Subyektivasi Negatif, atau Interpelasi Ideologis

nampaklah apa yang ia sebut sebagai “sains Marxis” yang mencakup dua domain, yakni materialisme historis dan materialisme dialektis. 213 Perbedaan antara materialisme historis yang sering juga dise- but Althusser sebagai “sains Marxis tentang sejarah” dan material- isme dialektis yang juga disebut sebagai “ilsafat Marxis” 214 meletak pada obyeknya. 215 Obyek materialisme historis, sebagai sains tentang sejarah, mencakup mode produksi dan transformasi atasnya yang terge- lar secara historis, sementara obyek materialisme dialektis adalah produksi pengetahuan. Karena obyek analisis materialisme dialektis ialah gagasan, maka ia merupakan bidang kajian yang bertujuan untuk membersihkan sains dari ideologi. 216 Sementara materialisme historis membantu membuang ideologi borjuis dengan menyediakan analisis tentang mode produksi dan reproduksi kapital yang konkret dalam sejarah. Jika materialisme historis adalah sains tentang konstelasi so- sio-historis konkret, maka materialisme dialektis merupakan sebuah praktik berilsafat yang bertujuan membongkar kedok ideologis pada tataran teoretik. Maka Althusser menulis: “Di jantung teori Marxis, terdapat sebuah sains” dan “sebuah praktek berilsafat yang baru.” 217 Dengan kata lain, baik materialisme historis maupun dialektis sama- sama hendak memperjuangkan pembebasan dari ideologi, hanya saja yang pertama bekerja pada aras non-teoretik sementara yang kedua sebaliknya. Sampai di sini kita dapat mengatakan bahwa sains Marxis dalam kedua bentuknya merupakan suatu sains tentang imanensi. Alasannya adalah karena apa yang ditolak oleh keduanya ialah ideologi yang, seperti telah kita lihat, tak lain merupakan suatu internalisasi transendensi melalui interpelasi yang mengambil medium yang-lain. 213. Ibid., hlm. 19. 214. Lih. Louis Althusser, The Humanist Controversy and Other Writings, Op.Cit., hlm. 11. 215. Louis Althusser, Philosophy and The Spontaneous Philosophy of The Scientists, and Other Essays Op.Cit., hlm. 8. 216. “[…] raison d’être of the dialectical materialism was precisely to furnish principles that enable us to distinguish ideology from science, thus to unearth the traps of ide- ology, in interpretations of historical materialism as well.” Ibid., hlm. 13. 217. Louis Althusser, Filsafat sebagai Senjata Revolusi diedit oleh Darmawan Yogya- karta: Resist Book, 2007, hlm. 74. Dan Althusser tak pernah ragu-ragu untuk mengkritik transendensi yang baginya “hanyalah nama ilsafat untuk kemerdekaan borjuis.” 218 Per- soalan apakah sains tersebut berhasil sebagai sains imanensi, kita ma- sih mungkin meragukan itu. Apalagi tatkala Althusser kembali pada kategori “perjuangan kelas” dan menulis bahwa “sejarah sesungguh- nya tidak memiliki Subyek, melainkan sebuah motor: yakni perjuangan kelas belaka.” 219 Dengan kembali pada konsep kelas—yang mau tak mau terkonstitusi melalui subyektivasi yang, telah kita lihat, merupa- kan hasil interpelasi ideologis, atau dengan kata lain, hasil internal- isasi transendensi—Althusser terjebak pada tradisi ilsafat transen- densi yang ia kritik sendiri. Dengan demikian, subyektivasi imanen sub- yektivasi oleh diri sendiri dan bukan hasil internalisasi transendensi tetaplah merupakan ideal yang belum sepenuhnya direalisasikan Al- thusser. Itulah sebabnya Badiou dapat memperlihatkan adanya suatu misteri yang tak terpecahkan enigma oleh Althusser, yakni: “mung- kinkah memikirkan subyektivitas tanpa subyek?” 220 2. Foucault 2.1. Orthopedi, atau Subyektivasi Negatif melalui Pengetahuan Dalam sebuah ilustrasi pada buku Discipline and Punish, Fou- cault memperlihatkan sebatang pohon bengkok yang diikat pada tiang lurus dengan tujuan meluruskan apa yang bengkok pada pohon tersebut. Pada penjelasan atas ilustrasi tersebut, orthopedi disebut sebagai ilmu untuk mengoreksi kesalahan bentuk pada tubuh anak-anak. Apa pe- ran orthopedi dalam pemikiran Foucault? Kita akan melihat bahwa dari awal hingga Discipline and Punish, orthopedi merupakan logika yang hendak dibongkar oleh Foucault dalam teks-teks sejarah yang dibacanya. Dalam karya The Birth of The Clinic yang terbit di tahun 1963, 218. Louis Althusser, Tentang Ideologi, Op.Cit., hlm. 80. 219. Ibid., hlm. 147. 220. Alain Badiou, Metapolitics diterjemahkan oleh Jason Barker London: Verso, 2005, hlm. 64. misalnya, kita dapat melihat konsep “tatapan medis” medical gaze se- bagai korelat dari teknik orthopedi. Melalui tatapan medis dari seorang dokter yang menguasai piranti epistemik tertentu, yang bekerja me- lalui formasi diskursif tertentu, terkonstitusikanlah identitas sang pasien sebagai sang pasien, yakni sebagai subyek sejauh ia secara seka- ligus merupakan obyek sains. 221 Korelasi dengan orthopedi nampak melalui cara di mana tatapan medis bekerja dengan formasi obyek diskursif—sang pasien—berdasarkan otoritas pembatasan dan spesi- ikasi yang mengimposisikan suatu pengetahuan kepada obyeknya 222 , atau dengan kata lain, suatu imposisi tentang apa yang “lurus” dan ideal pada sesuatu yang dicurigai “bengkok”. Orthopedi, dengan demikian, merupakan subyektivasi yang berproses melalui formasi diskursif tertentu, melalui pengetahuan tertentu, dan mengangkat subyek sejauh sebagai obyek bagi pengeta- huan tersebut. Ini tak pelak lagi adalah suatu mekanisme negatif—ti- dak hanya karena ia datang dari sesuatu yang transenden terhadap si “subyek”, melainkan juga karena ia diintroyeksikan ke dalam subyek sedemikian sehingga ia tetap menjadi obyek dalam perannya sebagai subyek. Oleh karena subyektivasi bekerja melalui skema epistemik, maka kita jadi paham ketika Foucault mengatakan bahwa manusia adalah temuan yang cukup baru dan akan segera berakhir, terhapus, “seperti seraut wajah yang tenggelam pada pasir di tengah lautan.” 223 Manusia adalah temuan yang relatif baru dan akan lenyap di kemu- dian hari sebab ia pertama-tama adalah konstruksi epistemik tentang subyek yang merentang dalam sejarah pengetahuan. Logika orthopedi inilah yang terangkum dalam apa yang dise- but Foucault sebagai disiplin, yakni metode kontrol atas fungsi tubuh yang dipertahankan demi suatu dwifungsi: kepatuhan docility dan ke- 221. Lh. Michel Foucault, The Birth of The Clinic: An Archaeolog y of Medical Perception diterjemahkan oleh AM Sheridan Smith London: Tavistok Publications, 1973, hlm. 197. 222. Lih. penjelasan tentang formasi obyek diskursif ini dalam Michel Foucault, The Arcaeolog y of Knowledge diterjemahkan oleh AM Sheridan Smith London: Tavistok Publications, 1972, hlm. 44. 223. Michel Foucault, The Order of Things diterjemahkan oleh AM Sheridan Smith London: Tavistok Publications, 1970, hlm. 387.