151
BAB VII PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan uraian data yang dikumpulkan dari hasil penelitian di lapangan yang disajikan pada bab-bab sebelumnya, dari penelitian yang berjudul
Proses Pembelajaran Seni Batik di SMK Negeri 3 Kasihan Bantul Yogyakarta Tahun Pelajaran 20132014
yang dilakukan pada kelas XI Lukis 1 ini dapat ditarik kesimpulan dari berbagai tahapan pembelajaran, yaitu meliputi tahap
perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran.
1. Perencanaan Pembelajaran
Pada dasarnya materi pembelajaran seni batik di kelas XI Lukis 1 SMK Negeri 3 Kasihan Bantul dirancang dengan empat standar kompetensi yang harus
dikuasai oleh peserta didik, di antaranya; pengetahuan batik, batik tradisional, membuat batik lukis, dan membuat batik sandang. Pembelajaran direncanakan
agar para siswa dapat memahami tentang batik, baik yang berkaitan dengan sejarah perkembangannya sampai dengan penguasaan teknik membatik.
Namun dalam praktiknya, perencanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru pada standar kompetensi membuat batik sandang tidak bisa dilaksanakan
sampai tuntas karena waktu yang tidak mendukung dan hanya bisa dilaksanakan sampai pada tahap pencantingan. Pelaksanaan pembuatan batik sandang hanya
dilakukan sebanyak dua pertemuan saja yang awalnya direncanakan sebanyak tiga pertemuan.
152
2. Pelaksanaan Pembelajaran
Serangkaian pelaksanaan pembelajaran seni batik dilaksanakan dalam berbagai tahap sesuai dengan yang tertera pada rencana pelaksanaan. Dalam
menyampaikan materi, guru melakukannya dengan metode ceramah, tanya jawab, demonstrasi, penugasan, dan kerja kelompok. Guru tidak mengintervensi siswa
untuk membuat motif tertentu, para siswa diberikan kebebasan dalam mengembangkan motif sesuai dengan kreativitasnya, untuk itu dapat ditarik
kesimpulan bahwa karakteristik karya batik siswa kelas XI Lukis 1 terbentuk secara alami tanpa ada campur tangan dari guru.
3. Hasil Pembelajaran
Hasil karya yang dapat dibuat secara tuntas di kelas XI Lukis 1 adalah batik lukis. Motif dihasilkan sangat beragam karena peserta didik dibebaskan
untuk mengembangkan motif sesuai dengan kreativitas dan imajinasinya. Sementara itu terkait dengan evaluasi pembelajaran, guru tidak melakukan
tes pada ranah kognitif, akan tetapi dilakukan dengan memperhatikan ranah afektif dan psikomotorik. Berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan oleh guru,
siswa yang memperoleh nilai 90-83 kategori mampu sebanyak 12 siswa, yang memperoleh nilai 82-75 kategori cukup mampu sebanyak 14 siswa, dan yang
memperoleh nilai 74-67 kategori kurang mampu yaitu 1 orang dengan perolehan nilai 68, yang berarti bahwa siswa yang bersangkutan tidak memenuhi nilai KKM.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa sudah memenuhi nilai kriteria ketuntasan minimal, yaitu 75.
153
B. Saran