Aplikasi Simulasi Sistem untuk Perencanaan Pembelian Bahan dan Persediaan Produk di PT. Medan Tropical Canning & Frozen Industries

(1)

APLIKASI SIMULASI SISTEM UNTUK PERENCANAAN

PEMBELIAN BAHAN DAN PERSEDIAAN PRODUK

DI PT. MEDAN TROPICAL CANNING & FROZEN INDUSTRIES

TUGAS SARJANA

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Oleh

Widya Rahmadani Utami

NIM. 080403083

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I

F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkanataskehadirat Allah SWTkarena atas berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan Tugas Sarjana ini dengan baik.Pembuatan Tugas Sarjana inimerupakan langkah selanjutnya bagi penulis untuk mengenal dunia kerja serta menerapkan ilmu yang telah dipelajari selama perkuliahan dan ditujukan untuk memenuhi sebagain syarat-syarat dan ketentuan dalam mengikuti kurikulum Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara guna memperoleh gelar sarjana teknik.

Tugas Sarjana ini terdiri dari struktur pengerjaan dan dasar-dasar dari penelitian yang akan dilakukan di PT. Medan Tropical Canning & Frozen Industries. Tugas ini memaparkan judul Tugas Sarjana penulis, yaitu “Aplikasi Simulasi Sistem untuk Perencanaan Pembelian Bahan dan Persediaan Produk di PT. Medan Tropical Canning & Frozen Industries”.

Penulis menyadari bahwa Tugas Sarjana ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sekalian demi kesempurnaan Tugas Sarjana ini. Akhir kata, penulis berharap agar tugas ini berguna bagi kita semua.

Medan, Juli 2012


(7)

UCAPAN TERIMA KASIH

Dalam penulisan Tugas Sarjana ini, penulis telah mendapatkan bimbingan dan dukungan yang besar dari berbagai pihak, baik berupa materi, spiritual, informasi maupun administrasi. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Ir. Khawarita Siregar, MT, selaku Ketua Departemen Teknik Industri Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Ir. Ukurta Tarigan, MT, selaku Sekretaris Jurusan Teknik

IndustriUniversitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. Dr. Ir. Humala L. Napitupulu, DEA, selaku Dosen Pembimbing I atas bimbingan, pengarahan, dan masukan yang selalu diberikan dalam penyelesaian Tugas Sarjana ini.

4. Ibu Ir. Rosnani Ginting, MT, selaku Dosen Pembimbing II sebagai dosen

pembimbing yang senantiasa membimbing dan memotivasi penulis untuk menghasilkan karya ilmiah yang baik.

5. Bapak Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE, selaku Dosen Pembanding I yang telah memberikan banyak masukan positif dalam penyelesaian Tugas Sarjana ini.

6. Bapak Ir. Mangara M. Tambunan, M.Sc, selaku Dosen Pembanding II yang

telah memberikan banyak masukan positif dalam penyelesaian Tugas Sarjana ini.


(8)

7. Bapak Aulia Ishak, ST, MT, selaku Dosen Pembanding III yang telah memberikan banyak masukan positif dalam penyelesaian Tugas Sarjana ini.

8. Bapak Nazamuddin Hutabarat, SH,selaku Manajer Personalia PT. Medan

Tropical Canning & Frozen Industries yang memberikan izin melakukan penelitian ini.

9. Bapak Tengku Aznul,selaku Asisten Manajer Produksi PT. Medan Tropical

Canning & Frozen Industries yang membimbing penulis dalam penelitian ini. 10.Orang tua dan adik-adik yang telah memberikan dukungan sepenuhnya kepada

penulis baik doa, moral maupun materi dalam menyelesaikan Tugas Sarjana. 11.Akhmad Bakrie, selaku rekan setia dan seperjuangan yang tidak pernah lelah

membantu, memberi masukan, dan memotivasi penulis dalam penyelesaian Tugas Sarjana ini.

12.Sahabat penulis Sieben Schewester dan semua teman-teman angkatan 2008 di Departemen Teknik Industri USU yang telah memberikan banyak masukan kepada penulis.

13.Bang Mijo, Kak Dina, Kak Ani,Bang Nurmansyah, dan Bang Ridho atas

bantuan dan tenaga yang telah diberikan dalam memperlancar penyelesaian Tugas Sarjana ini.

Kepada semua pihak yang telah banyak membantu dalam menyelesaian laporan ini dan tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, penulis mengucapkan terima kasih. Semoga Tugas Sarjana ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Juli 2012


(9)

DAFTAR ISI

BAB HALAMAN

LEMBAR JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xvii

I PENDAHULUAN ... I-1 1.1. Latar Belakang Kerja Praktek ... I-1 1.2. Perumusan Masalah ... I-3 1.3. Tujuan Penelitian ... I-4 1.4. Manfaat Penelitian ... I-4 1.5. Batasan Masalah dan Asumsi ... I-5 1.6. Sistematika Penulisan Tugas Sarjana ... I-6

II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... II-1 2.1. Sejarah Perusahaan ... II-1 2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha ... II-3 2.3. Lokasi Perusahaan ... II-3


(10)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB ... HALAMAN

2.4. Daerah Pemasaran ... II-4 2.5. Organisasi dan Manajemen ... II-4 2.5.1. Struktur Organisasi Perusahaan ... II-4 2.5.2. Jumlah Tenaga Kerja ... II-7 2.5.3. Jam Kerja ... II-8 2.5.4. Sistem Pengupahan dan Fasilitas Lainnya ... II-8 2.6. Proses Produksi ... II-10 2.6.1. Standar Kualitas ... II-10 2.6.2. Bahan yang Digunakan ... II-11 2.6.3. Uraian Proses Produksi ... II-12 2.6.4. Mesin dan Peralatan yang Digunakan ... II-13 2.6.5. Utilitas ... II-13 2.6.6. Waste Treatment ... II-14

III LANDASAN TEORI ... III-1

3.1. Pembelian ... III-1 3.1.1. Peran dan Lingkup Pembelian ... III-1 3.1.2. Pengukuran Performa Pembelian dan Peningkatan

yang Berkesinambungan ... III-3 3.2. Definisi Persediaan ... III-4


(11)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

3.3. Perencanaan Persediaan ... III-7 3.4. Bentuk Sistem Persediaan ... III-7 3.5. Tujuan Persediaan ... III-10 3.6. Fungsi Persediaan ... III-11 3.7. Definisi Simulasi ... III-13 3.8. Tujuan Imitasi pada Simulasi ... III-14 3.9. Prinsip Dasar Simulasi ... III-15 3.10. Konsep Simulasi ... III-16 3.11. Imitasi Sistem ... III-17 3.12. Langkah-langkah Simulasi ... III-18 3.13. Simulasi Dinamis ... III-20 3.14. Powersim ... III-24 3.15. Komponen Powersim ... III-26 3.16. Persamaan Simulasi Dinamis ... III-29 3.17. Verifikasi dan Validasi Model Simulasi ... III-37 3.17.1. Verifikasi Model Simulasi ... III-37 3.17.2. Validasi Model Simulasi ... III-38 3.17.2.1. Bentuk Validasi Model ... III-38 3.17.2.2. Pengulangan Simulasi ... III-39 3.17.2.3. Variansi Nilai Hasil Simulasi ... III-40


(12)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

3.17.2.4. Nilai Rata-rata Hasil Simulasi ... III-40 3.17.2.5. Penentuan Jumlah Ulangan Simulasi ... III-41

IV METODOLOGI PENELITIAN ... IV-1 4.1. Jenis Penelitian ... IV-1 4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... IV-1 4.3. Kerangka Konseptual ... IV-1 4.4. Pengumpulan Data ... IV-4 4.4.1. Sumber Data ... IV-4 4.4.2. Instrumen Penelitian ... IV-5 4.4.3. Metode Pengumpulan Data ... IV-6 4.5. Pengolahan Data ... IV-6 4.6. Analisis Pemecahan Masalah ... IV-11 4.7. Kesimpulan dan Saran ... IV-11

V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA ... V-1 5.1. Pengumpulan Data ... V-1

5.1.1. Data Jumlah Tangkapan ... V-1 5.1.2. Data Permintaan Produk Makanan Kaleng ... V-3 5.1.3. Persediaan Awal Produk ... V-3


(13)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

5.1.4. Kapasitas Maksimum Produksi dan Kapasitas

Kontainer ... V-3 5.1.5. Data Persentase Rendemen Proses Produksi ... V-4 5.1.6. Data Harga Penjualan Produk, Unit Cost Produk

Penjualan Frozen, dan Unit Cost Frozen ... V-4 5.2. Pengolahan Data ... V-5

5.2.1. Formulasi Masalah ... V-5 5.2.2. Membangun Model ... V-5 5.2.2.1. Causal Loop ... V-6

5.2.2.2. Main Model ... V-12

5.2.3. Akuisisi Data ... V-17 5.2.3.1. Pengujian Distribusi Data Jumlah

Tangkapan Ikan Tuna ... V-17 5.2.3.2. Pengujian Distribusi Data Jumlah

Tangkapan Udang ... V-19 5.2.3.3. Pengujian Distribusi Data Jumlah

Tangkapan Kepah ... V-21 5.2.4. Menerjemahkan Model ... V-22 5.2.4.1. Kuantifikasi Data ... V-23 5.2.4.2. Hasil Simulasi ... V-41


(14)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

5.2.4.2.1. Hasil Simulasi Pola Tangkapan

Ikan Tuna, Udang, dan Kepah ... V-41 5.2.4.2.2. Hasil Simulasi Rencana Pembelian

Ikan Tuna, Udang, dan Kepah ... V-42 5.2.4.2.2.1. Hasil Simulasi Rencana Pembelian Ikan Tuna . V-43 5.2.4.2.2.2. Hasil Simulasi Rencana Pembelian Udang ... V-46 5.2.4.2.2.3. Hasil Simulasi Rencana Pembelian Kepah ... V-49 5.2.4.2.3. Hasil Simulasi Total Profit Produk

Ikan Tuna, Udang, dan Kepah ... V-52 5.2.4.2.3.1. Hasil Simulasi Total

Profit Produk Ikan Tuna V-52 5.2.4.2.3.2. Hasil Simulasi Total

Profit Produk Udang .. V-53 5.2.4.2.3.3. Hasil Simulasi Total

Profit Produk Kepah .. V-54 5.2.5. Verifikasi ... V-54 5.2.6. Validasi ... V-56


(15)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

5.2.6.1. Validasi Total Profit Produk Ikan Tuna ... V-58 5.2.6.2. Validasi Total Profit Produk Udang ... V-61 5.2.6.3. Validasi Total Profit Produk Kepah ... V-63 5.2.7. Perencanaan Taktis dan Strategis ... V-65 5.2.8. Eksperimen ... V-66 5.2.9. Analisis Hasil ... V-73 5.2.10. Implementasi dan Dokumentasi ... V-85

VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH ... VI-1 6.1. Analisis Formulasi Masalah ... VI-1 6.2. Analisis Membangun Model ... VI-1 6.3. Analisis Akuisisi Data ... VI-2 6.4. Analisis Menerjemahkan Model ... VI-3 6.5. Analisis Verifikasi ... VI-10 6.6. Analisis Validasi ... VI-11 6.7. Analisis Perencanaan Taktis dan Strategis ... VI-12 6.8. Analisis Eksperimen ... VI-14 6.9. Analisis Hasil Simulasi ... VI-15 6.10. Analisis Implementasi dan Dokumentasi ... VI-23


(16)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN VII KESIMPULAN DAN SARAN ... VII-1

7.1. Kesimpulan ... VII-1 7.2. Saran ... VII-2

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

GAMBAR ALGORITMA PERENCANAAN PEMBELIAN BAHAN DAN PERSEDIAAN PRODUK

SURAT KEPUTUSAN TENTANG TUGAS SARJANA MAHASISWA

SURAT PERMOHONAN TUGAS SARJANA

FORMULIR PENETAPAN TUGAS SARJANA

SURAT IJIN MELAKUKAN RISET (SURAT PENJAJAKAN) KE PT. MEDAN TROPICAL CANNING & FROZEN INDUSTRIES

SURAT BALASAN IZIN RISET DARI PT. MEDAN TROPICAL CANNING & FROZEN INDUSTRIES

LEMBAR ASISTENSI TUGAS SARJANA DOSEN PEMBIMBING I


(17)

DAFTAR TABEL

TABEL HALAMAN

2.1. Jabatan dan Jumlah Tenaga Kerja PT. Medan Tropical Canning &

Frozen Industries ... II-7 2.2. Jam Kerja pada PT. Medan Tropical Canning & Frozen Industries.... II-8 3.1. Simbol Operasi Aritmatika ... III-30 5.1. Data Jumlah Tangkapan Periode 1 Februari 2012–31 Maret 2012 .... V-1 5.2. Data Rentang Permintaan Makanan Kaleng ... V-3 5.3. Data Persentase Rendemen Proses Produksi ... V-4 5.4. Data Harga Penjualan Produk, Unit Cost Produk, Penjualan Frozen

dan Unit Cost Frozen ... V-4 5.5. Pendefinisian Komponen Main Model Jenis Ikan Tuna dalam

Software Powersim ... V-24

5.6. Pendefinisian Komponen Main Model Jenis Udang dalam

Software Powersim ... V-28

5.7. Pendefinisian Komponen Main Model Jenis Kepah dalam

Software Powersim ... V-32

5.8. Time Table Simulasi Pola Tangkapan Ikan Tuna, Udang, dan Kepah V-43

5.9. Time Table Simulasi Rencana Pembelian Ikan Tuna I-V ... V-46

5.10. Time Table Simulasi Rencana Pembelian Udang I-V ... V-48

5.11. Time Table Simulasi Rencana Pembelian Kepah I-V ... V-51


(18)

DAFTAR TABEL (LANJUTAN)

TABEL HALAMAN

5.13. Time Table Simulasi Total Profit Produk Udang ... V-53

5.14. Time Table Simulasi Total Profit Produk Kepah ... V-54

5.15. Perbandingan Formulasi Komponen Manual dengan Powersim ... V- 55 5.16. Pengujian Validasi Simulasi Total Profit Produk Ikan Tuna ... V-59 5.17. Rata-rata Pembelian Ikan Tuna dan Rata-rata Sisa Stok Produk Ikan

Ikan Tuna ... V-60 5.18. Pengujian Validasi Simulasi Total Profit Produk Udang ... V-62 5.19. Rata-rata Pembelian Udang dan Rata-rata Sisa Stok Produk Udang . V-62 5.20. Pengujian Validasi Simulasi Total Profit Produk Kepah ... V-64 5.21. Rata-rata Pembelian Kepah dan Rata-rata Sisa Stok Produk Kepah .. V-64 5.22. Rata-rata Permintaan Harian Produk dalam Jumlah yang Tetap ... V-65 5.23. Rencana Pembelian Bahan dalam Jumlah yang Tetap ... V-66 5.24. Time Table Simulasi Rencana Pembelian Ikan Tuna I-V dalam Jumlah

yang Tetap ... V-67 5.25. Time Table Simulasi Rencana Pembelian Udang I-V dalam Jumlah

yang Tetap ... V-69 5.26. Time Table Simulasi Rencana Pembelian Kepah I-V dalam Jumlah

yang Tetap ... V-71 5.27. Rata-rata Total Profit dalam Jumlah yang Tetap ... V-72 5.28. Rata-rata Pembelian Bahan dalam Jumlah yang Tetap ... V-73


(19)

DAFTAR TABEL (LANJUTAN)

TABEL HALAMAN

5.29. Rata-rata Sisa Stok dalam Jumlah Pembelian yang Tetap ... V-73 5.30. Perbandingan Rata-rata Total Profit Produk Ikan Tuna ... V-74 5.31. Perbandingan Rata-rata Pembelian Ikan Tuna ... V-75 5.32. Perbandingan Rata-rata Sisa Stok Produk Ikan Tuna ... V-77 5.33. Perbandingan Rata-rata Total Profit Produk Udang ... V-78 5.34. Perbandingan Rata-rata Pembelian Udang ... V-79 5.35. Perbandingan Rata-rata Sisa Stok Produk Udang ... V-80 5.36. Perbandingan Rata-rata Total Profit Produk Kepah ... V-82 5.37. Perbandingan Rata-rata Pembelian Kepah ... V-83 5.38. Perbandingan Rata-rata Sisa Stok Produk Kepah ... V-84 6.1. Hasil Pengujian Distribusi terhadap Pola Tangkapan ... VI-3 6.2. Time Table Simulasi Total Profit Produk Ikan Tuna, Udang, dan

Kepah ... VI-9 6.3. Hasil Uji Validasi terhadap Data Total Profit Produk Ikan Tuna,

Udang, dan Kepah ... VI-12 6.4. Rencana Pembelian Bahan dalam Jumlah yang Tetap ... VI-13 6.5. Rata-rata Total Profit dalam Jumlah yang Tetap ... VI-14 6.6. Perbandingan Rata-rata Total Profit, Rata-rata Pembelian Harian, dan

Rata-rata Sisa Stok Produk ... VI-15 6.7. Rata-rata Persediaan Produk dan Rata-rata Permintaan Produk ... VI-16


(20)

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR HALAMAN

2.1. Struktur Organisasi pada PT. Medan Tropical Canning & Frozen

Industries ... II-6 2.2. Bagan Alir Proses Produksi di PT. Medan Tropical Canning & Frozen

Industries ... II-12 3.1. Sistem Persediaan Input-Output ... III-8 3.2. Sistem Persediaan Berjenjang ... III-10 3.3. Hubungan antara Berbagai Jenis Model ... III-22 3.4. Tampilan Awal Powersim Constructor ... III-25 3.5. Keterangan Tombol-tombol pada Powersim ... III-26 3.6. Ikon Level (a) dan Label Level (b) ... III-27 3.7. Ikon Rate (a) dan Label Rate (b) ... III-27 3.8. Ikon Auxilary (a) dan Label Auxilary (b) ... III-28 3.9. Ikon Constant (a), Ikon Snapshot (b), Label Constant (c), dan Label

Snapshot Constant (d) ... III-29

3.10. Urutan Komputasi Simulasi Dinamis ... III-30 4.1. Kerangka Konseptual Penelitian ... IV-2 4.2. Blok Diagram Pengolahan Data ... IV-10 4.3. Blok Diagram Langkah-langkah Penelitian ... IV-12 5.1. Contoh Causal Loop Hasil Tangkapan Ikan Tuna yang Ditawarkan


(21)

DAFTAR GAMBAR (LANJUTAN)

GAMBAR HALAMAN

5.2. Contoh Causal Loop Profit Produk Ikan Tuna ... V-8 5.3. Causal Loop Jenis Ikan Tuna ... V-9

5.4. Causal Loop Jenis Udang ... V-10

5.5. Causal Loop Jenis Kepah ... V-11

5.6. Legenda yang Digunakan dalam Main Model ... V-13 5.7. Contoh Main Model Persediaan Produk Ikan Tuna ... V-13 5.8. Main Model pada Jenis Ikan Tuna ... V-8

5.9. Main Model pada Jenis Udang ... V-9

5.10. Main Model pada Jenis Kepah ... V-10

5.11. Pola Distribusi Frekuensi Jumlah Tangkapan Ikan Tuna ... V-19 5.12. Pola Distribusi Frekuensi Jumlah Tangkapan Udang ... V-20 5.13. Pola Distribusi Frekuensi Jumlah Tangkapan Kepah ... V-22 5.14. Main Model pada Jenis Ikan Tuna yang Telah Dikuantifikasi ... V-38

5.15. Main Model pada Jenis Udang yang Telah Dikuantifikasi ... V-39

5.16. Main Model pada Jenis Kepah yang Telah Dikuantifikasi ... V-40

5.17. Time Graph Simulasi Pola Tangkapan Ikan Tuna,Udang, dan Kepah V-41

5.18. Time Graph Simulasi Rencana Pembelian Ikan Tuna I-V ... V-44

5.19. Time Graph Simulasi Rencana Pembelian Udang I-V ... V-47

5.20. Time Graph Simulasi Rencana Pembelian Kepah I-V ... V-50


(22)

DAFTAR GAMBAR (LANJUTAN)

GAMBAR HALAMAN

5.22. Rencana Pembelian Udang I-V dalam Jumlah yang Tetap ... V-69 5.23. Rencana Pembelian Kepah I-V dalam Jumlah yang Tetap ... V-71 5.24. Grafik Perbandingan Rata-rata Total Profit Produk Ikan Tuna ... V-75 5.25. Grafik Perbandingan Model Pembelian Ikan Tuna ... V-76 5.26. Grafik Perbandingan Sisa Stok Produk Ikan Tuna ... V-77 5.27. Grafik Perbandingan Rata-rata Total Profit Produk Udang ... V-79 5.28. Grafik Perbandingan Model Pembelian Udang ... V-80 5.29. Grafik Perbandingan Sisa Stok Produk Udang ... V-81 5.30. Grafik Perbandingan Rata-rata Total Profit Produk Kepah ... V-82 5.31. Grafik Perbandingan Model Pembelian Kepah ... V-83 5.32. Grafik Perbandingan Sisa Stok Produk Kepah ... V-84 6.1. Time Graph Simulasi Pola Tangkapan Ikan Tuna, Udang, dan Kepah VI-4

6.2. Time Graph Simulasi Rencana Pembelian Ikan Tuna ... VI-6

6.3. Time Graph Simulasi Rencana Pembelian Udang ... VI-7


(23)

ABSTRAK

PT. Medan Tropical Canning & Frozen Industries merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang manufaktur khususnya mengolah bahan hasil laut. Pada kondisi nyatanya perusahaan dihadapkan pada permasalahan yaitu sering terjadinya kekurangan bahan dikarenakan prediksi pembelian bahan yang dilakukan secara kasar sehingga mengakibatkan sering tidak terpenuhinya jumlah permintaan. Selain itu, dampak yang dapat ditimbulkan adalah perusahaan tidak memiliki landasan dalam pertimbangan dari segi ekonomis. Jika perusahaan terus menerapkan metode seperti ini dengan adanya persaingan yang semakin ketat, maka perusahaan dapat kehilangan profit dari yang seharusnya diperoleh. Oleh karena itu, pada penelitian ini dilakukan perencanaan pembelian bahan dan persediaan produk dengan mengaplikasikan simulasi sistem dengan cara merancang beberapa alternatif model pembelian sehingga diperoleh kondisi terbaik.

Tujuan yang ingin dicapai adalah merancang model-model pembelian dan memperoleh model pembelian dan sisa stok produk berdasarkan total profit maksimal. Teori yang digunakan untuk mendukung penelitian ini adalah mengenai pembelian, persediaan, simulasi, dan Powersim. Simulasi ini yang dijalankan pada 3 jenis bahan, yaitu ikan tuna, udang, dan kepah. Model pembelian yang dirancang terdiri atas dua rencana, yaitu model pembelian dalam jumlah yang bervariasi dan dalam jumlah yang tetap. Masing-masing kategori model pembelian terdiri atas 5 level rencana.

Rencana I dilakukan kenaikan pembelian ikan tuna dan udang sebesar 50% dari kebutuhan bahan harian sedangkan pembelian kepah 30% dari kebutuhan bahan harian. Rencana II dilakukan kenaikan pembelian ikan tuna dan udang sebesar 25% dari kebutuhan bahan harian sedangkan pembelian kepah 15% dari kebutuhan bahan harian. Rencana III dilakukan pembelian semua jenis bahan sebesar kebutuhan bahan harian. Rencana IV dilakukan penurunan pembelian ikan tuna dan udang sebesar 25% dari kebutuhan bahan harian sedangkan pembelian kepah 15% dari kebutuhan bahan harian. Rencana V dilakukan penurunan pembelian sebesar 50% dari kebutuhan bahan harian sedangkan pembelian kepah 30% dari kebutuhan bahan harian.

Hasil pengolahan dan analisis data diperoleh total profit maksimum terdapat dalam model pembelian harian ikan tuna dalam jumlah bervariasi direncanakan 3,21 Ton/hari dengan kenaikan pembelian sebesar 1,34% dari rata-rata pembelian ikan tuna pada keadaan nyata, model pembelian harian udang dalam jumlah bervariasi direncanakan 2,97 Ton/hari dengan kenaikan pembelian sebesar 1,45% dari rata-rata pembelian udang pada keadaan nyata, dan model pembelian harian kepah dalam jumlah bervariasi direncanakan 3,85 Ton/hari dengan kenaikan pembelian sebesar 1,54% dari rata-rata pembelian kepah pada keadaan nyata. Kata kunci: simulasi sistem, perencanaan pembelian, persediaan, powersim


(24)

ABSTRAK

PT. Medan Tropical Canning & Frozen Industries merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang manufaktur khususnya mengolah bahan hasil laut. Pada kondisi nyatanya perusahaan dihadapkan pada permasalahan yaitu sering terjadinya kekurangan bahan dikarenakan prediksi pembelian bahan yang dilakukan secara kasar sehingga mengakibatkan sering tidak terpenuhinya jumlah permintaan. Selain itu, dampak yang dapat ditimbulkan adalah perusahaan tidak memiliki landasan dalam pertimbangan dari segi ekonomis. Jika perusahaan terus menerapkan metode seperti ini dengan adanya persaingan yang semakin ketat, maka perusahaan dapat kehilangan profit dari yang seharusnya diperoleh. Oleh karena itu, pada penelitian ini dilakukan perencanaan pembelian bahan dan persediaan produk dengan mengaplikasikan simulasi sistem dengan cara merancang beberapa alternatif model pembelian sehingga diperoleh kondisi terbaik.

Tujuan yang ingin dicapai adalah merancang model-model pembelian dan memperoleh model pembelian dan sisa stok produk berdasarkan total profit maksimal. Teori yang digunakan untuk mendukung penelitian ini adalah mengenai pembelian, persediaan, simulasi, dan Powersim. Simulasi ini yang dijalankan pada 3 jenis bahan, yaitu ikan tuna, udang, dan kepah. Model pembelian yang dirancang terdiri atas dua rencana, yaitu model pembelian dalam jumlah yang bervariasi dan dalam jumlah yang tetap. Masing-masing kategori model pembelian terdiri atas 5 level rencana.

Rencana I dilakukan kenaikan pembelian ikan tuna dan udang sebesar 50% dari kebutuhan bahan harian sedangkan pembelian kepah 30% dari kebutuhan bahan harian. Rencana II dilakukan kenaikan pembelian ikan tuna dan udang sebesar 25% dari kebutuhan bahan harian sedangkan pembelian kepah 15% dari kebutuhan bahan harian. Rencana III dilakukan pembelian semua jenis bahan sebesar kebutuhan bahan harian. Rencana IV dilakukan penurunan pembelian ikan tuna dan udang sebesar 25% dari kebutuhan bahan harian sedangkan pembelian kepah 15% dari kebutuhan bahan harian. Rencana V dilakukan penurunan pembelian sebesar 50% dari kebutuhan bahan harian sedangkan pembelian kepah 30% dari kebutuhan bahan harian.

Hasil pengolahan dan analisis data diperoleh total profit maksimum terdapat dalam model pembelian harian ikan tuna dalam jumlah bervariasi direncanakan 3,21 Ton/hari dengan kenaikan pembelian sebesar 1,34% dari rata-rata pembelian ikan tuna pada keadaan nyata, model pembelian harian udang dalam jumlah bervariasi direncanakan 2,97 Ton/hari dengan kenaikan pembelian sebesar 1,45% dari rata-rata pembelian udang pada keadaan nyata, dan model pembelian harian kepah dalam jumlah bervariasi direncanakan 3,85 Ton/hari dengan kenaikan pembelian sebesar 1,54% dari rata-rata pembelian kepah pada keadaan nyata. Kata kunci: simulasi sistem, perencanaan pembelian, persediaan, powersim


(25)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Setiap perusahaan selalu berupaya untuk menjaga eksistensinya dalam persaingan bisnis yang semakin kompetitif. Faktor yang menjadi pokok pemikiran dan memberikan pengaruh yang besar yaitu pada perencanaan persediaan. Perencanaan persediaan merupakan salah satu faktor yang mendukung keberhasilan perusahaan untuk mencapai target penjualannya. Perencanaan persediaan berfungsi untuk menjaga fluktuasi permintaan, spekulasi produk ketika harga produk naik dan memberikan kepuasan kepada konsumen. Masalah yang sering terjadi dalam perencanaan persediaan terutama pada perusahaan yang mengolah hasil-hasil sumber daya alam adalah ketersediaan sumber daya sebagai bahan baku yang akan diolah dan ketidakpastian jumlah bahan baku yang dapat diperoleh sehingga akan mempengaruhi ke jumlah produk yang dapat dihasilkan. Oleh karena itu, perusahaan harus bisa merencanakan pembelian bahan dengan tujuan untuk memprediksi jumlah persediaan produk yang dihasilkan yang dapat memenuhi permintaan pasar.

Berdasarkan hasil observasi dan interview dengan pihak perusahaan PT.

Medan Tropical Canning & Frozen Industries, diperoleh bahwa perusahaan ini berproses produksi secara terputus atau intermitten process (proses terputus) untuk memenuhi permintaan yang bersifat fluktuatif (berubah-ubah) dari waktu ke waktu dan menurut tujuan operasinya, sistem produksi pada perusahaan ini


(26)

menganut sistem Make To Stock (MTS) karena produk-produk diselesaikan dan ditempatkan sebagai persediaan untuk dipasarkan ke pihak konsumen.

Berdasarkan studi literatur yang dilakukan, ada penelitian dengan judul perbandingan model persediaan dalam variabel permintaan dengan mengaplikasikan simulasi diperoleh model yang bertujuan untuk menurunkan biaya-biaya dengan berbagai alternatif model persediaan sedangkan penelitian lainnya hanya berfokus pada pengurangan biaya persediaan tanpa memunculkan berbagai alternatif.

Berdasarkan hasil interview dengan pihak perusahaan, perusahaan ini tidak memiliki sistem persediaan dan sering mengalami kekurangan bahan yang diolah dikarenakan prediksi pembelian bahan yang dilakukan secara kasar, yaitu berdasarkan rata-rata jumlah bahan yang telah dibeli pada periode sebelumnya sehingga mengakibatkan sering terjadi kekurangan jumlah persediaan produk dari jumlah permintaan yang bervariasi.

Selain itu, dampak yang dapat ditimbulkan adalah perusahaan tidak memiliki landasan dalam pertimbangan dari segi ekonomis. Jika perusahaan terus menerapkan metode seperti ini dengan adanya persaingan yang semakin ketat, maka perusahaan dapat kehilangan profit dari yang seharusnya diperoleh. Rata-rata pembelian ikan tuna yang dilakukan adalah 2,4 Ton/hari, untuk udang adalah 2,1 Ton/hari, dan untuk kepah 2,5 Ton/hari sedangkan kapasitas maksimum produksi sebesar 5 Ton/hari. Satu ton bahan bisa menghasilkan produk sebanyak 3.000 Kaleng. Jumlah kebutuhan bahan harian baik ikan tuna, udang, maupun kepah adalah berkisar 2,5–5,6 Ton/hari. Hal tersebut membuktikan bahwa


(27)

perusahaan sering melakukan pembelian di bawah kebutuhan bahan harian, selain itu tidak adanya sistem persediaan pada perusahaan sehingga perusahaan sering mengalami kekurangan jumlah persediaan produk sebanyak 1.000–30.000 Kaleng/bulan dari jumlah permintaan produk.

Oleh karena itu, pada penelitian ini akan diaplikasikan simulasi sistem untuk merencanakan pembelian bahan dengan berbagai level alternatif sehingga dapat ditentukan persediaan produk yang disesuaikan dengan permintaan pasar yang bervariasi dan dapat diperoleh profit yang maksimal.

1.2. Perumusan Masalah

Sering terjadinya kekurangan bahan yang diolah dikarenakan prediksi pembelian bahan yang dilakukan secara kasar, yaitu berdasarkan rata-rata jumlah bahan yang telah dibeli pada periode sebelumnya sehingga mengakibatkan sering terjadi kekurangan jumlah persediaan produk dari jumlah permintaan yang bervariasi. Jika kondisi ini terjadi terus-menerus, maka secara perlahan akan membuat perusahaan kehilangan profit yang seharusnya diperoleh. Oleh karena itu, untuk membantu perusahaan menghadapi kondisi seperti ini, maka akan dilakukan perencanaan pembelian bahan dan persediaan produk dengan mengaplikasikan simulasi sistem dengan cara merancang beberapa alternatif model pembelian sehingga diperoleh kondisi terbaik.


(28)

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini terdiri atas tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk merencanakan pembelian bahan dan persediaan produk dengan mengaplikasikan simulasi sistem yang dapat diimplementasikan pada PT. Medan Tropical Canning & Frozen Industries.

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Merancang model-model pembelian dengan menggunakan simulasi sistem. 2. Memperoleh model pembelian dan sisa stok produk berdasarkan total profit

maksimal.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada berbagai pihak yakni:

1. Manfaat bagi mahasiswa

a. Mahasiswa dapat mempelajari dan menguasai teknik simulasi dengan

menggunakan software Powersim Studio untuk memecahkan

masalah-masalah yang ada di perusahaan.

b. Mahasiswa memahami konsep perencanaan pembelian bahan dan

persediaan produk sebagai suatu sistem yang kompleks. 2. Manfaat bagi perusahaan

Hasil penelitian ini dapat dijadikan pertimbangan bagi perusahaan untuk merencanakan pembelian bahan dan persediaan produk dengan berbagai alternatif.


(29)

3. Bagi Departemen Teknik Industri USU

Dapat mempererat kerja sama antara perusahaan dengan Departemen Teknik Industri USU.

1.5. Batasan Masalah dan Asumsi

Adapun batasan dalam melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Software yang digunakan untuk mendukung penelitian ini adalah software

Arena 10.0, powersim studio 2005, dan Microsoft Excel.

2. Perilaku jumlah tangkapan dilihat dari data historis selama dua bulan dimulai dari 1Februari 2012 sampai 31Maret 2012.

3. Bahan baku yang diproses secara rutin untuk diekspor adalah ikan tuna,

udang, dan kepah.

4. Prosedur pembelian bahan tidak dibahas.

5. Waktu proyeksi simulasi dilakukan selama 1 bulan ke depan yang terdiri dari 25 hari kerja.

Asumsi-asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Tidak ada perubahan sistem produksi dan metode kerja yang digunakan

selama tahun 2012.

2. Pola data yang terjadi pada masa lalu dianggap akan berlangsung ke masa yang akan datang.

3. Tidak ada kendala yang terjadi dalam proses penangkapan bahan-bahan di


(30)

4. Tidak ada masalah yang terjadi saat pengiriman bahan baku dari supplier ke perusahaan dan pembelian bahan baku dilakukan setiap hari kerja.

5. Pekerja dianggap bekerja secara normal.

6. Lini produksi disusun berdasarkan jenis pengolahan bahan baku.

7. Setiap kontainer pengiriman produk terdiri dari hanya satu jenis produk. 8. Permintaan harian produk makanan kalengdapat dicukupi perusahaan dengan

melaksanakan produksi 1 shift ditambah overtime (lembur).

9. Harga produk makanan kaleng dikonversikan dalam satuan mata uang

Rupiah.

10. Tidak terjadi perubahan harga bahan dan harga jual produk selama tahun 2012.

1.6. Sistematika Penulisan Tugas Sarjana

Sistematika yang digunakan dalam tugas sarjana ini adalah sebagai berikut:

BAB I: PENDAHULUAN, menguraikan tentang latar belakang masalah,

perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah dan asumsi serta sistematika penulisan tugas sarjana.

BAB II: GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN, menguraikan secara jelas tentang sejarah perusahaan, ruang lingkup usaha, lokasi perusahaan,struktur organisasi perusahaan, pembagian tugas dan tanggung jawab, jumlah tenaga kerja, jam kerja, proses produksi yang mencakup standar kualitas, bahan yang digunakan, uraian proses produksi, mesin dan peralatan yang digunakan, utilitas, serta waste treatment yang diterapkan oleh perusahaan.


(31)

BAB III: LANDASAN TEORI, menguraikantentang tinjauan-tinjauan kepustakaan yang berisi teori-teori pendukung yang digunakan sebagai landasan dalam pembahasan dan pemecahan masalah.

BAB IV: METODOLOGI PENELITIAN, menjelaskantentang metodologi yang digunakan untuk mencapai tujuan penelitian meliputi tahapan-tahapan penelitian dan penjelasan tiap tahapan secara ringkas disertai diagram alirnya.

BAB V: PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA, menjelaskantentang pengumpulan data yang dilakukan dan sumber data yang dikumpulkan adalah data sekunder. Bab ini juga berisi tentang pengolahan data penelitian dengan menggunakanrancangan simulasi dengan bantuan software Powersim Studio.

BAB VI: ANALISIS PEMECAHAN MASALAH, mengenai analisis hasil pengolahan data seperti analisis terhadap masalah untuk menghasilkan berberapa alternatif pemecahan masalah dan pemilihan alternatif terbaik sebagai solusi dari permasalahan.

BAB VII: KESIMPULAN DAN SARAN, berisi kesimpulan yang diperoleh penulis dari analisis pemecahan masalah dan saran-saran yang bermanfaat diberikan penulis kepada pihak perusahaan.

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(32)

BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1. Sejarah Perusahaan

PT. Medan Canning & Frozen Industries (PT. MTC) didirikan pada tahun 1984 berdasarkan akte pendirian No. 153 tanggal 31 Januari 1984 dibuat oleh Notaris Aniswar Yanis, S.H. di Medan dengan nama PT. Medan Canning & Frozen Industries bergerak di bidang Usaha Industri Pengolahan Hasil Perikanan untuk ekspor. Sebelumnya, pada tahun 1980-1984 pendiri aktif melakukan ekspor daging kepiting mentah melalui pesawat udara ke Penang Malaysia untuk bahan baku industri pengalengan Tropical Canning SDN-BHD Bukit Martajam Penang Malaysia.

Pada tahun 1984 waktu pendirian PT. MTC, dengan modal kerja yang sangat terbatas perusahaan hanya menyewa 4 lokal bangunan Standard Building milik PT. KIM, dengan pemasangan mesin dan peralatan produksi pabrik pengalengan secara sederhana dari barang-barang dan mesin-mesin peralatan bekas pakai dari industri pengalengan Tropical Canning SDN-BHD Penang Malaysia. Produksi percobaan bulan Juni 1985 dan produksi komersil bulan Juli/Agustus 1985 dengan jumlah tenaga kerja 150 orang dan ekspor perdana hasil produksi kepiting dalam kaleng (Canned Crabmeat) di bulan Oktober 1985 hanya sebanyak 1 kontainer perbulan sampai dengan bulan Mei 1986 diekspor tanpa merek ke Malaysia kemudian dari Malaysia diekspor ke Amerika Serikat dan Kanada dengan merek Tropical Brand. Tahum 1987 dengan peningkatan ekspor


(33)

ke Amerika Serikat dan Kanada PT. MTC memperoleh sertifikat izin masuk produk Canned Crabmeat ke Amerika Serikat dan Kanada berdasarkan sertifikasi Food and Drug Administration (FDA) No. 08669.

Tahun 2000 diadakan perluasan pembangunan pabrik pembekuan udang dan pabrik es batangan dengan kemudahan fasilitas pembebasan bea masuk impor, perusahaan memasukkan mesin-mesin dan peralatan produksi yang bermutu untuk industri pengolahan hasil perikanan ditempatkan di lokasi pabrik baru di Kawasan Industri Medan areal tanah seluas 3,2 Ha, dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 1200 orang setiap hari dengan realisasi ekspor sebanyak 15-20 kontainer setiap bulan ke manca Negara.

Usaha strategi kedepan, perusahaan selalu melakukan kunjungan ke luar negeri seperti Uni Eropa, Amerika Serikat, Jepang, Belanda guna mengadakan temu bisnis dan pendekatan yang akrab dengan buyer indentor di luar negeri dan memperbanyak pembuatan iklan-iklan dan promosi didalam dan di luar negeri serta mengundang buyer indentor untuk mengadakan kunjungan inspeksi secara rutin di Unit Pengolahan Produksi PT. MTC dan dengan inspeksi tersebut terjamin produk ekspor pesanan pembeli ke luar negeri.

Untuk melakukan penjualan produk ekspor bermerek dari produk hasil perikanan Indonesia untuk keperluan pasar luar negeri, perusahaan berusaha meningkatkan keterampilan Sumber Daya Manusia (SDM). Dengan peningkatan SDM karyawan yang cukup terlatih serta diversifikasi produk “VINISI” merek sendiri dan produk merek-merek pembeli luar negeri secara ototmatis realisasi ekspor ke manca Negara cukup luas merupakan suatu bukti nyata, bahwa


(34)

perusahaan Indonesia sanggup memproduksi produk hasil perikanan dengan bermacam-macam produk bermerek diekspor ke luar negeri.

2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha

PT. Medan Tropical Canning & Frozen Industries merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang manufaktur pengolahan hasil laut. Bidang usaha ini diklasifikasikan berdasarkan prosesnya terbagi atas dua, yaitu canning dan frozen. Canning merupakan proses dimana bahan hasil laut diolah menjadi makanan dalam kaleng sedangkan frozen merupakan proses pembekuan bahan hasil laut yang tujuan akhirnya akan diekspor untuk diproses lebih lanjut. Bahan hasil laut yang diolah pada perusahaan ini adalah cumi, sotong, gurita, kepah, ikan tuna, kepiting, udang, dan buah (cocktail).

PT. Medan Tropical Canning & Frozen Industries memasarkan produknya ke luar dan dalam negeri dengan variasi brand yang ditampilkan seperti Vinisi untuk dalam negeri, sedangkan untuk luar negeri seperti Creuettes, Thon, Crab Meat, Gelsha, dan lain sebagainya. Perusahaan ini memasarkan produknya untuk dalam negeri dengan menggunakan bantuan jasa distributor sedangkan untuk produk luar negeri menggunakan agen besar.

2.3. Lokasi Perusahaan

PT. Medan Tropical Canning & Frozen Industries terletak di Kawasan Industri Medan 1 (KIM 1) Jalan Yos Sudarso KM. 10,5 Medan, Sumatera Utara dengan luas areal lahan seluas 3,2 Ha.


(35)

2.4. Daerah Pemasaran

PT. Medan Tropical Canning & Frozen Industries merupakan perusahaan berskala internasional yang selalu menjaga kualitas produk yang akan diekspornya. Adapun daerah pemasaran produk PT. Medan Tropical Canning & Frozen Industries ke berbagai negara seperti Korea, Amerika, Italia, Spanyol, Australia, Prancis, dan lain-lain.

Untuk daerah lokal, pabrik ini mencakup wilayah Sumatera dan Jawa. Perusahaan ini menerapkan sistem produksi make to stock untuk memenuhi permintaan konsumen. Produk makanan kaleng seperti cumi-cumi, sotong, kepah, dan gurita lebih diutamakan sebagai produk ekspor ke luar negeri sedangkan untuk produk seperti ikan tuna, kepiting, dan cocktail dijual dalam wilayah dalam negeri.

2.5. Organisasi dan Manajemen 2.5.1. Struktur Organisasi Perusahaan

Organisasi merupakan sekumpulan orang yang mempunyai tujuan tertentu dan di antara mereka dilakukan pembagian tugas untuk pencapaian tujuan tersebut. Tujuan tersebut sering dituangkan dalam sebuah wadah yakni visi. Orang-orang dalam suatu organisasi, seberapa besarpun organisasi itu, pasti memiliki tujuan bersama yang ingin dicapai. Tujuan yang ingin dicapai tidak dapat dilakukan secara individual. Sehingga membentuklah organisasi.

Struktur organisasi suatu perusahaan memperlihatkan gambaran mengenai pembagian tugas serta tanggungjawab kepada individu maupun bagian-bagian


(36)

dalam suatu organisasi dari urutan tertinggi menuju urutan yang paling rendah. Dengan adanya struktur organisasi yang jelas, maka akan terlihat adanyapembagian pekerjaan secara tegas dan formal diantara bagian-bagian dalam organisasi dan juga diperoleh gambaran yang jelas antara wewenang dan tanggung jawab dalam mekanisme kerja suatu organisasi.

Bentuk struktur organisasi yang digunakan pada PT. Medan Tropical Canning & Frozen Industries adalah bentuk lini dan fungsional dimana merupakan campuran struktur organisasi lini dan struktur organisasi fungsional. Pada struktur organisasi di PT. Medan Tropical Canning & Frozen Industries, komisaris membawahi direktur utama dan direktur utama membawahi direktur operasional. Direktur operasional membawahi beberapa departemen dan pimpinan departemen tersebut membawahi pekerja. Struktur organisasi PT. Medan Tropical Canning & Frozen Industries dapat dilihat pada Gambar 2.1.


(37)

Managing Director Vice Managing Director International Marketing Manager Canning National Marketing Manager

Finance & Audit Manager Production Manager Canning HRD Manager Purchasing Chief Raw Procurement Chief

Export & Import

Chief Workshop Chief

Cleaning Service Chief International Marketing Manager Frozen International Marketing Frozen International Marketing Manager Frozen Assistant International Marketing Canning National

Marketing Purchasing Staff

Export & Import Staff

Production Manager Frozen Secretary

Financial

Manager Auditor Chief

Accounting Chief

Cash Controller Auditor Staff Accounting Assistant Cashier Accounting Staff Workshop Staff Cleaning Service Cleaning Staff Production Assistant Canning Production Staff Canning Production Assistant Frozen Production Staff Frozen HRD Staff


(38)

2.5.2. Jumlah Tenaga Kerja

Tenaga kerja di PT. Medan Tropical Canning & Frozen Industriesdigolongkan menjadi dua jenis yang terdiri dari:

1. Tenaga kerja tetap yaitu tenaga kerja yang mendapat upah/gaji tetap setiap bulannya sesuai dengan jabatan dan pekerjannya.

2. Tenaga kerja tidak tetap (tenaga kerja borongan) yaitu tenaga kerja yang upah/gajinya dibayar oleh kontraktor yang mempekerjakannya.

Jumlah dari seluruh tenaga kerja di PT. Medan Tropical Canning & Frozen Industries mencapai 1200 orang. Untuk mengetahui rincian tenaga kerja tersebut secara lebih lengkap, dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1. Jabatan dan Jumlah Tenaga Kerja PT. Medan Tropical Canning & Frozen Industries

Jabatan Pria (Orang) Wanita (Orang) Jumlah (Orang)

Managing Director 1 1

Vice Managing Director 1 1

Secretary 1 1

Manager 9 3 12

Human Resources 15 15

Procurement 1 2 3

Workshop 20 20

Production 39 1021 1060

Financial & Accounting 4 2 6

Purchasing 10 3 13

Export & Import 10 4 14

Supervisor 20 15 35

Cleaning Service 7 4 11

Security 6 2 8

Total 143 1057 1200


(39)

2.5.3. Jam Kerja

PT. Medan Tropical Canning & Frozen Industries menetapkan hari kerja efektifnya dimulai dari hari senin sampai hari sabtu dengan jam kerja sebanyak delapan jam per hari. Apabila seorang pekerja bekerja di luar dari jam kerja tersebut, maka akan dihitung sebagai jam kerja lembur. Untuk keterangan lebih rinci mengenai jam kerja di PT. Medan Tropical Canning & Frozen Industries baik bagi tenaga kerja tetap maupun tenaga kerja borongan dapat dilihat pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2. Jam Kerja pada PT. Medan Tropical Canning & Frozen Industries

No. Waktu Keterangan

1 Pukul 08.00 – 12.00 WIB Kerja Aktif

2 Pukul 12.00 – 13.00 WIB Istirahat

3 Pukul 13.00 – 17.00 WIB Kerja Aktif

Sumber: PT. Medan Tropical Canning & Frozen Industries

2.5.4. Sistem Pengupahan dan Fasilitas Lainnya

PT. Medan Tropical Canning & Frozen Industries hanya menetapkan sistem pengupahan tenaga kerja tetap dengan pembayaran pada awal bulan. Besar upah tenaga kerja ditentukan sesuai dengan jabatan, keahlian, dan prestasi kerjanya. Dengan memenuhi peraturan dan ketentuan pemerintah, PT. Medan Tropical Canning & Frozen Industries memberikan upah minimum sesuai dengan batas UMR (Upah Minimum Regional).

Upah/gaji yang diterima oleh tenaga kerja di perusahaan ini terdiri dari upah/gaji pokok, tunjangan jabatan, uang transport, uang makan, premi, dan


(40)

lain-lain. Upah lembur juga diberikan kepada pekerja yang bekerja di luar jam kerjaefektif. Selain tunjangan-tunjangan yang dijelaskan di atas, pekerja pada perusahaan ini juga memperoleh tunjangan lain, yaitu:

1. Tunjangan Hari Raya (THR)

Yaitu tunjangan yang diberikan untuk menyambut hari raya berupa tambahan satu bulan gaji bagi karyawan yang telah bekerja lebih dari satu tahun di perusahaan ini.

2. Tunjangan selama sakit

Yaitu tunjangan yang diberikan kepada tenaga kerja yang menjalani perawatan karena sakit dan tidak dapat bekerja. Tunjangan ini hanya diberikan kepada pekerja yang telah bekerja lebih dari dua tahun di perusahaan ini.

3. Tunjangan insentif

Yaitu tunjangan berupa upah tambahan yang diberikan kepada pekerja yang mempunyai prestasi baik dalam melakukan pekerjaannya. Tunjangan ini diberikan untuk meningkatkan motivasi para pekerja.

Setiap tenaga kerja pada perusahaan ini juga mengikuti program: 1. Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek)

Yaitu suatu bentuk asuransi yang dibuat oleh pemerintah untuk melindungi tenaga kerja.

2. Cuti

PT. Medan Tropical Canning & Frozen Industries memberikan kesempatan kepada pekerjanya untuk mengambil cuti selama 12 hari kerja setiap tahunnya. Untuk kelancaran proses produksi, pihak perusahaan mengatur jadwal cuti dan


(41)

jumlah karyawan yang cuti. Jika kesempatan cuti tidak digunakan karyawan, dapat diakumulasikan ke tahun berikutnya sehingga kesempatan cuti menjadi lebih panjang.

2.6. Proses Produksi 2.6.1. Standar Kualitas

Standar kualitas yang diterapkan pada perusahaan ini adalah terhadap bahan, proses dan produk sesuai dengan HACCP (Hazard Analysis Critical Central Point). HACCP atau ISO 22000 mengenai sistem manajemen keamanan

pangan adalah proses sistem kontrol yang di desain untuk identifikasi dan mencegah mikrobia dan bahaya lainnya dalam produksi makanan dan keseluruhan rantai makanan. HACCP meliputi tahapan pendesainan untuk mencegah masalah sebelum hal ini terjadi dan untuk mengoreksi penyimpangan secara sistematis dan cepat sehingga dapat mendeteksi masalah yang ada. HACCP/ISO 22000 memungkinkan produsen, pengolah, distributor, eksportir dan lain sebagainya dari produk pangan untuk menggunakan sumber daya teknik secara efisien dan dalam cara biaya yang efektif dalam jaminan keamanan pangan. Setiap tahapan proses produksinya dilakukan quality control untuk memastikan bahwa setiap bahan yang berasal dari stasiun sebelumnya sesuai standar yang ditetapkan untuk dilanjutkan ke stasiun berikutnya. Produk yang akan diekspor ke wilayah USA dan Canada terlebih dahulu melewati pengecekan izin masuk dalam bentuk sertifikat dan hasil olahan makanan laut yang dihasilkan pada PT. Medan Tropical


(42)

Canning & Frozen Industries memiliki sertifikasi yang berasal dari FDA (Food Drug Administration) dengan nomor 08669.

2.6.2. Bahan yang Digunakan

Bahan yang digunakan terbagi atas tiga, yaitu:

1. Bahan Baku

Bahan baku adalah bahan utama yang digunakan dalam pembuatan produk (dalam proses produksi) dan memiliki persentase yang relatif besar dibandingkan bahan-bahan lainnya. Kualitas bahan baku yang digunakan sangat menentukan kualitas produk yang akan dihasilkan. Bahan baku yang digunakan pada PT. Medan Tropical Canning & Frozen Industries adalah ikan tuna, udang, sotong, kepiting, cumi, kepah, gurita, dan buah.

2. Bahan Penolong

Bahan penolong adalah bahan yang digunakan untuk membantu proses produksi, tetapi tidak terdapat dalam produk akhir. Adapun bahan penolong yang digunakan adalah air bersih.

3. Bahan Tambahan

Bahan tambahan merupakan bahan yang tidak ikut dalam proses produksi, tetapi ditambahkan ke produk pada saat atau setelah proses produksi, untuk meningkatkan citra produk kepada konsumen, serta untuk melindungi produk dalam transportasi. Adapun bahan tambahan yang digunakan adalah air garam (Inbrine) sebagai kuah pada hasil olahan makanan laut, kaleng, dan label.


(43)

2.6.3. Uraian Proses Produksi

Adapun uraian proses produksi di PT. Medan Tropical Canning secara umum dapat digambarkan melalui bagan alir proses produksi yang dapat dilihat pada Gambar 2.2.

Penerimaan Bahan Baku

Penyortiran Bahan Baku

Pencucian I

Pengupasan

Pencucian II

Pemasakan

Penyortiran Hasil Masakan

Penimbangan Pengalengan Sterilisasi Pelabelan Makanan Kaleng Bahan baku Air

Limbah sisa penyortiran

Limbah cair Bahan baku

Bahan baku

Bahan baku

Limbah sisa pengupasan

Limbah cair Air

Air

Bahan baku

Bahan baku

Bahan hasil olahan laut Limbah cair

Bahan hasil olahan laut yang telah disortir

Bahan hasil olahan laut

Makanan laut

Makanan laut Air garam (Inbrine)

Label Kaleng

Gambar 2.2. Bagan Alir Proses Produksi di PT. Medan Tropical Canning & Frozen Industries


(44)

2.6.4. Mesin dan Peralatan

Mesin yang digunakan pada PT. Medan Tropical Canning & Frozen Industries adalah sebagai berikut:

1. Mesin seamer 2. Mesin retort 3. Mesin label

4. Mesin inject printer 5. Mesin steam

Peralatan yang digunakan pada PT. Medan Tropical Canning & Frozen Industries adalah sebagai berikut:

1. Basket

2. Chill box

3. Hand pallet

4. Timbangan 5. Sendok/ sudip 6. Kuali masak 7. Basket masak

8. Alat perapi makanan

2.6.5. Utilitas

Energi yang digunakan untuk mendukung segala kegiatan operasional

perusahaan berasal dari boiler. Boiler menggunakan cangkang kelapa sawit


(45)

2.6.6. Waste Treatment

Limbah yang dihasilkan pada pabrik ini terdiri atas limbah padat, limbah cair, dan limbah gas.

1. Limbah padat

Limbah padat yang dihasilkan berupa sisa hasil olahan makanan laut. Sisa tersebut berasal dari stasiun pencucian dan penyortiran bahan laut. Hasil dari limbah padat ini akan diolah menjadi bahan pakan ternak yang bisa dijual kembali ke perusahaan pakan ternak.

2. Limbah cair

Limbah cari berasal dari stasiun pencucian dan pemasakan. Pada stasiun pencucian digunakan untuk membersihkan bahan olahan laut tersebut dan pencucian dilakukan sebanyak dua kali. Pada stasiun pemasakan, bahan olahan laut dimasak dengan cara direbus selama 2-3 menit. Limbah cair ini akan diolah di tempat penampungan limbah cair dan dialirkan ke tempat penampungan limbah cair pusat di KIM 1 untuk diolah selanjutnya.

3. Limbah gas

Limbah gas berasal dari mesin boiler yang digunakan sebagai pembangkit energi dalam perusahaan. Limbah gas ini langsung dibuang ke udara bebas melalui cerobong asap.


(46)

BAB III

LANDASAN TEORI

3.1. Pembelian

3.1.1. Peran dan Lingkup Pembelian1

Akibat yang diperoleh adalah semakin beragamnya jenis produk, semakin pendek siklus kehidupan sebuah produk, dan semakin tingginya standar kualitas sejalan dengan konsumen-konsumen yang jeli. Sebaliknya, ini berarti bahwa para pembeli harus menemukan pemasok yang bisa mengembangkan jenis material dan bagian-bagian peralatan yang semakin beragam, memperpendek skala waktu pengembangannya, dan memenuhi standar kualitas yang paling ketat. Sangatlah

Hampir semua orang mau mengakui bahwa tidak suka dan juga tidak hebat dalam menjual, tapi orang-orang percaya bahwa orang tersebut adalah pembeli yang baik. Orang-orang membeli barang dalam hidup mereka sehari-hari dan telah melatih keahilan mereka selama bertahun-tahun. Banyak bagian yang ditelaah dari sudut pandang manufaktur, konsepnya bisa diaplikasikan untuk organisasi publik dan pelayanan.

Selama 3 dekade terakhir, bisnis-bisnis telah mengalami beberapa insiatif besar. Hasil akhirnya menyebabkan perubahan yang fundamental dalam hal bagaimana pembelian dilakukan. Tahun 1960-an dan 1970-an ketika revolusi pasar terjadi. Produk atau pelayanan dari sebuah perusahaan dibuat untuk memenuhi kebutuhan spesifik dari individu-individu dalam segmen pasar.


(47)

sulit untuk bisa memenuhi kebutuhan konsumen dan masih tetap mendapatkan profit dengan menggunakan metode manufaktur yang tradisional yang dikembangkan untuk produk-produk pasar masal.

Sebagai tambahan perubahan-perubahan ini, tekanan lainnya muncul pada tahun-tahun terakhir. Tekanan itu termasuk di antaranya:

1. Gerakan untuk kembali ke asal di banyak perusahaan yang membuat mereka

menyewa pihak lain untuk menjalankan operasi-operasi yang dianggap bukan merupakan kegiatan inti. Hal ini meningkatkan jarak, nilai, dan kompleksitas produk dan pelayanan yang sekarang dibeli.

2. Kesadaran bahwa hampir semua pengeluaran biaya untuk suatu produk baru

diputuskan di tahap perencanaan serta keterlibaatan pemasok di saat awal bisa sangat menurunkan biaya. Ini berakibat pada bagaimana cara menyeleksi dan mengatur pemasok.

3. Tekanan dari para aktifis lingkungan memberi garis bawah pada penggunaan ulang, preservarsi, dan daur ulang. Ini berarti bahwa para pemasok harus mengembangkan produk yang ada atau pembeli harus mencari produk baru. 4. Kesadaran bahwa lebih dari separuh biaya yang menentukan kualitas proses

manufaktur disebabkan kualitas barang-barang uang dibeli dari pemasok.

3.1.2. Pengukuran Performa Pembelian dan Peningkatan yang Berkesinambungan2

2


(48)

Ukuran performa bisa menjadi alat yang sangat bagus untuk memotivasi kedua pihak baik pembeli dan pemasok dalam membuhi tujuan dan target perusahaan. Ada sebuah pepatah yang mengatakan bahwa apa yang bisa diukur berarti berhasil. Walaupun demikian, harus sangat berhati-hati dalam menentukan ukuran performa karena ini akan menentukan segala hal yang dipandang sebagai prioritas oleh departemen pembelian dan pemasok. Ini bisa menjadi penghalang mendapatkan yang terbaik bagi perusahaan secara keseluruhan.

Sebagai contoh, misalnya menentukan ukuran performa pembeli adalah memproses 50 permintaan pesanan dalam satu hari. Suatu ketika, pembeli menerima permintaan untuk membeli produk tertentu yang tidak sesuai dengan jumlah itu. Haruskah pembeli memproses permintaan pesanan dengan cepat agar memenuhi target atau menghabiskan waktu untuk mencari sumber yang potensial, membuat analisa biaya, dan mencari tahu apakah ada cara yang termurah dalam memenuhi persyaratan pengguna. Ada beberapa poin yang harus diingat ketika memutuskan ukuran performa yang paling sesuai bagi pembeli atau pemasok tertentu.

1. Aktivitas tersebut harus mudah diukur. Bila orang-orang tidak memahami

bagaimana cara menilai ukuran performa, mereka tidak akan termotivasi untuk meningkatkan diri.

2. Ukuran performa harus kuantitatif sebisa mungkin. Akan tetapi, beberapa aktivitas karena sifatnya yang unik tetap akan subjektif.

3. Orang yang mengukur performa harus melihat korelasi antara peningkatan


(49)

4. Harus ada umpan balik mengenai efek perubahan dalam aktivitas. Semakin lama jarak antara performa dan umpan baliknya, semakin sedikit kemungkinan orang yang terlibat mampu mengambil langkah positif.

5. Aktivitas yang diukur harus di bawah kontrol orang tersebut.

Keahlian kunci bagi pembeli adalah memilih ukuran yang memotivasi tim eksternal maupun tim internal untuk menghasilkan performa kelas dunia. Terdapat 3 tipe dasar pembelian, masing-masing membutuhkan ukuran performa yang berbeda yang dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Pembelian transaksional

Ini adalah produk-produk yang lebih banyak pengaruhnya dalam kuadran non kritis dari portofolio pembelian. Strategi pada produk-produk seperti ini adalah membelinya dengan cara seefisien mungkin. Oleh karena itu, ukuran performa harus berfokus pada efisiensi. Pengaplikasian pendekatan ini akan memberikan beberapa rasio kunci yang akan mengukur keefisienan dari transaksi dalam proses pembelian sehingga dapat dimonitor trend dalam rasio dan menentukan target peningkatan.

2. Pembelian taktikal

Kunci ukuran bagi kelompok ini haruslah merefleksikan keefektifan dari proses pembelian. Ada banyak ukuran yang bisa digunakan dan terserah pada pembeli untuk memutuskan manakah yang paling sesuai bagi kebutuhan khusus perusahaan. Waktu pengiriman adalah kunci ukuran bagi perusahaan.


(50)

Tanggung jawab pembeli yang pertama adalah mendukung jalur operasi perusahaan dan memastikan bahwa persediaan tersedia saat dibutuhkan. 3. Pembelian strategis

Penggantian penekanan dalam mengukur performa untuk merefleksikan persyaratan dalam pembelian strategis. Ukuran yang digunakan bagi perubahan taktikal adalah harga menjadi total biaya, pengiriman menjadi siklus waktu, dan kualitas produk menjadi kapabilitas proses.

Pembelian transaksional dan taktikal, cara yang paling praktis dalam mengukur kualitas adalah memilih pemasok yang mengikuti standar khusus atau telah mengikuti pengakuan resmi seperti ISO 9000. Perlu lebih keras untuk pembelian strategis dan mengambil segala tindakan pencegahan untuk memastikan agar menerima produk yang berkualitas. Hal tersebut dapat diraih dengan cara menilai proses produksi pemasok dan memuaskan diri bahwa pemasok itu mampu melakukan manufaktur sampai batas toleransi yang diminta. Pengukuran performa yang sedang dilakukan akan ditunjukan pada bagaimana memonitor proses untuk memastikan agar performa yang sesuai dengan kualitas tersebut bisa dihasilkan.

3.2. Definisi Persediaan3

Dalam kegiatan usaha seperti ditemui pada sistem manufaktur selalu dijumpai persediaan dalam berbagai bentuk antara lain bahan baku (raw material) sebagai masukan untuk proses produksi, bahan penolong (supplies), untuk


(51)

membantu terlaksananya proses produksi, suku cadang (spare part) untuk menggantikan komponen yang mengalami kerusakan, barang setengah jadi (work in process), dan barang jadi (finished good) yang siap dipasarkan kepada

konsumen. Keberadaan persediaan ini tidak hanya di lantai produksi, tetapi juga tersebar di luar sistem manufaktur mulai dari gudang pabrik, gudang distributor sampai dengan gudang milik pengecer.

Keberadaan persediaan dalam kegiatan usaha tidak dapat dihindarkan. Salah satu penyebab utamanya adalah barang-barang tersebut tidak dapat diperoleh secara instan, tetapi diperlukan tenggang waktu untuk memperolehnya. Tenggang waktu tersebut dimulai dari saat melakukan pemesanan, waktu untuk memproduksinya, waktu untuk mengantarkan barang ke distributor bahkan sampai dengan waktu untuk memproses barang di gudang hingga siap digunakan oleh pemakainya. Interval waktu antara saat pemesanan dilakukan sampai dengan barang siap digunakan disebut dengan waktu ancang-ancang (lead time).

Persediaan dalam suatu unit usaha dapat dikategorikan sebagai modal kerja yang berbentuk barang. Keberadaannya tidak saja dianggap sebagai beban (liability) karena merupakan suatu pemborosan (waste), tetapi sekaligus juga dianggap sebagai kekayaan (asset) yang dapat segera dicairkan dalam bentuk uang tunai (cash). Dalam aktivitas unit usaha baik industri maupun bisnis, nilai persediaan barang yang dikelola pada umumnya cukup besar bahkan ada yang sangat besar, tergantung pada jenis skala industri dan bisnisnya. Dalam keadaan tertentu, nilai aset total perusahaan seperti dijumpai pada perusahaan distribusi dan supermarket misalnya, tetapi ada pula jenis usaha yang nilai persediaannya


(52)

sangat kecil, misalnya pada usaha jasa seperti bengkel, bank, angkutan, dan sebagainya.

3.3. Perencanaan Persediaan4

1. Mempersiapkan rencana persediaan bahan pada tingkat agregat yang meliputi bahan baku, work in progress, dan produk akhir.

Salah satu cakupan dari fungsi perencanaan dan pengendalian produksi adalah perencanaan persediaan. Perencanaan persediaan terdiri atas beberapa kegiatan, yaitu:

2. Merencanakan persediaan untuk masing-masing item dengan memperhatikan

faktor skala ekonomis, waktu ancang-ancang pengadaan, ketidakpastian permintaan, dan tingkat pelayanan kepada pelanggan.

3.4. Bentuk Sistem Persediaan5

Secara umum, suatu sistem persediaan terbagi atas:

1. Sistem Sederhana

Sistem sederhana merupakan sistem persediaan berdasarkan atas input dan output. Adapun bentuk sistem sederhana pada persediaan dapat dilihat pada

Gambar 3.1.

4

Sukaria Sinulingga, Perencanaan dan Pengendalian Produksi, Yogyakarta, Graha Ilmu, 2009, h. 26-27


(53)

PERSEDIAAN Input

P(t)

Demand

D(t)

Output

W(t)

Gambar 3.1. Sistem Persediaan InputOutput

Gambar di atas menunjukkan sistem persediaan yang dipengaruhi oleh proses input dan proses output. P(t) adalah rata-rata material atau bahan yang

masuk ke dalam sistem persediaan pada saat t sedangkan W(t) adalah rata-rata material atau bahan keluar dari sistem persediaan. Output W(t) dipengaruhi oleh permintaan atau kebutuhan terhadap material atau bahan dengan rata-rata D(t) yang berasal dari luar perusahaan dan berada di luar kendali perusahaan. D(t) dapat dianggap sebagai variabel di laur kendali perusahaan walaupun terkadang dapat mempengaruhi permintaan dengan kebijaksanaan harga dan iklan atau kebutuhan akan suatu bahan dapat dikendalikan melalui proses produksi yang dijalankan. Rata-rata output W(t) akan sama dengan rata-rata permintaan D(t)

kecuali jika persediaan mengalami kekurangan dengan kata lain D(t) lebih besar dari P(t) atau yang disebut juga sebagai kondisi out of stock dan stockout.

Kekurangan yang timbul dapat dipenuhi dengan rush order (pemesanan mendadak). Bagi pihak supplier, rush order tentu tidak dapat diprediksi waktu dan jumlahnya. Oleh karena itu, rush order tentu harus dilakukan kepada supplier yang memiliki sistem dengan tingkat responsif yang tinggi. Tingkat responsif


(54)

yang tinggi didukung oleh sistem yang fleksibel yang mampu mengubah volume dari waktu ke waktu.

Proses input merupakan bagian dari sistem persediaan yang dapat

dikendalikan perusahaan melalui kebijaksanaan kapan dan berapa banyak pemesanan yang perlu dilakukan. Walaupun demikian, keterlambatan-keterlambatan pemenuhan pemesanan dari pemasok bisa saja terjadi sehingga rata-rata input aktual P(t) akan berdeviasi atau berbeda dari harapan perusahaan. 2. Sistem Berjenjang (Multi Echelon Inventory System)

Persediaan sistem berjenjang berasa di gudang pusat ke gudang wilayah ke gudang UPT dapat dilihat pada Gambar 3.2.

Gudang Pusat

Gudang Wilayah

Gudang UPT

Gambar 3.2. Sistem Persediaan Berjenjang

3.5. Tujuan Persediaan6

Divisi yang berbeda dalam industri manufaktur akan memiliki tujuan pengendalian persediaan yang berbeda, yaitu:


(55)

1. Pemasaran ingin melayani konsumen secepat mungkin sehingga menginginkan persediaan dalam jumlah yang banyak.

2. Produksi ingin beroperasi secara efisien. Hal ini mengimplikasikan order produksi yang tinggi akan menghasilkan persediaan yang besar (untuk

mengurangi setup mesin). Disamping itu juga produk menginginkan

persediaan bahan baku, setengah jadi atau komponen yang cukup sehingga proses produksi tidak terganggu karena kekurangan bahan.

3. Pembelian (purchasing), dalam rangka efisiensi, juga menginginkan

persamaan produksi yang besar dalam jumlah sedikit daripada pesanan yang kecil dalam jumlah yang banyak. Pembelian juga ingin ada persediaan sebagai pembatas kenaikan harga dan kekurangan produk.

4. Keuangan (finance) menginginkan minimisasi semua bentuk invenstasi

persediaan karena biaya investasi dan efek negatif yang terjadi pada perhitungan pengembalian asset (return of asset) perusahaan.

3.6. Fungsi Persediaan7

Fungsi utama persediaan yaitu sebagai penyangga, penghubung antar proses produksi dan distribusi untuk memperoleh efisiensi. Fungsi lain persediaan yaitu sebagai stabilisator harga terhadap fluktuasi permintaan. Lebih spesifik, persediaan dapat dikategorikan berdasarkan fungsinya sebagai berikut :

a. Persediaan dalam Lot Size

7


(56)

Persediaan muncul karena ada persyaratan ekonomis untuk penyediaan (replenishment) kembali. Penyediaan dalam lot yang besar atau dengan kecepatan sedikit lebih cepat dari permintaan akan lebih ekonomis. Faktor penentu persyaratan ekonomis antara lain biaya setup, biaya persiapan produksi atau pembelian dan biaya transpor.

b. Persediaan cadangan

Pengendalian persediaan timbul berkenaan dengan ketidakpastian. Peramalan permintaan konsumen biasanya diserti kesalahan peramalan. Waktu siklus produksi (lead time) mungkin lebih dalam dari yang diprediksi. Jumlah produksi yang ditolak (reject) hanya bias diprediksi dalam proses. Persediaan cadangan mengamankan kegagalan mencapai permintaan konsumen atau memenuhi kebutuhan manufaktur tepat pada waktunya.

c. Persediaan antisipasi

Persediaan dapat timbul mengantisipasi terjadinya penuruan persediaan (supply) dan kenaikan permintaan (demand) atau kenaikan harga. Untuk menjaga kontinuitas pengiriman produk ke konsumen, suatu perusahan dapat memelihara persediaan dalam rangka liburan tenaga kerja atau antisipasi terjadinya pemogokan tenaga kerja.

d. Persediaan pipeline

Sistem persediaan dapat diibaratkan sebagai sekumpulan tempat (stock point) dengan aliran diantara tempat persediaan tersebut. Pengendalian persediaan terdiri dari pengendalian aliran persediaan dan jumlah persediaan akan terakumulasi ditempat persediaan. Jika aliran melibatkan perubahan fisik


(57)

produk, seperti perlakuan panas atau perakitan beberapa komponen, persediaan dalam aliran tersebut persediaan setengah jadi (work in process). Jika suatu produk tidak dapat berubah secara fisik tetapi dipindahkan dari suatu tempat penyimpanan ke tempat penyimpanan lain, persediaan disebut persediaan transportasi. Jumlah dari persediaan setengah jadi dan persediaan transportasi disebut persediaan pipeline. Persediaan pipeline merupakan total investasi perubahan dan harus dikendalikan.

e. Persediaan lebih

Yaitu persediaan yang tidak dapat digunakan karena kelebihan atau kerusakan fisik yang terjadi.

3.7. Definisi Simulasi8

Simulasi dapat didefinisikan sebagai pengimitasian proses dan kejadian nyata. Imitasi dalam rangka penelitian, penyelidikan ataupun pengujian bersifat terbatas dan terfokus pada suatu aktivitas atau operasi tertentu dengan maksud untuk mengetahui karakteristik, keadaan dan hal-hal lainnya yang berkaitan dengan kehadiran dan keberadaan dari aktivitas dan peristiwa dalam bentuk nyata. Imitasi pada simulasi tidak menghasilkan sistem atau objek yang sama dan tidak bertujuan untuk menggandakan sistem atau objek.

Imitasi pada simulasi bertujuan untuk menghadirkan sistem nyata dalam bentuk maya melalui penggunaan tiruan dari komponen-komponen dan

8


(58)

strukturnya. Imitasi suatu keberadaan nyata pada prinsipnya tidak bersifat total menyeluruh melainkan terbatas untuk satu atau beberapa hal tertentu. Sebagai contoh, imitasi suatu perhiasan terbatas hanya untuk meniru warna dan kemilau dari logam emas, tidak termasuk bentuk, bahan dan komposisi dari perhiasan asli yang terbuat dari emas.

3.8. Tujuan Imitasi pada Simulasi9

Menurut pendefinisian pada berbagai kamus, kata simulasi diartikan sebagai cara mereproduksi kondisi dari suatu keberadaan dengan menggunakan model dalam rangka studi pengenalan atau pengujian atau pelatihan dan yang sejenis lainnya. Simulasi dalam bentuk pengolahan data merupakan imitasi dari proses dan inputnyata yang menghasilkan data outputsebagai gambaran karakteristik operasional dan keadaan pada sistem.

Imitasi dalam simulasi menghasilkan model representasi dari suatu proses atau operasi dan keadaan nyata. Model sebagai imitasi disusun dalam bentuk yang sesuai menyajikan sistem nyata atas hal-hal tertentu yang perlu direpresentasikan dengan maksud untuk menghadirkan tiruan dari kegiatan dan sistem nyata. Sebagai contoh, model sistem antrian sebagai imitasi dari sistem pelayanan disusun untuk menggambarkan posisi dari pelanggan di depan stasiun pelayanan.

Tujuan imitasi sistem nyata dengan menghadirkan elemen dan komponen tiruan adalah untuk peniruan fungsi dan hubungan nyata serta interaksi antar objek dan komponen nyata pada sistem tiruan. Komponen-komponen sistem tiruan hadir

9


(59)

dalam bentuk fungsi dan interaksi imitasi yang disajikan dalam bentuk rangkaian proses dalam aktivitas dan operasi sistem yang disimulasi. Operasi tiruan yang berlangsung dengan penggunaan data inputtiruan diperlukan untuk menghasilkan outputsebagai gambaran dari hasil operasi dan keadaan pada sistem yang

disimulasi.

3.9. Prinsip Dasar Simulasi10

Pada sistem nyata dalam dunia nyata, setiap komponen sistem hadir dengan bentuk hubungan dan interaksi antar komponen yang tidak berubah-ubah dalam aktivitas sistem yang berlangsung berkesinambungan dari waktu ke waktu. Berdasarkan hubungan dan interaksi yang beraturan serta fungsi komponen yang tidak berubah-ubah dalam aktivitas sistem yang sama, kehadiran suatu komponen dalam aktivitas sistem adalah khas dengan karakteristik tertentu. Sebagai contoh, fungsi mobil bus pada suatu sistem transportasi adalah khas sebagai sarana pengangkutan penumpang dari satu kota ke kota lainnya.

Dengan bentuk kehadiran dan fungsi komponen yang tidak berubah-ubah dalam aktivitas yang serupa, imitasi komponen atas suatu fungsi tertentu layak dilakukan pada pengoperasian sistem tiruan tanpa perubahan ataupun penyimpangan. Sebagai contoh, imitasi suatu sistem sebagai satu komponen dalam sistem produksi dapat dihadirkan dengan fungsi yang tidak berubah-ubah sebagai sarana produksi dengan batas kapasitas tertentu. Mesin dimaksud adalah tetap sebagai komponen sarana produksi dengan kapasitas efektif yang diprediksi

10


(60)

pada pengoperasian sistem. Kapasitas mesin atas fungsi yang sama dapat berubah, tetapi fungsi mesin adalah tetap dan tidak berubah sebagai sarana produksi.

Kehadiran komponen-komponen sistem dengan fungsi yang berubah-ubah merupakan dasar dari simulasi sistem dengan pengoperasian sistem tiruan. Pengoperasian sistem tiruan dapat berlangsung melalui imitasi fungsi komponen nyata dalam bentuk nilai dan persamaan pada proses pengolahan data inputtiruan sesuai dengan bentuk hubungan input-outputdalam operasi nyata.

Perumusan proses dan fungsi yang tidak berubah-ubah dalam aktivitas sistem merupakan dasar penyusunan model simbolik dan prosedur pengoperasian sistem tiruan. Penggunaan model-model simbolik untuk berbagai proses ataupun fungsi pada pengoperasian sistem tiruan dalam simulasi berlaku valid selama bentuk sistem dan susunan komponen serta bentuk dari hubungan dan interaksi dalam aktivitas sistem tidak mengalami perubahan.

3.10. Konsep Simulasi11

Simulasi sebagai proses pengolahan data dengan menggunakan rangkaian model-model simbolik pada pengoperasian sistem tiruan tidak mengharuskan dan tidak mengajukan penggunaan formula atau fungsi-fungsi dan persamaan tertentu sebagai model simbolik penyelesaian persoalan, tetapi sebaliknya simulasi yang terdiri dari tahapan-tahapan dan langkah-langkah pengolahan data haruslah dilengkapi dengan model-model simbolik yang sesuai memberikan hasil pengoperasian sistem tiruan dalam bentuk data output yang berguna untuk

11


(61)

penyelesaian persoalan. Simulasi juga tidak terikat dengan penggunaan model-model sistem acuan, tetapi memerlukan pemodel-modelan untuk menghasilkan model-model sistem dan model operasi sistem yang sesuai dengan tujuan penelitian atau penyelidikan.

Penyusunan model-model pada simulasi merupakan bentuk aplikasi dari teori, prinsip, dan pendekatan sistem. Model sistem dan model-model simbolik dafi fungsi atau proses serta prosedur pengoperasian sistem tiruan haruslah disusun sebagai perangkat lunak untuk penyelidikan dan analisis karakteristik sistem. Untuk itu, peniruan operasi sistem nyata dilakukan atas elemen-elemen yang berkaitan dengan aktivitas sistem, yaitu masukan, komponen-komponen sistem, hubungan dan interaksi antar komponen sistem, aturan-aturan, disiplin, dan ketentuan lainnya yang berlaku dalam aktivitas sistem. Solusi untuk menwujudkan keadaan yang lebih baik dapat diperoleh berdasarkan hasil analisis dan pengujian rancangan pengembangan serta perbaikan melalui simulasi sistem.

3.11. Imitasi Sistem12

Sistem dapat didefinisikan sebagai gabungan atau himpunan dari berbagai jenis objek selaku komponen-komponen dalam suatu kesatuan atau perpaduan berdasarkan hubungan interaksi dalam aktivitas sistem disebut entity. Entity hadir dengan atribut tertentu berupa dimensi, ciri-ciri dan karakteristik tertentu. Komponen tanpa atribut dalam suatu sistem dapat dianggap komponen bukan entity.

12


(62)

Kehadiran suatu sistem dalam bentuk perpaduan komponen tidak terlepas dari kehadiran-kehadiran komponen-komponen dalam aktivitas sistem. Dengan kehadiran komponen sebagai entity dengan atribut tertentu dalam aktivitas sistem, keberadaan sustu sistem adalah khas dalam bentuk hubungan dan fungsi. Dalam pandangan ini, kehadiran suatu sistem dapat dilihat terbatas sebagai perpaduan dari komponen-komponen dalam bidang tertentu. Sebagai contoh, kehadiran suatu sistem pelayanan dapat dipandang sebagai sistem antrian yang terdiri dari komponen-komponen maya yang berkaitan dengan terbentuknya baris antrian di depan stasiun pelayanan. Komponen-komponen utama sistem antrian yang berkaitan dengan terbentuknya baris antrian adalah rata-rata laju kedatangan dan rata-rata laju pelayanan.

3.12. Langkah-langkah Simulasi13

Adapun langkah-langkah dalam melakukan simulasi adalah sebagai berikut:

1. Formulasi Masalah

Pendefinisian masalah yang akan dipelajari meliputi pernyataan pemecahan masalah.

2. Membangun Model

Abstraksi dari sistem ke dalam hubungan matematis yang logis sesuai dengan formulasi masalah.

3. Akuisisi Data

13


(63)

Identifikasi, spesifikasi, dan pengumpulan data.

4. Menerjemahkan Model

Persiapan model untuk pemrosesan dengan komputer. 5. Verifikasi

Proses pembuktian bahwa program komputer berjalan sesuai dengan maksud yang diharapkan.

6. Validasi

Proses pembuktian bahwa ada keakuratan yang diinginkan atau hubungan antara model simulasi dan sistem nyata.

7. Perencanaan Taktis dan Strategis

Proses penentuan kondisi eksperimen yang akan digunakan pada model.

8. Eksperimen

Eksekusi model simulasi dengan kondisi eksperimen yang telah ditentukan untuk memperoleh nilai output.

9. Analisis Hasil

Proses analisis hasil simulasi untuk menarik kesimpulan dan membuat rekomendasi untuk pemecahan masalah.

10. Implementasi dan Dokumentasi

Proses mengimplementasikan hasil keputusan simulasi dan mendokumentasikan model dan kegunaannya.


(64)

3.13. Simulasi Dinamis14

Simulasi adalah eksperimentasi dengan model. Simulasi untuk bidang teknik desain, penelitian, dan pendidikan harus dengan cepat melakukan penelitian dalam berbagai model kemudian menyimpan dan mengakses sebuah hasil dengan volume yang besar. Ini secara praktis hanya berlaku pada model yang diprogram komputer.

Model sistem dinamis berkaitan dengan keadaan model dalam sistem ke keadaan sebelumnya. Fisika klasik, misalnya, memprediksi perubahan kuantitas menerus seperti posisi, kecepatan, atau tegangan dengan waktu terus-menerus. Simulasi sistem komputer seperti itu dimulai pada industri dirgantara dan sekarang sangat diperlukan dalam praktik biologi, kedokteran, dan agroteknologi maupun dalam semua bidang teknik. Pada saat yang sama, simulasi kejadian diskrit telah memperoleh kepentingan bisnis dan untuk perencanaan militer.

Simulasi berperan dengan baik apabila dikombinasikan dengan analisis matematis. tapi hasil simulasi sering dapat memberikan wawasan dan mungkin keputusan yang tepat di mana analisis yang tepat tidak praktis. Hal ini berlaku untuk pengendalian sistem awal dengan banyak optimasi.

15

14

Granino A. Korn, Advanced Dynamic System Simulation, Canada, A John Wiley & Sons, Inc, 2007, h. 1.

15

Peter E. Wellstead, Introduction to Physical System Modeling, London, Academic Press LTD, Pertama-tama seseorang dapat menyatakan bahwa banyak dari pemodelan sistem lebih dianggap sebagai seni dibandingkan pencarian hal ilmiah. Hal ini berarti terdapat satu sisi bahwa hanya beberapa aspek dari subjek yang


(65)

bisa diajarkan . Hal yang lebih signifikan adalah implikasi bahwa istilah pemodelan akan memiliki banyak sekali makna. Sebagai contoh,seorang analis sistem kontrol akan menafsirkan sebuah sistem model seperti abstraksi matematika dari segi persamaan diferensial. Dalam hal lain lebih jauh ditafsirkan seorang insinyur prototipe menilai model dalam arti klasik dari sebuah replika skala dari sistem ini.

Keragaman dalam penilaian dapat dijelaskan oleh klasifikasi model sepanjang garis yang ditampilkan pada Gambar 3.3. Tingkat paling heuristik adalah model intuitif ini sering terdapat pada pikiran insinyur sebagai konsepsi pribadi dari sistem. Sesuatu model membutuhkan keberadaan fisik atau substansi matematika. Pada tingkat perbedaan yang lebih nyata (Gambar 3.3.) dapat dibuat antara model-model yang ditujukan untuk analisis dan pengendalian rancangan dan penggunaan untuk penyelidikan yang rinci dari sifat dasar dalam sistem.

Model dinamis adalah nama umum untuk model sistem matematika yang ada sebagai seperangkat prinsip diferensial yang digabungkan untuk mengubah persamaan. Mereka digunakan dalam analisis teoritis perilaku sistem dan rekonfigurasi berikutnya pada desain sistem dan pengendali sistem. Klasifikasi ini berisi prinsip dalam dua bentuk model, yaitu sebagai berikut:

1. Analisis model dinamis, model yang diperoleh dengan analisis sistem fisik pada tingkat dasar, namun melibatkan perkiraan yang cukup untuk menyederhanakan model untuk bentuk persamaan diferensial.

2. Identifikasi model dinamis adalah hal-hal yang diperoleh dari statistik inferensi pada perilaku yang diamati sistem fisik. Bentuk model yang


(66)

mengarah ke jenis ini identik dengan deskripsinya seperti halnya analisis dinamis. Perbedaannya terletak pada modus mendapatkan persamaan gerak yang dapat dilihat pada Gambar 3.3.

MODEL BERDASARKAN INTUISI MODEL SIMULASI KOMPUTER SIMULASI MODELS SKALA SIMULASI MODEL

Perolehan analisis fisik

MODEL DINAMIS

Model untuk

perancangan dan analisis kendali

Perolehan replikasi observasi dan penarikan kesimpulan

Arahan dari penurunan taksiran

DINAMIS ANALISIS MODEL DINAMIS IDENTIFIKASI MODEL SISTEM AKTUAL

Menunjukkan jenis dari simulasi dan model

dinamis

Menunjukkan bentuk dari model berdasarkan

intuisi Model untuk investigasi

empiris berdasarkan properti

Gambar 3.3. Hubungan antara Berbagai Jenis Model

Model simulasi adalah istilah yang digunakan untuk memasukkan semua bentuk model secara eksplisit yang ditujukan untuk menyelidiki fitur-fitur dasar secara fenomenal dari sistem atau proses. Klasifikasi ini terdiri atas model, yaitu sebagai berikut:

1. Model simulasi komputer, dimana secara tepat dan rinci akan dianalisis sistem mengarah ke formulasi perilaku matematika yang dapat diimplementasikan di komputer analog atau digital. Seperti simulasi cenderung sangat kompleks di


(67)

alam yang melibatkan banyak kerumitan yang akan dihilangkan dari model dinamis.

2. Skala model simulasi. Beberapa fenomena begitu kompleks menentang analisis yang bermanfaat. Untuk mensimulasikan proses seperti itu merupakan praktek umum untuk membangun replika fisik proses yang diteliti dengan skala dimensi yang sesuai. Skala simulasi seperti berbagai desain dan kondisi operasional untuk dipelajari dalam lingkungan yang terkendali yang sering ada di tingkat yang lebih realistis daripada bentuk model yang akan diizinkan.

Hal tersebut harus ditekankan bahwa pemisahan yang diberikan di atas dan yang diilustrasikan pada Gambar 3.3. adalah untuk tingkatan perubahan. Memang ada hubungan menyilang kuat antara model-model simulasi model dinamik pada setidaknya dua tingkat. Pertama perbedaan antara model-model komputer simulasi dan analisis dinamis hanya ada di tingkat pendekatan yang terlibat. Kedua model yang diperoleh oleh analisis dari hukum-hukum fisika yang mendasari sistem, tetapi di mana model simulasi akan hanya menangkap kunci dinamis fitur dalam bentuk yang telah disederhanakan. Kedua, dan dalam tujuan yang sama, model skala dan identifikasi model adalah saling berhubungan, karena keduanya berasal dari proses pengamatan dan replikasi asli sistem untuk penampilan dan perilaku masing-masing.

Model simulasi dan model dinamik saling terkait dan tergabung pada titik tertentu. Faktor yang memisahkan keduanya adalah tingkat pendekatan yang terlibat. Model simulasi pada umumnya melibatkan perkiraan paling sedikit sedangkan model dinamis dapat berisi ringkasan-ringkasan kasar namun


(68)

mencakup fitur tertentu. Dalam kasusnya, pemesanan dengan teknik dapat dibuat seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 3.3. oleh arah penurunan pendekatan mulai dari intuisi melalui sistem sebenarnya.

3.14. Powersim16

Powersim adalah salah satu software untuk simulasi model sistem dinamis.

Jadi, Powersim hanyalah merupakan alat (tool) untuk mempermudah simulasi

model sistem dinamis. Perlu ditegaskan di sini bahwa menggunakan software Powersim tidak berarti dengan sendirinya menggunakan metodologi sistem

dinamis. Sistem dinamis dapat disimulasikan dengan berbagai jenis software, termasuk dengan software spreadsheet, misalnya Excel.

Software-software yang didisain untuk membuat simulasi model sistem

dinamis, sampai saat ini tersedia di pasar adalah : Dynamo, Vensim, Stella, I-think, Powersim. Masing-masing software ini mempunyai versi yang beragam, sesuai

dengan perkembangannya. Software yang akan dipakai untuk pengenalan simulasi sekarang ini adalah Powersim Constructor. Langkah-langkah dalam menggunakan powersim adalah sebagai berikut:

1. Dari start menu. Klik start→geser kursok ke Programs→geser cursor ke Powersim→klik Constructor dengan ikon

2. Dari desktop komputer. Klik 2 kali, ikon di atas. Kemudian akan muncul di layar yang dapat dilihat pada Gambar 3.4.


(69)

Gambar 3.4. Tampilan AwalPowersim Constructor

3. Untuk memudahkan pengoperasian powersim, ada baiknya diketahui terlebih dahulu tools apa saja yang terdapat di dalamnya yang dapat dilihat pada Gambar 3.5.


(70)

3.15. Komponen Powersim17

Dalam simulasi menggunakan powersim terdapat besaran-besaran pokok

yang terdiri atas variabel-variabel. Variabel dalam powersim yang digunakan adalah variabel level, variabelrate, variabel auxiliary, dan variabel constant.

1. Level

Level merupakan variabel yang menyatakan akumulasi dari sejumlah benda

(nouns) seperti orang, uang, inventori, dan lain-lain terhadap waktu. Level dipengaruhi oleh variabel ratedan dinyatakan dengan simbol persegi panjang. Pada bagian bawah simbol variabel level menunjukkan nama variabel level tersebut. Adapun ikon dan label level dapat dilihat pada Gambar 3.6.

a b

Gambar 3.6. Ikon Level (a) dan Label Level (b)

2. Rate

Ratemerupakan suatu aktivitas, pergerakan (movement), atau aliran yang

berkontribusi terhadap perubahan per satuan waktu dalam suatu variabel level. Ratemerupakan satu-satunya variabel yang mempengaruhi variabel level.

Dalam Powersim simbol ratedinyatakan dengan kombinasi antara flow dan

auxiliary. Simbol ini harus terhubung dengan sebuah variabel level. Adapun

ikon dan label rate dapat dilihat pada Gambar 3.7.

17


(71)

a b

Gambar 3.7. Ikon Rate (a) dan Label Rate (b)

3. Auxiliary

Auxiliary merupakan variabel tambahan untuk menyederhanakan hubungan

informasi antara level dan rate. Seperti variabel level, variabel auxiliary juga

dapat digunakan untuk menyatakan sejumlah benda (nouns). Simbol auxiliary dinyatakan dengan sebuah lingkaran. Adapun ikon dan label auxilary dapat dilihat pada Gambar 3.8.

a b

Gambar 3.8. Ikon Auxilary (a) dan Label Auxilary (b)

4. Constant

Constant merupakan inputbagi persamaan ratebaik secara langsung maupun

melalui auxiliary. Constant menyatakan nilai parameter dari sistem nyata.

Simbol constant dinyatakan dengan segi empat.Selain keempat variabel di atas, dikenal pula istilah snapshot dalam software Powersim Studio. Snapshot adalah sebuah simbol variabel dengan sebuah extra set of corners yang menunjukkan representasi dari sebuah variabel yang sama dan telah ada pada simulasi.


(72)

Snapshot digunakan untuk melakukan link antar semua sub model agar dapat

menjadi sebuah main model yang utuh. Snapshot juga dapat digunakan sebagai connector saat melakukan simplifikasi main model menjadi beberapa sub

model dengan melakukan blocking. Adapun ikon dan label constant dapat

dilihat pada Gambar 3.9.

ab c d

Gambar 3.9. Ikon Constant (a), Ikon Snapshot(b), Label Constant (c), dan Label Snapshot Constant (d)

3.16. Persamaan Simulasi Dinamis18

Dalam proses simulasi, perhitungan persamaan dilakukan setahap demi setahap terhadap waktu. Pertambahan waktu yang kontinyu, dipecah-pecah dalam interval waktu yang pendek dan sama besar. Menurut Tasrif (2004), persamaan model sistem dinamis merupakan persamaan discrete differential. Sistem persamaan tersebut memiliki bentuk umum sebagai berikut:

L= L+ PL ... (1) PL= f (L) ... (2)

Persamaan (1) menyatakan nilai variabel level (L) pada saat sekarang (Lsk)

adalah sama dengan nilai variabel L pada saat sebelumnya (Lsb) ditambah dengan


(73)

perubahan nilai variabel L dari sebelumnya sampai sekarang (PLsb→sk). Persamaan

(2) menyatakan bahwa perubahan nilai variabel L dari sebelumnya (sb) sampai sekarang (sk), PLsb→sk merupakan suatu fungsi dari nilai variabel sebelumnya

(Lsb). Apabila interval waktu antara sb→sk dinyatakan sebagai Δt, dan dipilih

cukup kecil, maka perilaku L terhadap waktu mendekati perilaku suatu sistem kontinu.

Dalam formulasi pemodelan sistem dinamis digunakan operasi aritmatika yang dapat dilihat Tabel 3.1.

Tabel 3.1. Simbol Operasi Aritmatika No. Simbol Keterangan

1. + Penjumlahan

2. – Pengurangan

3. * Perkalian

4. / Pembagian

5. ^ Perpangkatan

6. () Pengelompokkan

Dalam simulasi dinamis, urutan komputasi simulasi dapat dilihat pada Gambar 3.10.


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)