dilakukan pengkajian melalui berbagai kriteria seperti kejelasan, ketelitian, ketepatan, reliabilitas, kemamputerapan, bukti-bukti lain yang mendukung,
argumentasi yang digunakan dalam menyusun kesimpulan, kedalaman, keluasan, serta dipertimbangkan kewajarannya.
Summary of critical thinking: determine the facts of a new situation or subject without prejudice; place these facts and information in a pattern so
that you can understand them; accept or reject the source values and conclutions based upon your experience, judgment, and beliefs. Popescu
Morgan, 2007
Artinya ringkasan dari berpikir kritis yaitu menentukan fakta-fakta dari situasi baru atau subjek tanpa prasangka, menempatkan fakta-fakta berikut informasinya
dalam suatu pola, sehingga kamu dapat memahaminya, menerima atau menolak sumber nilai-nilai dan kesimpulan-kesimpulan berdasar pengalaman, penilaian,
dan keyakinan.
2.5.2 Komponen Berpikir Kritis
Menurut Duldt-Battery BW 1997, kesepakatan yang diperoleh dari hasil lokakarya American Philosophical Association APA, 1990 tentang komponen
keterampilan intelektual yang diperlukan pada berpikir kritis antara lain interpretation, analysis, evaluation, inference, dan explanation.
Berdasarkan hasil lokakarya American Philosophical Association APA, 1990 yang ditulis oleh Duldt-Battery BW 1997, komponen penilaian untuk
kemampuan berpikir kritis antara lain : 1 menjelaskan explanation
2 menganalisis analysis 3 menyimpulkan inference
4 menerjemahkan interpretation 5 menilai evaluation
Menurut Wijayanti et al. 2009: 315, salah satu faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan kemampuan berpikir kritis adalah interaksi antara
pengajar dengan siswa. Siswa memerlukan suasana akademik yang memberikan kebebasan dan rasa aman bagi siswa untuk mengekspresikan pendapat dan
keputusannya selama berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran. Salah satu komponen berpikir kritis yang perlu dikembangkan adalah
keterampilan intelektual. Kemampuan intelektual merupakan seperangkat keterampilan yang mengatur proses yang terjadi dalam benak seseorang. Berbagai
jenis keterampilan dapat dimasukkan sebagai keterampilan intelektual yang menjadi kompetensi yang akan dicapai pada program pengajaran. Keterampilan
tersebut perlu diidentifikasi untuk dimasukkan baik sebagai kompetensi yang ingin dicapai maupun menjadi pertimbangan dalam menentukan proses
pengajaran. Wijayanti et al., 2009: 315 Phillips Bond 2004 menyatakan bahwa berpikir kritis telah menjadi salah
satu kompetensi dari tujuan pendidikan di banyak Negara. Pendidikan di Amerika menjadikan berpikir kritis sebagai salah satu sasaran yang ingin dicapai dan
dimuat dalam Goals 2000: Educate America Act of 1990. Menurut Bassham et al 2005, selama menempuh pendidikan, berpikir kritis
dapat membantu siswa dalam meningkatkan pemahaman materi yang dipelajari dengan mengevaluasi secara kritis argumen pada buku teks, jurnal, teman diskusi,
termasuk argumentasi guru.
Soal-soal yang diberikan pada penelitian ini mencakup kelima komponen penilaian untuk kemampuan berpikir kritis yaitu menjelaskan explanation,
menganalisis analysis,
menyimpulkan inference,
menerjemahkan interpretation, dan menilai evaluation. Soal yang diberikan juga disusun
berdasarkan ketiga jenjang taksonomi Bloom yaitu memahami, menerapkan, dan menganalisis.
2.6 Metode Konsep Bertingkat pada Pembelajaran Materi