Dalam perkara Nomor. 184pdt.G2011PA.Dpk hakim memiliki

membahas secara rinci dan belum ada kejelasan tentang siapa yang paling berhak dalam hal mengasuh anak ketika anak tersebut belum mumayyiz. 3. Sering diadakanya Penyuluhan Pernikahan, baik di tingkat RTRW, sekolah, yayasan, maupun dalam kegiatan-kegiatan lainya yang bertujuan terutama untuk menghindari pernikahan dini yang acap kali sering dan banyak menimbulkan perceraian. Karena hadhanah itu sendiri timbul akibat perceraian yang terjadi, sehingga dampak dari perceraian itu tidak lain adalah anak. Dan anak tersebut belum mumayyiz akan menjadi terganggu mental nya, kenyamanan nya, dan kebahagiaanya, karena pasti anak tersebut akan hidup dengan kondisi terpisah dari salah satu orang tua nya. DAFTAR PUSTAKA Al-Quran dan Terjemahanya, Jakarta, kementrian Agama RI, Yayasan Penyelenggara PenterjemahPentafsir Alquran, 2009 Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, Jakarta: Akademika pressindo, 2007 Abdul Aziz Dahlan, Ensiklopedi Hukum Islam, Jakarta: Ikhtiar Baru Van Hoepe, 1999, Abd.Rahman Ghazaly, Fiqh Munakahat, Jakarta, Kencana, 2006, j.192. Abi Daud Sulaiman bin al- Asy’asy as-Sajastani al-Azdiry, Sunan Abi Daud, Qahirah: Dar al-Hadis, 1988, Juz II. Abu Malik Kamal bin As-sayyid Salim, sahih fikih sunnah; penerjemah, Khairul Amru Harahap, faisal soleh. Cet. 1, Jakarta: pustaka Azzam, 2007 Agus Abdullah, hasil wawancara Hakim, PA Jakarta Selatan, 21 september 2015 Ahmad Rafiq, Hukum Islam di Indonesia, Jakarta: Rajawali Pers, 1998 Amiur Nuruddin dan Azhari Akmal Tarigan, Hukum perdata islam di Indonesia, Jakarta: Kencana, 2012 Amir Syarifudin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia antara Fiqh Munakahat dan UU Perkawinan, Jakarta: Kencana, 2006 Asaf A.A. fyzee, Outline of Muhammad Law, London:Oxford University Press, 1995, cet. II. Hasan Ayyub, Syaikh, fikih keluarga, cet-4 Jakarta, Pustaka Al-Kautsar, 2005 Hasbi Ash-Shidieqiy, peradilan dan Hukum acara Islam, Yogyakarta, PT Ma’arif September 1994 H.A. Fuad Said, perceraian menurut hukum islam, Cetakan Pertama Jakarta, Pustaka Al-Husna , 1994 H.S.A. Al-hamdani,Risalah Nikah Hukum Perkawinan Islam. Jakarta, Pustaka Amani, 2002. Iin Tri Rahayu, Tristiadi Ardi Ardani, Observasi dan Wawancara, ,Ed-1, Cet- Malang: Bayu Media Publishing, 2004 Lexi Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya, 2005, Cet. XXI M. Jawad Mughniyah, Fikih Lima Mazhab, Cet.17, Jakarta: lentera, 2006 M. Yahya Harahap, Hukum Perkawinan Nasional, Medan: Zahir Trading, 1975 Mesraini, fiqh Munakahat Cet:1 Jakarta ,Pusat Studi Dan Pengembangan Pesantren, Agustus 2008 Neng Djubaedah, dkk, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, Jakarta: PT. Hecca Utama, 2005 Peter Muhammad Marzuki, Penelitian Hukum, Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2008 . Peunoh Daly, Hukum Perkawinan Islam, Jakarta:Bulan Bintang, 2005 Rusyd, Ibnu. Bidayatul MujtahidAnalisa Fiqih para Mujtahid, penerjemah, Drs. Imam Ghazali Said Drs. Achmad Zaidun. Jakarta: Pustaka Amani,2007 Samiaji Sarosa, penelitian Kualitatif Dasar-Dasar, Cet-1 Jakarta: permata puri media, 2012. Satria Effendi M.Zein, Problematika Hukum Keluarga Islam Kontemporer Jakarta: Kencana, 2010. Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah jild 2, Penerjemah: Asep Sobari dkk Jakarta: Al- I’tishom, 2008. Sayid Sabiq, Fiqh Sunnah Terjemahan, Cet I, jilid 3, Jakarta: Pena Pundi Aksara, 2006 Seperti dalam satu hadis yang diriwayatkan oleh ibnu Umar.Lihat dalam sulayman ibn Asy’ats Abu Dawud al-Sijistani, Sunan Abu Dawud, Beirut: Dar al Fikr, tt, juz I. UU No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak, Bandung: PT. Citra Umbara , 2003. Wahbah al Zuhaili, Al-Fiqh Islam Wa Adillatuhu juz VII, Damaskus: Daar Al- Fikr,1984 Zainuddin Ali, Hukum Perdata Islam, Jakarta: Sinar Grafindo, 2006 PEDOMAN WAWANCARA HAKIM Nama : Drs. Agus Abdullah, M.H Jabatan :Hakim Pengadilan Agama Depok 2007-2012, Jakarta Selatan 2012-sekarang 1. Menurut Bapak apa pengertian hadhanah? 2. Bagaimana proses penyelesaian perkara hadhanah di Pengadilan Agama? Dan berapa lama proses hadhanah itu selesai sampai putusan dibacakan? 3. Dalam perkara hadhanah siapa yang berhak mendapatkan hak asuh anak hadhanah ? 4. Apa saja hambatan dalam penyelesain kasus hadhanah yang selama ini terjadi di Pengadilan Agama? 5. Bagaiman posisi kasus perkara No: 184Pdt.G2011PA.Dpk tentang hadhanah berbeda dengan perkara hadhanah yang lain? 6. Bukti apa saja yang ditunjukan oleh pemohon yang mengajukan hak asuh anak jatuh pada Pemohon, bukan pada termohon? Dan landasan dalilnya atau perundang- undangnnya 7. Menurut bapak hakim, faktor-faktor apa saja yang dapat menyebabkan hak hadhanah anak diberikan kepada Pemohon Suami, bukan kepada Termohon ibu? 8. Para ulama Fiqh berbeda pendapat mengenai batasan usia anak yang belum mumayyiz, lalu menurut bapak hakim, kapan seorang anak itu dapat dikatakan belum mumayyiz dan mumayyiz? 9. Bagaimanakah landasan dan pertimbangan majlis hakim dalam menetapkan hak asuh anak hadhanah kepada Pemohon Suami dalam putusan nomor: 184Pdt.G2011PA.Dpk ? 10. Bagaimana ijtihad yang digunakan majlis hakim dalam memutus perkara nomor: 184Pdt.G2011PA.Dpk tentang jatuhnya hak asuh anak kepada pemohon atau Suami? 11. Bolehkan dalam memutus perkara tentang hadhanah hakim menyimpangi pasal 105 huruf a? Jika boleh apa landasan hukumnya? 12. Bagaimana segi persamaan dan perbedaan perkara hadhanah dalam fiqh klasik dengan peraturan perundang-undangan di Indonesia? HASIL WAWANCARA HAKIM Nama : Drs. Agus Abdullah, M.H Jabatan :Hakim Pengadilan Agama Depok 2007-2012, Jakarta Selatan 2012-sekarang 1. Tanya: Menurut Bapak apa pengertian hadhanah? Jawab: Menurut saya, Hadhanah itu ialah pendidikan dan pemeliharaan anak sejak lahir sampai sanggup berdiri sendiri mengurus dirinya yang dilakukan oleh kerabat anak itu. Terutama diberikan kepada ibu, kecuali ada hal lain yang menyebabkan hak asuh beralih kepada selain ibu, dan selebihnya bisa dilihat dalam buku rujukan lainya. 2. Tanya: Bagaimana proses penyelesaian perkara hadhanah di Pengadilan Agama? Dan berapa lama proses hadhanah itu selesai sampai putusan dibacakan? Jawab: Dalam proses persidangan tidak ada patokan khusus dalam proses penyelesaian perkara hadhanhah, akan tetapi Mahkamah Agung memberikan batasan maksmal proses penyelesaian perkara itu selama 6 bulan apabila tidak selsai maka Mahkamah Agung melaporkan ke atasanya berikut alasanya atasan disini adalah atasan dari pengadilan agama yakni pengadilan tinggi agama

3. Tanya: Dalam perkara hadhanah siapa yang berhak mendapatkan hak asuh anak

hadhanah ? Jawab: Dalam Kompilasi Hukum Islam pasal 105 huruf a sudah dijelaskan bahwa hak asuh anak yang belum mumayyiz adalah hak ibunya.

4. Tanya: Apa saja hambatan dalam penyelesain kasus hadhanah yang selama ini terjadi

di Pengadilan Agama? Jawab: Adapun hambatan nya adalah yang pertama apabila ibu dan ayah sama-sama menghendaki dalam keinginanya untuk memelihara anak tersebut, maka hakim harus memutus dengan berdasarkan aturan yang berlaku dan kedua berdasarkan kemaslahatan. Namun sekarang ada yurisprudensi Mahkamah Agung Nomor: 110 KAG2007 tanggal 7 Desember 2007 menyatakan bahwa masalah utama dalam hadhanah adalah kemaslahatan dan kepentingan anak bukan semata-mata yang secara normatif paling berhak dan sesuai pula dengan Undang-Undang Nomor: 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak. jadi tidak secara mutlak hadhanah ditetapkan kepada ibu.

5. Tanya: Bagaiman posisi kasus perkara No: 184Pdt.G2011PA.Dpk tentang

hadhanah berbeda dengan perkara hadhanah yang lain? Jawab: pertama mengingat selama ini dalam duduk perkara anak bersama dengan ayahnya, dan ibu tidak keberatan jika anaknya diasuh oleh ayahnya kemudian didukung juga oleh yurisprudensi Mahkamah Agung Nomor: 110 bahwasanya hak asuh anak lebih diutamakan demi kemaslahatan anak itu sendiri. Karena memang anak tersebut sudah tinggal bersama ayahnya.

6. Tanya: Bukti apa saja yang ditunjukan oleh pemohon yang mengajukan hak asuh

anak jatuh pada Pemohon, bukan pada termohon? Dan landasan dalilnya atau perundang-undangnnya? Jawab: Adapun bukti-bukti nya yaitu Akta kelahiran, saksi-saksi terkait yang memberikan penjelsanya, bagaimana sikap ayahnya terhadap anak-anak nya yang terbukti sangat menyayanginya dan semangat dalam memeliharanya, sehingga ayah ditetapkan sebagai pengasuh anak, dan hakim dapat menguatkan kehendak daripada pemohon itu, disamping anak selama ini tinggal dengan pemohon, Dan istri tidak keberatan. Adapun landasan hukum nya yakni yurisprudensi Mahkamah Agung Nomor: 110 KAG2007 tanggal 7 Desember 2007

7. Tanya: Menurut bapak hakim, faktor-faktor apa saja yang dapat menyebabkan hak

hadhanah anak diberikan kepada Pemohon Suami, bukan kepada Termohon ibu? Jawab: pertama, kalo hakim karena diminta. Kedua tak ada larangan aturan yang melarang hak tersebut, kemudian hakim bisa kontralegem, yakni dapat melawan putusan, dapat melawan undang-undang selama putusan hakim itu meberikan kemaslahatan, karna tujuan hakim itu meberikan keadilan dan memberkan kepastian hukum.

8. Tanya: Para ulama Fiqh berbeda pendapat mengenai batasan usia anak yang belum

mumayyiz, lalu menurut bapak hakim, kapan seorang anak itu dapat dikatakan belum mumayyiz dan mumayyiz? Jawab: KHI diciptakan dan diramu oleh berbagai kitab ulama terdahulu. Dan dikaji dari berbagai puluhan kitab kuning Dan dituangkan dalam satu kesepakatan yaitu KHI, dan distu disebutkan bahwa mumayyiz itu adalah 12 tahun, dibawah itu belum mumayyiz, karena kesepakatan bersama akan lebih mendekati kebenaran daripada pendapat pribadi.

9. Tanya: Bagaimanakah landasan dan pertimbangan majlis hakim dalam menetapkan

hak asuh anak hadhanah kepada Pemohon Suami dalam putusan nomor: 184Pdt.G2011PA.Dpk ? Jawab: Bisa dilihat dalam pertimbangan-pertimbangan hakim yang tertuang dalam putusan.

10. Tanya: Bagaimana ijtihad yang digunakan majlis hakim dalam memutus perkara

nomor: 184Pdt.G2011PA.Dpk tentang jatuhnya hak asuh anak kepada pemohon atau Suami? Jawab: Dalam kasus ini hakim tidak ber ijtihad akan tetapi Majlis Hakim hanya mengikuti aturan yang berlaku yakni yurisprudensi Mahkamah Agung, karena yurisprudensi MA itu dapat dijadikan landasan hukum bagi hakim dalam mnjatuhkan suatu putusan, jadi hakim disini tidak perlu berijtihad lagi

11. Tanya: Bolehkan dalam memutus perkara tentang hadhanah hakim menyimpangi

pasal 105 huruf a? Jika boleh apa landasan hukumnya? Jawab: boleh, istilah hukum itu disebut kontralegem. Hakim memutus keluar dari aturan yang berlaku, dan itu dibenarkan selama putusan hakim itu memberikan kemaslahatan dan keadilan serta kepastian hukum.

12. Tanya: Bagaimana segi persamaan dan perbedaan perkara hadhanah dalam fiqh

klasik dengan peraturan perundang-undangan di Indonesia? Jawab: bahwasanya fiqh klasik itu sehebat apapun fiqh itu dan itu benar-benar hebat bahwa para ulama fiqh semuanya bersandarkan pada hadist Nabi bahwa ibu lah yang paling berhak mengasuh anak selama anak itu belum mumayyiz, dan selama anak itu sudah mumayyiz maka anak dipersilahkan untuk memilih kepada siapa anak itu akan tinggal, dan menurut peraturan perundang-undanganya UU perlindungan anak, yakni diserahkan kepada hak anak juga, karena kita PA hukum acaranya khusus, KHI diberlakukan, UU perlindungan anak juga diberlakukan. Maka kami kutip juga UU tentang perlindugan anak No: 23tahun 2002. Adapun kesimpulan dalam perbedaan antara UU dan dalam fiqh klasik yakni, dalam UU perlindungan anak orang tua mempunyai hak yang setara dan sama untuk mengasuh dan memelihara anak sedangkan hak pengasuhan anak pada hukum Islam diberikan secara eksplisit kepada ibunya pasca perceraian. Halaman 1 dari 21 hal, Putusan Nomor : 184Pdt.G2011PA.Dpk P U T U S A N Nomor : NOMOR PERKARA BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Depok yang memeriksa dan mengadili perkara Perdata tertentu cerai talak pada tingkat pertama telah menjatuhkan putusan seperti terurai di bawah ini dalam perkara antara : NAMA PEMOHON , umur 39 tahun, agama Islam, pekerjaan karyawan swasta, tempat tinggal di ALAMAT Kota Depok, selanjutnya di sebut Pemohon; M e l a w a n NAMA TERMOHON , umur 29 tahun , agama Islam, pekerjaan - tempat tinggal di ALAMAT , Kota Depok selanjutnya di sebut Termohon ; Pengadilan Agama tersebut ; Telah memeriksa berkas perkara yang bersangkutan ; Telah mendengar keterangan Pemohon dan Termohon; Telah memeriksa bukti-bukti dalam persidangan ; TENTANG DUDUK PERKARANYA Bahwa Pemohon dengan suratnya tertanggal TANGGAL telah mengajukan permohonan cerai talak terhadap Termohon ke Pengadilan Agama Depok, yang kemudian terdaftar dalam register sebagai perkara Nomor : NOMOR PERKARA , tanggal TANGGAL dengan mengajukan hal-hal yang pokoknya sebagai berikut ;

1. Bahwa pemohon adalah suami sah Termohon, yang pernikahanya dilaksanakan pada

tanggal TANGGAL , di Kantor KUA Kecamatan Pancoran Mas, Kota Depok, kutipan akta nikah nomor : NOMOR tanggal TANGGAL , yang dikeluarkan oleh Kantor urusan Agama KUA Kecamatan Pancoran Mas, Kota Depok;

2. Bahwa selama berumah tangga antara Pemohon dan Termohon telah bergaul bagai

mana layaknya suami istri ba’dadukhul da telah dikaruniai 2Dua orang anak bernama : a. NAMA ANAK , perempuan lahir tanggal 8 Mei 2004; b. NAMA ANAK , laki-laki lahir tanggal 02 Juni 2005;