commit to user
keterampilan-keterampilan untuk dapat mandiri dengan kondisinya sekarang, sehingga tidak lagi merasa cemas dengan masa depannya. Secara emosional,
penyandang cacat juga lebih stabil. Berdasarkan pada teori-teori yang diungkapakan oleh para ahli mengenai
tahapan-tahapan emosional yang dilalui oleh penyandang cacat sebagaimana dipaparkan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tahapan emosional seorang
penyandang cacat untuk menuju kepada penerimaan diri sangat berbeda-beda pada masing-masing orang. Ada orang yang melalui seluruh tahapan emosional
secara berurutan, ada orang yang melalui seluruh tahapan emosional secara tidak berurutan, dan ada pula orang yang melalui sebagian saja tahapan emosional
tersebut. Tahapan-tahapan emosional yang secara teoretis dilalui oleh seorang penyandang cacat terdiri atas enam tahapan, yaitu tahap krisis, tahap isolasi, tahap
kemarahan, tahap rekonstruksi, tahap depresi berulang, dan tahap pembaharuan yang di dalamnya, penyandang cacat yang bersangkutan telah mampu menerima
dirinya.
4. Ciri-Ciri Individu yang Menerima Dirinya
Penerimaan diri yang dibentuk oleh seorang individu, menurut Schultz 1991 merupakan suatu hasil dari tinjauan pada seluruh kemampuan diri pribadi
individu tersebut. Hal ini diperjelas oleh Jersild 1963 yang menyatakan bahwa terbentuknya pengertian tentang arti positif dari kenyataan mengenai kemampuan-
kemampuan diri sendiri diperoleh dengan cara meninjau kemampuan tersebut berdasarkan pada nilai-nilai sosial yang sudah ada.
commit to user
Sheerer dalam Thompson, Gardiner, dan Di Vesta, 1959 menyebutkan bahwa orang yang menerima dirinya memiliki sejumlah nilai dan patokan dalam
berperilaku. Nilai-nilai tersebut akan membentuk keutuhan pribadi orang termasuk dalam menerima keadaan dirinya. Sheerer dalam Cronbach, 1963
mengungkapkan delapan ciri orang yang menerima dirinya, yaitu: a. Memiliki keyakinan akan kemampuannya untuk menghadapi kehidupan.
Yakin akan kemampuannya untuk menghadapi kehidupan di sini dapat berupa percaya terhadap dirinya sendiri, lebih melihat kelebihan daripada
kekurangan yang ada dalam dirinya, serta puas menjadi diri sendiri. Orang yang menerima dirinya akan berpandangan optimis terhadap masa depan, sehingga apa
yang ada di depannya akan nampak cerah. b. Menganggap dirinya berharga sebagai seorang manusia yang sederajat dengan
orang lain. Orang yang menerima dirinya akan memandang bahwa harga dirinya sama
dengan harga diri orang lain di sekitarnya. Hal ini membuat orang yang menerima dirinya merasa memiliki kedudukan yang sama dalam hak dan kewajiban dengan
orang lain di sekitarnya. c. Tidak menganggap dirinya abnormal atau aneh dan tidak mengharapkan orang
lain menolak dirinya. Menerima diri berarti menganggap dirinya sama dengan orang lain, bukan
merupakan suatu anomali yang harus dijauhkan dari komunitas normal. Orang dengan penerimaan diri yang baik berarti mampu menempatkan diri sebagai
commit to user
manusia seutuhnya tanpa memandang dirinya sebagai suatu hal yang ditolak oleh orang lain.
d. Tidak malu atau hanya senantiasa memperhatikan dirinya sendiri. Orang dengan penerimaan diri yang baik akan memiliki orientasi diri lebih
ke luar daripada ke dalam dirinya sendiri. Sikap menolong, ramah kepada orang lain, dan lain-lain dilakukan oleh orang dengan penerimaan diri yang baik. Hal ini
akan membantu orang tersebut untuk lebih diterima secara sosial oleh orang lain. e. Berani memikul tanggung jawab terhadap perilakunya.
Orang dengan penerimaan diri yang baik berani memikul tanggung jawab atas akibat dari apa yang telah dia lakukan. Orang dengan penerimaan diri yang
baik cenderung berani mengakui kesalahan yang diperbuat dan berani mengakui suatu hal yang memang menjadi haknya.
f. Menggunakan norma dirinya sendiri dalam berperilaku.
Orang dengan penerimaan diri yang baik cenderung untuk lebih mengikuti standar dirinya sendiri daripada bersikap conform terhadap tekanan sosial. Orang
dengan penerimaan diri yang baik cenderung menganggap dirinya memiliki hak untuk memiliki ide, aspirasi dan pengharapan sendiri.
g. Menerima pujian dan celaan secara objektif. Orang dengan penerimaan diri yang baik cenderung mampu melakukan
penilaian yang realistik terhadap kelebihan dan kekurangannya. Hal ini juga terjadi dalam menerima pujian dan celaan. Orang dengan penerimaan diri yang
baik cenderung akan bersikap asertif.
commit to user
h. Tidak menyalahkan dirinya akan keterbatasan yang dimilikinya atau mengingkari kelebihannya.
Orang dengan penerimaan diri yang baik cenderung untuk menerima dirinya dan tidak menyangkal impuls emosinya. Orang dengan penerimaan diri
yang baik cenderung untuk menganggap wajar kekurangan atau keterbatasan dirinya daripada orang lain, seperti ketika orang lain juga memiliki keterbatasan.
Berdasarkan pada teori mengenai ciri-ciri individu yang menerima dirinya seperti yang telah dipaparkan di atas, dapat disimpulkan bahwa orang yang dapat
menerima dirinya memiliki ciri-ciri sebagai berikut: a. Yakin atas kemampuannya dalam menghadapi kehidupan; b. Menganggap dirinya sederajat
dengan orang lain; c. Menganggap dirinya normal dan tidak mengharapkan orang lain menolak dirinya; d. Berorientasi ke luar; e. Bertanggungjawab
terhadap perbuatan yang telah dilakukan; f. Menggunakan norma-norma diri sendiri dalam berperilaku; g. Menerima celaan dan pujian secara objektif; h.
Tidak menyalahkan diri sendiri atas keterbatasan dan ketidakberdayaan yang dimiliki.
5. Aspek-Aspek Penerimaan Diri