasar dan tugas pehargaannya yaitu meminta siswa yang telah belajar hukum Ohm untuk menjelaskan apa yang terjadi pada jumlah arus listrik ketika ditambahkan sebuah baterai pada rangkaian listrik (Anderson & Krathwohl, 2010: 114). Berdasarkan pengertian kemampuan dan menjelaskan diperoleh pengertian dari kemampuan menjelaskan. Kemampuan menjelaskan adalah kecakapan dalam menguraikan secara terang tentang terjadinya suatu peristiwa melalui pola sebab-akibat dengan memberikan alasan yang sesuai kaidah-kaidah umum, sistematis, dan disertai contoh atau gambaran. Kemampuan menjelaskan terdiri dari kemampuan menunjukkan, menjabarkan, menggambarkan, mendesain,


(30)

11 memamerkan, mengekspresikan, meminta, memberi instruksi, memberi alasan, memberi contoh, memperkirakan, membuktikan, memperlihatkan, menyimpulkan, dan mengajari (Wiggins & McTighe, 2005: 161-165).

2.1.1.4 Kemampuan Menginterpretasi

Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 543) mendefinisikan kata

menginterpretasikan sebagai ‘menafsirkan’. Wiggins dan McTighe (2005: 84)

mengungkapkan bahwa ketika kita benar-benar memahami, selain dapat menjelaskan, kita juga dapat menginterpretasikan atau menafsirkan suatu cerita, peristiwa, dan ide-ide. Menginterpretasi diwujudkan dengan cara memindahkan pemahaman akan suatu cerita, peristiwa, dan ide-ide ke dalam bentuk gambar atau model lain sehingga diperoleh pemahaman pribadi.

Menafsirkan terjadi ketika siswa dapat mengubah informasi dari satu bentuk ke bentuk yang lain (Anderson & Krathwohl, 2010: 106). Menafsirkan berupa pengubahan kata-kata menjadi kata-kata lain, kata-kata menjadi gambar, gambar menjadi kata-kata, angka menjadi kata-kata, kata-kata menjadi angka, not balok menjadi suara musik, dan sebagainya. Tujuan menafsirkan dalam pelajaran sains adalah belajar menggambar berbagai fenomena alam di kertas dan pehargaannya adalah meminta siswa menggambar diagram-diagram yang menjelaskan fotosintesis (Anderson & Krathwohl, 2010: 106). Berdasarkan pengertian kemampuan dan menginterpretasi, diperoleh pengertian dari kemampuan

menginterpretasi sebagai kecakapan dalam menafsirkan suatu peristiwa melalui

pemindahan pemahaman ke dalam bentuk gambar atau model lain sehingga diperoleh pemahaman pribadi. Kemampuan menginterpretasi terdiri dari kemampuan membuat analogi, mengkritik, mendokumentasi, mengevaluasi, memberi ilustrasi, menentukan, memberi arti, membuat masuk akal, memberi metafora, melihat benang merah, melambangkan, menceritakan, dan menerjemahkan (Wiggins & McTighe, 2005: 161-165).


(31)

12

2.1.1.5 Metode Inkuiri

1. Pengertian Metode Inkuiri

Kata inkuiri berasal dari kata inquiry (bahasa Inggris) yang secara harafiah berarti ‘penyelidikan’. Definisi metode inkuiri menurut para ahli adalah sebagai berikut. Piaget (dalam Mulyasa, 2006b: 108) menjelaskan bahwa metode inkuiri adalah suatu metode yang menyiapkan siswa dalam proses belajar untuk melakukan percobaan atau eksperimen sendiri. Sanjaya (2006: 194) mengungkapkan bahwa metode inkuiri adalah sebuah rangkaian kegiatan pembelajaran dengan mengutamakan proses berpikir kritis tentang suatu masalah dan menganalisisnya untuk mencari dan menemukan sendiri jawabannya.

Trianto (2009a: 114) menyatakan bahwa metode inkuiri merupakan kegiatan inti dari proses pembelajaran berbasis kontekstual yang membantu siswa memperoleh pengetahuan dan pemahaman dari hasil menemukan sendiri. Pembelajaran kontekstual adalah konsep pembelajaran yang mengutamakan keterkaitan antara materi belajar dengan keadaan sesungguhnya di dunia kehidupan anak (Mulyasa, 2006b: 102). Berdasarkan pendapat tersebut bisa disimpulkan bahwa metode inkuiri merupakan langkah-langkah pembelajaran yang mengutamakan proses berpikir kritis tentang suatu masalah dan menganalisisnya untuk mencari dan menemukan sendiri jawabannya melalui percobaan atau eksperimen sendiri agar memperoleh pengetahuan dan pemahaman.

2. Prinsip Metode Inkuiri

Penggunaaan metode inkuiri memiliki beberapa prinsip dalam pelaksanaannya yaitu sebagai berikut (Sanjaya, 2006: 197-199). Prinsip yang pertama ialah mengembangkan kemampuan intelektual, sehingga mengutamakan hasil belajar dan proses belajar. Kedua, metode inkuiri memiliki prinsip interaksi yang terjadi antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa, dan siswa dengan lingkungan. Ketiga, pembelajaran dengan metode inkuiri dapat terlaksana jika dimulai dengan adanya sebuah pertanyaan atau beberapa pertanyaan. Keempat, metode inkuiri menekankan bahwa belajar adalah proses berpikir, bukan hanya mengingat sejumlah fakta atau teori. Prinsip yang kelima dalam metode inkuiri


(32)

13 adalah keterbukaan selama proses belajar dengan mencoba berbagai kemungkinan. Prinsip-prinsip tersebut dapat digunakan sebagai pedoman guru dalam mengajar menggunakan metode inkuiri.

3. Macam-macam Metode Inkuiri

Sund dan Trowbridge (dalam Mulyasa, 2006b: 109) mengemukakan tiga macam metode inkuiri, yaitu : (1) inkuiri terbimbing (guided inquiry), (2) inkuiri bebas (free inquiry), dan (3) inkuiri bebas yang dimodifikasi (modified free

inquiry). Mulyasa mengungkapkan bahwa siswa dalam inkuiri terbimbing

memperoleh pedoman sesuai dengan yang dibutuhkan dan biasanya berupa pertannyaan-pertanyaan yang membimbing. Inkuiri bebas memberikan kebebasan pada peserta didik untuk melakukan penelitian sendiri bagaikan seorang ilmuwan. Adapun pada inkuiri bebas yang dimodifikasi, guru memberikan permasalahan kemudian peserta didik diminta untuk memecahkan permasalahan tersebut melalui pengamatan, eksplorasi, dan prosedur penelitian.

Metode inkuiri dikategorikan dalam inkuiri terbimbing, inkuiri yang dimodifikasi, dan inkuiri bebas (Hartono, 2013: 72). Hartono mengungkapkan bahwa inkuiri terbimbing adalah pembelajaran inkuiri yang menyediakan bimbingan dan petunjuk kegiatan pada siswa yang dilakukan oleh guru. Inkuiri yang dimodifikasi adalah pembelajaran inkuiri yang menjadikan tugas guru menjadi pembimbing hanya ketika siswa membutuhkan (Hartono, 2013: 73). Pembelajaran inkuiri bebas memberikan kebebasan dan kemandirian penuh pada siswa serta campur tangan guru sangat minim.

4. Metode Inkuiri Terbimbing

Inkuiri terbimbing adalah langkah-langkah pembelajaran yang membantu siswa untuk menemukan sendiri pemecahan suatu dengan pedoman berupa pertanyaan-pertanyaan yang membimbing (Mulyasa, 2006b: 109). Hartono (2013: 72) mengungkapkan bahwa inkuiri terbimbing adalah pembelajaran inkuiri yang menyediakan bimbingan dan petunjuk kegiatan pada siswa yang dilakukan oleh guru. Inkuiri terbimbing adalah pembelajaran yang membutuhkan perencanaan dalam membimbing dan menilai siswa melalui proses siswa menemukan sendiri


(33)

14 informasi secara bertahap untuk meningkatkan pemahaman akan suatu masalah atau topik (Kuhlthau, dkk, 2007: 2). Pendapat ketiga ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa inkuiri terbimbing adalah pembelajaran inkuiri yang memberikan petunjuk siswa secara bertahap melalui pertanyaan-pertanyaan yang membimbing dalam proses menemukan sendiri jawaban atau pemecahan suatu masalah.

5. Langkah-langkah Metode Inkuiri

Langkah-langkah inkuiri menurut pendapat tiga ahli adalah sebagai berikut. Sanjaya (2006: 194) menyampaikan enam rangkaian kegiatan dalam inkuiri, yaitu: penjelasan dan pengarahan oleh guru atau orientasi, merumuskan masalah, mengajukan hipotesis atau jawaban sementara, mengumpulkan data, menguji hipotesis, dan menarik kesimpulan. Trianto (2009a: 114) mengemukakan langkah-langkah kegiatan inkuiri antara lain merumuskan masalah, melakukan observasi, menganalisis, dan menyajikan hasil. Ada lima langkah pembelajaran inkuiri yang dikemukakan oleh Komalasari (2010: 74), yaitu: merumuskan masalah, melakukan observasi, menganalisis, menyajikan hasil, mengkomunikasikan hasil, melakukan refleksi dari hasil kegiatannya, memajang hasil. Pendapat para ahli memiliki kesamaan dalam langkah-langkah inkuiri dan pendapat tersebut saling melengkapi. Berdasarkan pendapat para ahli, diperoleh tujuh langkah pembelajaran inkuiri, yaitu: orientasi, merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, melakukan eksperimen, menarik kesimpulan, mempresentasikan hasil, dan melakukan refleksi.

6. Manfaat Metode Inkuiri

Metode inkuiri memiliki lima manfaat bagi siswa (Kuhlthau dkk, 2007: 6). Pertama, siswa dapat membangun keterampilan sosial, bahasa, dan membaca. Kedua, inkuiri memberikan kesempatan pada siswa untuk merumuskan pemahamannya sendiri. Ketiga, inkuiri memberi kesempatan siswa untuk bebas dalam belajar dan mencoba. Keempat, inkuiri memberikan motivasi dan keterlibatan siswa yang tinggi. Kelima, inkuiri mengajak siswa untuk belajar dengan menggunakan langkah-langkah dan mengembangkan keterampilannya.


(34)

15 Metode inkuiri juga bermanfaat bagi guru (Kuhlthau dkk, 2007: 7). Pertama, guru dapat berbagi tanggung jawab dengan siswa. Kedua, guru dapat berbagi keahlian dengan siswa. Ketiga, guru dapat mengajarkan sekaligus kemampuan memahami materi dengan sumber informasi. Keempat, inkuiri memberikan inspirasi dalam merencanakan kegiatan pembelajaran yang kreatif. Kelima, guru memperoleh pengalaman meningkatkan kualitas pembelajaran dengan penggunaan metode yang sesuai dengan kurikulum.

2.1.1.6 Hakikat IPA

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan usaha manusia dalam memahami alam semesta melalui pengamatan yang tepat pada sasaran, serta menggunakan prosedur, dan dijelaskan dengan penalaran sehingga mendapat suatu kesimpulan (Susanto, 2013: 167). Siswa mengamati objek nyata yang ada di alam untuk mendapatkan atau mengumpulkan informasi sebagai dasar membangun pengetahuannya akan segala hal yang ada di alam semesta. Selain itu, siswa juga melakukan langkah-langkah kegiatan dalam belajar IPA untuk mengolah informasi tersebut. Setelah diolah dengan langkah-langkah tertentu, siswa mampu menarik kesimpulan dan menjelaskan hasil simpulan yang ia peroleh.

Liem (2007: XV) mendefinisikan IPA sebagai proses sekaligus produk. Karena itu pembelajaran IPA lebih tepat apabila menggunakan aktivitas-aktivitas belajar yang banyak dari pada hanya studi terhadap fakta-fakta. Melalui aktivitas-aktivitas yang dilakukan siswa berarti mereka melakukan proses belajar. Kemudian selama siswa terlibat dalam berbagai aktivitas tersebut, mereka dapat memperoleh sesuatu yang berguna atau bisa disebut sebagai sebuah produk. Produk merupakan hasil dari proses suatu aktivitas yang melibatkan siswa.

Jacoboson dan Bergman (dalam Susanto, 2013: 170) mengemukakan lima karakteristik IPA. Karakteristik IPA tersebut adalah (1) IPA merupakan kumpulan konsep, prinsip, hukum, dan teori; (2) proses ilmiah dapat berupa fisik dan mental, serta mencermati fenomena alam, termasuk penerapannya; (3) sikap keteguhan hati, keingintahuan, dan ketekunan dalam menyingkap rahasia alam; (4) IPA tidak dapat membuktikan semua akan tetapi hanya sebagian atau beberapa saja; dan (5) keberanian IPA bersifat subjektif dan bukan kebenaran yang objektif.


(35)

16 Tujuan pembelajaran IPA di Sekolah Dasar dalam BNSP (2006: 171-172) ialah (1) memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa, (2) mengembangkan pemahaman konsep-konsep IPA yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, (3) mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran bahwa ada hubungan saling memengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat, (4) mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah, dan membuat keputusan, (5) meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan alam, (6) meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam ciptaan Tuhan, dan (7) memperoleh bekal pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP. Susanto (2013: 172) menyatakan bahwa metode inkuiri dianggap sebagai metode yang paling tepat dalam pembelajaran IPA.

2.1.1.7 Pencemaran Air

Penelitian ini menggunakan kompetensi inti IPA kelas V “4. Menyajikan pengetahuan faktual dan konseptual dalam bahasa yang jelas dan logis dan sistematis, dalam karya yang estetis dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan

berakhlak mulia”. Kompetensi dasar yang digunakan yaitu “4.5 Menyajikan hasil laporan tentang permasalahan akibat terganggunya keseimbangan alam akibat ulah manusia, serta memprediksi apa yang akan terjadi jika permasalahan tersebut

tidak diatasi.” Materi dibatasi pada pencemaran air dan berikut bagan materi.

Gambar 2.1 Bagan Materi Pembelajaran Manfaat Air untuk Manusia

Pencemaran Air

Sungai yang Tercemar

Penyebab Bahan Ciri-ciri

Pencemar

Akibat Cara Mencegah

dan Mengatasi


(36)

17

1. Manfaat air untuk manusia

Manfaat air untuk manusia ada banyak, antara lain sebagai berikut (Hariyanto, 2007: 46). Pertama, air dimanfaatkan untuk keperluan rumah tangga, misalnya untuk minum, masak, mandi, cuci dan pekerjaan lainnya. Kedua, air digunakan untuk keperluan umum, misalnya untuk kebersihan jalan dan pasar, pengangkutan air limbah, hiasan kota, tempat rekreasi dan lain-lainnya. Ketiga, air dimanfaatkan untuk keperluan industri, misalnya untuk pabrik dan bangunan pembangkit tenaga listrik. Keempat, air digunakan untuk keperluan perdagangan, misalnya untuk hotel, restoran, dan lainnya. Kelima, air dimanfaatkan untuk keperluan pertanian dan peternakan.

2. Pengertian pencemaran air

Pencemaran adalah proses, cara, perbuatan mencemari, pengotoran (Tim Penyusun Kamus, 2008: 203). Pencemaran adalah masukknya zat-zat berbahaya ke dalam lingkungan (Yousnelly, 2010: 40). Pencemaran air adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia sehingga melampaui baku mutu air limbah yang telah ditetapkan. (UU RI No.32 Tahun 2009). Berdasarkan tiga pengertian tersebut, pencemaran air adalah proses masuknya bahan atau zat lain ke dalam air oleh kegiatan manusia sehingga membuat air menjadi kotor.

3. Penyebab pencemaran air

Manusia memanfaatkan sumur, sungai, danau, laut, ataupun tempat lain yang menjadi sumber air bersih untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Kegiatan manusia tersebut bisa membuat air menjadi tercemar. Berikut ini adalah contoh kegiatan manusia yang menyebabkan pencemaran air.

Pertama, berkembangnya industri-industri (Yousnelly 2010: 38-40). Berkembangnya industri menyebabkan meningkatnya produksi limbah. Tempat industri yang berada di dekat aliran sungai cenderung membuang limbahnya ke dalam sungai sehingga bisa membuat ekosistem air tercemar. Limbah yang dihasilkan oleh pabrik bisa berupa logam berat, misalnya timbal, tembaga, dan seng. Selain itu dapat berupa cairan panas, yaitu air yang memiliki suhu tinggi.


(37)

18 Kedua, pembuangan limbah rumah tangga (Kemendikbud, 2014: 102). Limbah rumah tangga menghasilkan beberapa zat organik dan anorganik yang dibuang dan dialirkan melalui selokan-selokan dan akhirnya masuk ke sungai. Zat organik misalnya sisa makanan, sedangkan zat anorganik misalnya plastik.

Penyebab pencemaran air yang ketiga yaitu pembuangan limbah obat hama/pupuk kimia pertanian atau penggunaan obat hama/pupuk kimia yang berlebihan (Yousnelly, 2010: 38-40). Kegiatan pertanian biasanya menghasilkan limbah yang mengandung zat pencemar seperti pupuk kimia dan obat hama. Penggunaan pupuk di daerah pertanian akan mencemari air yang keluar dari pertanian. Air yang mengandung pupuk ini merupakan bahan makanan bagi ganggang dan tumbuhan air seperti enceng gondok sehingga ganggang dan tumbuhan air tersebut mengalami pertumbuhan dengan cepat. Tumbuhan air dapat menutupi permukaan air dan berpengaruh buruk pada ikan-ikan serta komponen ekosistem biotik lainnya. Pemanfaatan obat hama juga dapat mengganggu ekosistem air karena mengandung racun dan akan mematikan hewan-hewan air, burung dan bahkan manusia. Berdasarkan beberapa penyebab tersebut dapat diketahui bahan-bahan yang dapat mencemari air antara lain daun-daunan, kertas, kaleng, plastik, sisa-sisa makanan, cairan minyak, sabun (detergen, sabun cuci, sabun mandi, dan sampo), logam berat, bahan pemberantas hama, dan zat warna kimia.

4. Ciri-ciri air yang tercemar

Air yang tercemar dapat diketahui dengan beberapa ciri berikut (Wardhana, 2004: 73-77). Pertama, adanya perubahan suhu air. Air limbah yang panas di buang ke sungai sehingga air sungai menjadi panas. Air sungai yang suhunya naik akan mengganggu kehidupan hewan dan organisme air lainnya. Kedua, adanya perubahan warna air. Bahan buangan dan air limbah akan larut dalam air dan menyebabkan perubahan warna. Air dalam keadaan normal dan bersih tidak akan berwarna, sehingga tampak bening dan bersih. Tingkat pencemaran air tidak mutlak tergantung pada warna air, karena limbah yang memberikan warna belum tentu lebih berbahaya dari limbah yang tidak memberikan warna.


(38)

19 Ciri air tercemar yang ketiga adalah adanya perubahan bau air. Bau yang keluar dari air bisa langsung dari limbah pabrik yang dibuang, tetapi bisa juga dari limbah organik yang diubah oleh mikroba menjadi bahan yang berbau. Keempat, adanya perubahan rasa air. Apabila air mempunyai rasa, maka telah terjadi pelarutan sejenis garam-garaman atau logam yang dapat mengganggu kelangsungan hidup organisme air. Kelima, timbulnya endapan dalam air. Endapan berasal dari bahan buangan industri yang berbentuk padat. Bahan padat ini akan melayang di air sehingga dapat menghalangi sinar matahari yang masuk ke air. Sinar matahari diperlukan untuk fotosintesis mikroorganisme air. Jika tidak ada sinar matahari, tidak bisa terjadi fotosintesis dan kelangsungan mikroorganisme air akan terganggu. Bahan padat yang melayang lama-lama akan mengendap di dasar air. Sumantoro (2009: 72) mengungkapkan bahwa air yang tercemar mengandung kuman penyakit yang berupa bakteri dan lalat karena adanya sampah dan limbah kimia yang berbahaya.

5. Akibat pencemaran air sungai

Pencemaran air sungai dapat memberikan akibat yang buruk bagi lingkungan dan makhluk hidup di sekitarnya (Mikrodo, 2010: 74). Beberapa akibat yang dapat ditimbulkan yaitu air yang kotor dapat menjadi media munculnya penyakit yang membahayakan manusia, air sungai yang tercemar bisa mengurangi keindahan lingkungan sekitar, dan makhluk hidup air akan mati. Selain itu adanya sampah yang menumpuk dapat menghambat aliran air (Yousnelly, 2010: 38). Hariyanto (2007: 48) mengungkapkan bahwa pencemaran air sungai juga akan menimbulkan bau busuk sehingga terjadi pencemaran udara dan makhluk hidup kekurangan air bersih.

6. Cara Mencegah dan Mengatasi Pencemaran Sungai

Berikut ini beberapa cara untuk mencegah terjadinya pencemaran sungai (Gallery, 2009: 37). Cara tersebut antara lain membuang sampah pada tempat yang benar dan telah disediakan, mengurangi pembuangan bahan kimia yang berlebihan, mengolah limbah rumah tangga dengan baik, menggalakkan industri daur ulang, mengurangi pemakaian barang sekali pakai, mengolah limbah pabrik


(39)

20 sebelum dibuang. Gallery (2009: 38) juga mengungkapkan cara-cara untuk mengatasi pencemaran air sungai. Cara-cara untuk mengatasi pencemaran sungai yaitu membersihkan sampah di sungai, mengusulkan untuk gotong royong membersihkan sungai, mengusulkan diadakan daur ulang sampah, mengusulkan diadakan penyuluhan tentang pencemaran sungai, membuat tulisan larangan/peringatan di sungai misalnya “jangan membuang sampah di sungai!”, mengusulkan untuk membuat sanitasi yang benar dan bersih agar sumber-sumber air bersih lainnya tidak tercemar.

2.1.1.8 Metode Inkuiri dalam Kurikulum 2013

Kegiatan pembelajaran dalam kurikulum 2013 menggunakan pendekatan saintifik dab tematik. Untuk memperkuat pelaksanaan pendekatan saintifik dan tematik, perlu diterapkan penggunaan metode pembelajaran berbasis penelitian yaitu metode inkuiri (Kementrian Pendidikan & Kebudayaan, 2013: 14). Langkah-langkah kegiatan pembelajarannya yaitu mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta.

Kegiatan mengamati meliputi kegiatan membaca, mendengar, menyimak, dan melihat (Kementrian Pendidikan & Kebudayaan, 2013: 19). Kegiatan menanya meliputi kegiatan mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami atau pertanyaan untuk mendapat informasi tambahan dari apa yang diamati. Kegiatan mencoba merupakan kegiatan mengumpulkan informasi melalui eksperimen, membaca sumber lain, mengamati objek, dan wawancara. Kegiatan menalar merupakan kegiatan mengolah informasi yang sudah diperoleh untuk mendapat pemahaman. Kegiatan menyaji yaitu menyampaikan hasil pengamatan dan kesimpulan secara lisan, tertulis, atau dengan media. Pada kegiatan mencipta, siswa merancang produk menggunakan langkah-langkah model pembelajaran berbasis proyek (Kementrian Pendidikan & Kebudayaan, 2013: 21). Pembelajaran saintifik meliputi enam langkah kegiatan yaitu mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta dengan menggunakan metode inkuiri untuk memperkuat pelaksanaan pembelajaran.


(40)

21

2.1.2 Hasil Penelitian yang Relevan 2.1.2.1 Penelitian tentang Metode Inkuiri

Ambarsari, Santosa, dan Maridi (2013) melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan pendekatan inkuiri terbimbing terhadap keterampilan proses sains dasar siswa kelas VIII SMP 7 Surakarta atas dasar kompetensi menjelaskan sistem peredaran darah manusia dan hubungannya dengan kesehatan. Metode penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimental. Penelitian ini menggunakan semua siswa kelas VII semester gasal di SMPN 7 Surakarta tahun ajaran 2011/2012. Sampel diambil dengan teknik Cluster Random Sampling sejumlah dua kelas, yaitu kelas kontrol dan eksperimen kelas. Kelas eksperimen berjumlah 30 siswa dan kelas kontrol berjumlah 30 siswa. Untuk memenuhi persyaratan dari sampel dilakukan uji kemampuan awal antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dengan uji t. Data penelitian berupa keterampilan proses sains dasar siswa yang meliputi observasi, klasifikasi, pengukuran, prediksi, kesimpulan, dan komunikasi. Data penelitian keterampilan proses sains dasar hasil yang diperoleh dari lembar observasi. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan uji t dua sampel pada Mini tab 16. Setelah ujian merupakan prasyarat Anderson-Darling uji normalitas dan uji homogenitas Levene. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran dipandu penyelidikan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap keterampilan proses sains dasar siswa kelas VIII SMP 7 Surakarta.

Penelitian yang dilakukan oleh Faezaty, Rosilawaty, dan Efkar (2013) bertujuan untuk mengetahui efektivitas inkuiri terbimbing dalam meningkatkan keterampilan menginterpretasi suatu pernyataan dan memberikan alasan pada materi laju reaksi. Penelitian ini menggunakan metode pre-eksperimen dengan One Group Pretest Posttest Design. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA2 SMAN 2 Gadingrejo yang berjumlah 34 orang. Data penelitian ini adalah data keterampilan menginterpretasi suatu pernyataan dan memberikan alasan. Sedangkan analisis data menggunakan gain. Hasil penelitian menujukkan N-gain keterampilan menginterpretasi suatu pernyataan 0,7 (sedang) dan yang mencapai KKM sebesar 79%. N-gain untuk memberikan alasan adalah 0,5 (sedang) dan yang mencapai KKM sebesar 77%. Berdasarkan hasil analisis data


(41)

22 tersebut, bahwa pembelajaran dengan inkuiri terbimbing efektif meningkatkan keterampilan menginterpretasi suatu pernyataan dan memberikan alasan siswa kelas XI IPA2 pada materi laju reaksi.

Wahyudin, Sutikno, dan Isa (2010) memanfaatkan software Macromedia

Flash 8 Professional sebagai media pembelajaran dengan pendekatan inkuiri

terbimbing untuk meningkatkan minat dan pemahaman siswa. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui minat dan pemahaman siswa. Metode yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam 2 siklus. Masing-masing siklus meliputi tahapan perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Subjek penelitian adalah siswa kelas X-1 di SMA Negeri 14 Semarang dengan jumlah 40 orang. Data hasil belajar kognitif diperoleh melalui tes, sedangkan minat belajar siswa diperoleh melalui lembar kuesioner. Peningkatan rata-rata hasil belajar pada siklus II cukup signifikan karena secara individu siswa yang mencapai ketuntasan belajar meningkat dari 13 siswa menjadi 38 siswa. Pemahaman siswa meningkat dari 60% siswa yang dinyatakan tidak paham pada siklus I menjadi 5% siswa yang dinyatakan tidak paham untuk siklus II. Hasil analisis tanggapan siswa terhadap pengajaran diperoleh rata-rata tanggapan siswa sebelum tindakan sebesar 72,90%. Setelah tindakan, harga rata- rata tanggapan siswa meningkat menjadi 76,81%.

2.1.2.2 Penelitian tentang Kemampuan Menjelaskan dan Menginterpretasi

Noviyanti, Rosilawaty, dan Efkar (2013) melakukan penelitian dengan tujuan untuk mendeskripsikan kemampuan memberikan alasan dan menginterpretasi pernyataan pada materi asam-basa melalui penerapan LC3E dalam setiap kelompok. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA4 di SMAN 12 Bandar Lampung tahun ajaran 2012/2013. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif, menggunakan metode pre-eksperimental dengan One-shot

case study design. Analisis data menggunakan analisis deskriptif. Berdasarkan

hasil analisis data disimpulkan bahwa kemampuan memberikan alasan dalam kelompok tingkat tinggi: hampir semua sangat baik dan yang lain baik. Pada kelompok tingkat menengah, hampir semua yang baik dan yang lain sangat baik. Dalam level grup rendah, hampir semua yang baik dan yang lain cukup baik.


(42)

23 Kemampuan menafsirkan pernyataan dalam kelompok tingkat tinggi: setengah sangat baik, hampir setengah baik, dan yang lain-lain yang cukup baik. Pada kelompok tingkat menengah, hanya sebagian kecil yang sangat baik, hampir setengah yang baik dan yang lain yang cukup baik. Pada kelompok tingkat rendah, hampir yang baik dan yang lain yang cukup baik.

Wulandari, Harlita, dan Muzzayinah (2011) melakukan penelitian dengan metode kuasi-eksperimental. Subjek penelitian adalah siswa kelas X di SMA Al Islam 1 Surakarta tahun ajaran 2011/ 2012. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis jamur di taro tape dan mengetahui pengaruh dari pemanfaatan hasil penelitian identifikasi sebagai sumber pembelajaran berbasis modul terhadap keterampilan menafsirkan data. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah sumber pembelajaran berbasis modul sedangkan variabel terikat adalah keterampilan menafsirkan data. Pengujian hipotesis untuk pelaksanaan hasil penelitian terhadap proses pembelajaran biologi menggunakan t-test. Dari hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa (1) ada dua genus jenis jamur di taro tape, yaitu genus Saccharomyces genus Aspergillus dan yang diidentifikasi sesuai dengan karakteristik morfologi, (2) pemanfaatan hasil penelitian identifikasi jamur pada taro tape (Colocasia esculenta) sebagai sumber pembelajaran berbasis modul memiliki dampak nyata terhadap keterampilan menafsirkan data yang dari kelas X di SMA Al Islam 1 Surakarta Tahun Akademik 2011/ 2012.

Ho dan Bui (2013) melakukan penelitian yang bertujuan untuk menguji penilaian diri mahasiswa senior dalam kemampuan menerjemahkan dan menginterpretasi di Universitas Terbuka Ho Chi Minh City dan umpan balik mereka untuk metode mengajar dan kurikulum. Subjek penelitian adalah 24 mahasiswa senior dalam Business and Tourism Translation- Interpretation in the

course tahun 2008-2012. Data dikumpulkan melalui kuesioner dengan metode

survey untuk menginvestigasi pengetahuan umum, interpretasi, dan keterampilan

menerjemahkan sebagai masalah dalam penerjemahan dan interpretasi, dan pendapat mereka tentang materi dan metode pembelajaran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa tidak memenuhi persyaratan terjemahan atau keterampilan interpretasi. Mahasiswa senior tidak merasa puas dalam hal bahan


(43)

24 dan metode pengajaran karena informasi yang tidak berlaku lagi dan metode pengajaran yang monoton.

Penelitian-penelitian yang relevan di atas menggunakan populasi siswa SMP, SMA, dan mahasiswa. Jenis penelitian tentang metode inkuiri dan kemampuan memahami di atas adalah penelitian eksperimen, penelitian tindakan kelas, dan penelitian survei. Setelah hasil penelitian-penelitian yang relevan dikaji, diperoleh kesimpulan bahwa belum ada yang meneliti tentang variabel yang akan diteliti.

Variabel yang akan diteliti adalah metode inkuiri sebagai variabel independen yang diuji pengaruhnya terhadap kemampuan menjelaskan dan

menginterpretasi sebagai variabel dependen. Jenis penelitian yang digunakan

adalah quasi experimental. Populasi penelitian adalah siswa Sekolah Dasar (SD). Berikut ini Literature map dari penelitian-penelitian yang relevan hingga akhirnya dilakukan penelitian oleh peneliti.

Gambar 2.2 Bagan Penelitian-penelitian yang Relevan Yang perlu diteliti

Inkuiri - kemampuan menjelaskan & menginterpretasi

Penelitian tentang Metode Inkuiri

Penelitian tentang Kemampuan Menjelaskan &

Menginterpretasi

Ambarsari, Santosa, & Maridi (2013)

Inkuiri - keterampilan proses sains dasar

Noviyanti, Rosilawaty, & Efkar (2013)

LC3E - kemampuan memberikan alasan & menginterpretasi pertanyaan

Faezaty, Rosilawaty, & Efkar (2013)

Inkuiri - keterampilan menginterpretasi & memberikan alasan

Wulandari, Harlita, & Muzzayinah (2011)

Modul - keterampilan menginterpretasi data

Wahyudin, Sutikno, & Isa (2010)

Inkuiri - minat & pemahaman siswa

Ho & Bui (2013)

Kuesioner - kemampuan menerjemahkan & menginterpretasi


(44)

25

2.2 Kerangka Berpikir

Metode pembelajaran inkuiri dianggap sebagai metode yang paling tepat dalam pembelajaran IPA karena menekankan kemampuan siswa dalam menemukan jawaban sendiri dari suatu pertanyaan melalui serangkaian kegiatan yang telah dirancang guru. IPA adalah usaha manusia dalam memahami alam semesta melalui pengamatan, penggunaan prosedur, dan dijelaskan dengan penalaran sehingga mendapat suatu kesimpulan. Karena itu pembelajaran IPA lebih tepat dengan menggunakan aktivitas-aktivitas belajar yang banyak dari pada hanya mempelajari teori-teori. Proses memahami alam membutuhkan kemampuan

menjelaskan dan menginterpretasi agar dapat benar-benar paham akan terjadinya

suatu peristiwa di alam.

Metode inkuiri diharapkan dapat memberikan pengaruh terhadap kemampuan siswa dalam menjelaskan dan menginterpretasi peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam melalui pelajaran IPA. Kemampuan menjelaskan adalah kecakapan dalam menguraikan secara terang tentang terjadinya suatu peristiwa melalui pola sebab-akibat dengan memberikan alasan yang sesuai kaidah-kaidah umum, sistematis, dan disertai contoh atau gambaran. Kemampuan

menginterpretasi adalah kecakapan dalam menafsirkan suatu peristiwa melalui

pemindahan pemahaman ke dalam bentuk gambar atau model lain sehingga diperoleh pemahaman pribadi. Jika metode inkuiri digunakan dalam pembelajaran IPA kelas V di SD Kanisius Demangan Baru 1 Yogyakarta, penggunaan metode inkuiri akan berpengaruh terhadap kemampuan siswa dalam menjelaskan dan

menginterpretasi materi IPA tentang pencemaran air.

2.3 Hipotesis Penelitian

2.3.1 Penggunaan metode inkuiri berpengaruh terhadap kemampuan menjelaskan pada pelajaran IPA materi pencemaran air kelas V SD Kanisius Demangan Baru 1 semester gasal tahun ajaran 2014/2015.

2.3.2 Penggunaan metode inkuiri berpengaruh terhadap kemampuan

menginter-pretasi pada pelajaran IPA materi pencemaran air kelas V SD Kanisius


(45)

26

BAB III

METODE PENELITIAN

Bab ini membahas delapan komponen metode yang digunakan dalam penelitian. Komponen tersebut meliputi jenis penelitian, setting penelitian, populasi dan sampel penelitian, variabel penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, teknik pengujian instrumen, dan teknik analisis data.

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian quasi experimental tipe

non-equivalent control group design dengan kelompok eksperimen dan kelompok

kontrol yang dipilih tanpa random assignment (Cohen, 2007: 282). Quasi

experimental digunakan dalam penelitian ini karena dalam dunia pendidikan tidak

memungkinkan untuk mengacak dan mengatur kelas yang ada untuk pengambilan sampel. Penelitian ini juga menggunakan kelompok kontrol yang tidak berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi proses penelitian.

Kedua kelompok diberi pretest untuk mengetahui kemampuan awal tiap kelompok yang dilaksanakan sebelum materi penelitian diberikan pada siswa dan butir soal dibuat dengan bahan yang sudah dikuasai peserta didik (Sudijono, 2011: 69). Setelah diketahui kemampuan awal tiap kelompok, kelompok eksperimen diberi perlakuan dengan pembelajaran menggunakan metode inkuiri. Kelompok kontrol tidak diberikan perlakuan, yaitu dengan pembelajaran biasa menggunakan metode ceramah. Guru melakukan posttest pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Posttest dilakukan untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa akan materi pelajaran penting yang sudah diajarkan guru (Sudijono, 2011: 70). Pengaruh perlakuan dihitung dengan menggunakan tiga langkah, yaitu (1) skor

posttest dikurangi skor pretest pada kelompok eksperimen menghasilkan skor 1,

(2) skor posttest dikurangi skor pretest pada kelompok kontrol menghasilkan skor 2, dan (3) skor 1 dikurangi skor 2 (Cohen, 2007: 276-277). Pengaruh perlakuan dapat dihitung menggunakan rumus (O2-O1) – (O4-O3). Jika hasilnya negatif, pengaruh perlakuan juga negatif (Cohen, 2007: 277). Jika hasilnya tidak sama


(46)

27 dengan atau lebih besar dari nol, ada pengaruh perlakuan. Gambar desain penelitian sebagai berikut.

Gambar 3.1 Desain Penelitian Keterangan :

O1 = Hasil pretest kelompok eksperimen O2 = Hasil posttest kelompok eksperimen O3 = Hasil pretest kelompok kontrol O4 = Hasil posttest kelompok kontrol X = perlakuan dengan metode inkuiri

Garis putus-putus pada gambar desain penelitian menggambarkan bahwa cara penentuan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol tidak menggunakan cara random untuk mendapatkan dua kelompok dengan mengambil kelas klasikal yang sudah ada (Cohen, 2007: 283). Selain itu juga berfungsi sebagai pemisah antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yang disebut dengan

non-equivalent control group design (Cohen, 2007: 283).

3.2 Setting Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SD Kanisius Demangan Baru 1, yang teletak di Jalan Demangan Baru No. 22 Desa Demangan Baru, Kelurahan Caturtunggal, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. SD Kanisius Demangan Baru 1 ini adalah sekolah swasta Katolik yang ada di bawah naungan Yayasan Kanisius Cabang Yogyakarta. Sekolah ini merupakan SD Kanisius yang paling bonafide se-DI Yogyakarta. Siswa yang bersekolah di SD Kanisius Demangan Baru 1 memiliki latar belakang keluarga dari kalangan menengah ke atas. Sebagian besar orang tua di SD Kanisius Demangan Baru 1 berprofesi sebagai guru, dosen, dan wiraswasta. Sekolah ini memiliki 25 guru dan

Kelompok Eksperimental O1 X O2

- - - Kelompok Kontrol O3 O4


(1)

146

4.10.6 Wawancara 2 Siswa C Sesudah Perlakuan

Hari/Tanggal : Rabu, 15 Oktober 2014

Baris Wawancara ke-2 Koding 1 P : Apa yang membuat nilaimu nomor 1a dan 1d meningkat

pada posttest II?

3 S3 : Karena belajar dengan menggunakan metode inkuiri dan sudah tiga kali.

Alasan nilai soal 1a dan 1d meningkat pada posttest II (W2 SC B3-4) 5 P : Apa yang membuat nilaimu nomor 1b menurun drastis dari

pada nomor 1 yang lain pada posttest II?

7 S3 : Udah lupa dan udah bosan menjawabnya. Alasan nilai soal 1b menurun pada posttest II (W2 SC B7)


(2)

147

4.10.7 Wawancara Guru Sesudah Perlakuan

Hari/Tanggal : Jumat, 12 September 2014

Baris Wawancara Koding

1 P : Apakah Anda pernah menggunakan metode inkuiri dalam mengajar?

2 G : Pernah.

3 P : Bagaimana menurut Anda pembelajaran dengan metode inkuiri?

5 G : Kalau diterapkan di pembelajaran IPA sangat cocok karena banyak anak terlibat mencoba, menganalisa, dan mengambil kesimpulan. Saya senang metode inkuiri untuk IPA.

Inkuiri sesuai dengan pembelajaran IPA (W G B5-7) 8 P : Bagaimana menurut Anda siswa di kelas kontrol yang

menggunakan metode ceramah?

10 G : Ceramah sifatnya sesaat. Kalau kita tes dengan isian singkat atau pilihan ganda cepat bisa, mengerti, tapi kalau mengingat kembali dengan soal uraian untuk ceramah ingatan

anak sangat terbatas.

14 P : Bagaimana perbedaan kemampuan memahami pada siswa di kelas eksperimen dan kontrol?

16 G : Pada dasarnya tidak jauh berbeda, namun untuk mencari hasilnya apakah berbeda dapat dilakukan dengan tes uraian. 18 P : Apa kesulitan mengajar dengan menggunakan metode

inkuiri?

20 G : Tidak ada. Kendalanya harus mempersiapkan alat-alatnya atau model-modelnya. Kalau untuk pembelajarannya saya kira anak lebih senang. Hanya kalau peralatan kadang- kadang keterbatasan dan untuk menyiapkan alat-alat itu kurang. Namun, bisa diatasi dengan direncanakan sebelumnya anak-anak bisa membawa bahan-bahan.

Guru tidak

mengalami kesulitan (W G B20-25)

26 P : Apakah metode inkuiri lebih efektif dalam pembelajaran? 27 G : Untuk mencapai hasil pembelajaran yang lebih baik, saya

kira lebih baik maksudnya untuk pembelajaran.

29 P : Apa saran Anda untuk pembelajaran menggunakan metode inkuiri?

31 G : Bahan-bahan yang berkaitan dengan tema pembelajaran harus disiapkan untuk memperingan guru. Anak diminta untuk terlibat menyiapkan itu, karena banyak barang bekas mungkin yang bisa kita gunakan untuk pembelajaran

Saran pembelajaran dengan inkuiri (W G B31-34)


(3)

148

Lampiran 5.1 Foto-foto Kegiatan Pembelajaran


(4)

149

5.1.2 Kelompok Kontrol


(5)

150

Lampiran 5.2 Surat Pernyataan Penelitian


(6)

151

CURRICULUM VITAE

Elisabet Hastuti merupakan anak pertama dari pasangan

Yustinus Heru Susanto dan Theresia Suprihatin. Lahir di

Klaten pada tanggal 12 April 1993. Pendidikan awal

dimulai dari TK Pertiwi Ngering, Jogonalan, Klaten tahun

1998-1999. Pendidikan dilanjutkan ke jenjang Sekolah

Dasar Kanisius Murukan, Wedi, Klaten pada tahun

1999-2005. Penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah

Menengah Pertama Maria Assumpta Klaten pada tahun

2005 dan lulus pada tahun 2008. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan di

Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Klaten pada tahun 2008 dan lulus pada tahun

2011. Penulis melanjutkan pendidikan di Program Studi Pendidikan Guru Sekolah

Dasar Universitas Sanata Dharma pada tahun 2011.

Berikut ini daftar kegiatan

yang pernah diikuti penulis selama menjadi mahasiswa Universitas Sanata

Dharma.

No Nama Kegiatan Tahun Peran 1 English Club Program 2011 Peserta 2 Pelatihan Pengembangan Kepribadian Mahasiswa I dan II 2012 Peserta

3 Seminar “Sosok Guru Terbaik Untukku” 2012 Peserta

4 Seminar Multimedia Pembelajaran 2012 Peserta 5 Kursus Pembina Pramuka Mahir Tingkat Dasar (KMD) 2012 Peserta 6 Maria Montessori Workshop: Learning Model Development for

6-9 years old. Focused on Mathematics

2012 Peserta

7 Parade Gamelan Anak 2012 Dampok

8 Workshop Bioscience “Pembuatan Awetan Tumbuhan dan

Binatang” 2012 Bendahara

9 Week-end Moral 2012 Peserta 10 Dies Natalis Asrama Syantikara ke -60 2012 Dekorasi dan

Dokumentasi 11 Pelatihan Pengembangan Kepribadian Mahasiswa I dan II 2013 Co-fasilitator 12 Pekan Orientasi Asrama Mahasiswi Syantikara 2013 Co-Konsumsi 13 Inisiasi FKIP 2013 Dampok 14 Interactive Communication English Course 2014 Peserta 15 Penguasaan Bahasa Inggris Aktif 2014 Peserta


Dokumen yang terkait

Pengaruh penggunaan metode gerak dan lagu terhadap kemampuan mengingat dan memahami pelajaran ipa pada siswa kelas IV SD Kanisius Demangan Baru 1 Yogyakarta.

0 0 159

Pengaruh penggunaan metode Inkuiri terhadap kemampuan menjelaskan dan menginterpretasi pada pelajaran IPA kelas V di SDK Sorowajan Yogyakarta.

0 1 186

Pengaruh penggunaan metode inkuiri terhadap kemampuan mengingat dan memahami pada pelajaran IPA SD Kanisius Sengkan Yogyakarta.

0 3 146

Pengaruh penggunaan metode gerak dan lagu terhadap kemampuan mengingat dan memahami pelajaran ipa pada siswa kelas IV SD Kanisius Demangan Baru 1 Yogyakarta

0 1 157

Pengaruh penggunaan metode inkuiri terhadap kemampuan mengingat dan memahami pada mata pelajaran IPA SD Kanisius Kalasan Yogyakarta.

3 69 161

Pengaruh penggunaan metode inkuiri terhadap kemampuan mengaplikasi dan menganalisis pada mata pelajaran IPA SD Kanisius Kalasan Yogyakarta.

0 1 143

Pengaruh penggunaan metode Inkuiri terhadap kemampuan menjelaskan dan menginterpretasi pada pelajaran IPA SD Kanisius Demangan Baru 1 Yogyakarta

1 8 168

Pengaruh penggunaan metode inkuiri terhadap kemampuan mengingat dan memahami pada mata pelajaran IPA SD Kanisius Kalasan Yogyakarta

0 2 159

Pengaruh penggunaan metode inkuiri terhadap kemampuan mengingat dan memahami pada pelajaran IPA SD Kanisius Sengkan Yogyakarta

0 0 144

PENGARUH PENGGUNAAN METODE MIND MAP TERHADAP KEMAMPUAN INTERPRETASI DAN ANALISIS PADA MATA PELAJARAN IPA DI SD KANISIUS DEMANGAN BARU I YOGYAKARTA

0 0 173